My Beautiful Bodyguard 04

Vote sebelum membaca 🌻

.

.

'Penyanyi'

Itulah pekerjaan sampingan Aksa. Sebenarnya Kim sempat tak menyangka karena tuannya ini selain menjadi CEO diperusahaan, berpropesi juga menjadi seorang penyanyi. Pantas saja Kim merasa familiar dengan wajah pria itu.

Walaupun baru tiga album yang Aksa keluarkan, tapi pria itu sudah sangat terkenal, tentunya dibantu dengan wajah tampannya. Sebagian besar penggemar pun hampir keseluruhan dari para wanita.

"Antar saya ke gedung rekaman."

"Baik."

"Kamu sudah tahu apa pekerjaan sampingan saya?"

"Sudah."

"O ya? Apa?"

"Penyanyi."

Aksa memutar matanya malas, oh Ya Tuhan ia benar-benar tak suka melihat sikap Kimberly. Seharusnya wanita itu bisa lebih ramah padanya, satu minggu menjadi bodyguarnya, tak ada yang berubah sedikitpun. Masih dingin dan datar.

Kembali Ia mengingat kejadian beberapa hari lalu, saat meminta Kim untuk tersenyum padanya. Tapi sepertinya Ia harus menanggung malu sendiri meminta itu, karena Kim tak sedikitpun tersenyum. Tak sedikitpun, bibirnya itu seperti anti senyum.

"Kamu mau ikut saya masuk?"

"Iya."

"Tidak usah, diam saja di mobil."

Tapi dasar si keras kepala. Wanita itu malah ikut turun dari mobil, mengikutinya masuk ke dalam gedung. Aksa mencoba bersabar, jujur Ia malu sendiri melihatnya. Orang lain akan berprasangka aneh pada pria dua puluh delapan tahun itu.

"Oh hai bro!"

"Hm."

Rafael mengalihkan pandangannya pada seseorang yang berdiri dibelakang Aksa, menelisik seluruh tubuh wanita itu lekat. Mengernyit karena merasa aneh dengan penampilannya.

"Siapa dia? Pacar baru lo? Cantik banget!" Bisik Rafael, matanya masih melirik Kim yang menatap datar padanya.

"Bukanlah!"

"Terus?"

"Ekhem dia.. Ponakan gue!"

Kernyitan dalam terlihat di kening Rafael. Ponakan? Benarkah? Lalu senyuman lebar terukir dibibir pria keturunan Tionghoa itu.

"Kenapa lo gak pernah bilang punya ponakan secantik itu!" Rafael pun mendekat pada wanita cantik itu. Merapihkan rambutnya sejenak, sebelum mengangkat tangannya.

"Rafael Kendrik, sahabat sekaligus Manajer Aksa Delvin."

Menerima jabatan itu. "Kimberly Ainsley."

Aksa menatap sebal jabatan tangan mereka, dengan keras Ia berdehem. "Ekhem!"

Kedua orang itu menoleh padanya, dan Aksa langsung menunjuk tautan tangan mereka dengan dagunya sambil menampakan wajah galak. Dan tautan tangan Kim juga Rafelpun langsung terlepas.

"Ada apa lo nelphone gue?" Tanya Aksa setelah mendudukan tubuhnya disofa merah.

"Lo gak lupakan kalau lima hari lagi lo bakal ngadain panampilan solo konser besar-besaran."

"Secepat itu?"

"Iya, bahkan tiket konser habis semua. Dan di sosial media masih banyak yang minta buat dibanyakin lagi tiket konsernya. Hebat bukan?"

"Hm, dimana konsernya?"

"Astaga lo ini, di ICE Bsd City Tangerang!" Sebal Rafael. Pria yang sudah masuk usia kepala tiga itu memang harus ekstra sabar menghadapi sikap Aksa. Sudah hampir dua tahun menjadi Manajer pria itu, membuatnya perlahan tahu apa saja sifat dari Aksa.

Rafael lalu menoleh ke belakang, mengernyit karena Kimberly masih berdiri di belakangnya. "Kenapa gak duduk? Emangnya gak pegel?"

"Tidak, saya berdiri saja."

"Oh ayolah, jangan malu-malu begitu." Saat akan memegang bahu Kimberly, sayang sebelum menyentuh, tangannya malah di piting membuatnya berteriak kesakitan.

"AAaarghh!"

Aksa langsung berdiri melihat itu, meringis ngeri seolah bisa merasakan kesakitan Rafael. Ia pernah merasakannya, dan sangat sakit.

"Aww hei lepasin aduh!"

Kimberlypun melepaskannya dengan kasar, kembali berdiri tegak seolah tak perduli dengan apa yang baru saja Ia lakukan.

"Sepupu lo galak banget nih!" Dengus Rafael sambil mengusap tangan kanannya yang berdenyut sakit.

"Saya bukan sepupunya!"

Rafael kembali menatap Kimberly bingung. "Kamu bukan sepupunya?"

"Bukan, saya bodyguardnya."

Hah?

"Em sorry gue gak maksud bohong, cuman-"

"Sialan lo Aksa, lo bohongin gue hah?!"

Saat Rafael akan menerjang tubuh Aksa, kerah belakang kemejanya malah ditahan membuatnya tak bisa berlari. Ia menolehkan kepala ke belakang, melihat siapa pelakunya.

Kimberly menatap tajam padanya, membuatnya gugup.

"Tuan Aksa sebaiknya kita pulang, pria ini tidak baik untuk anda."

"Hei aku ini sahabatnya!" Kesal Rafael karena dibilang tak baik. Sahabat itu memang suka bercandakan? Lagi pula mana mungkin Ia menyakiti Aksa, toh mereka memang sudah sering bertengkar.

"Tapi anda akan menyakiti Tuan Aksa."

"Oh ayolah sahabat itu memang seperti itu."

"Tetap tidak boleh, bagaimana jika Tuan Aksa terluka?"

Kim melepaskan pria itu, dan ya Rafael langsung terdiam tak jadi mengerjai Aksa. Pria itu menoleh pada Aksa yang sedang melipat tangan didada sambil menjulurkan lidah padanya. Sial sedang meledeknya.

Huh sepertinya mulai hari ini mereka tak akan bisa lagi membalas satu sama lain. Walaupun sudah besar, tapi kedua sahabat itu bertingkah layaknya anak-anak. Tapi jika sedang menyangkut pekerjaan, pastinya akan berbeda lagi.

"Ayo kita makan malam." Ajak Aksa lalu melangkah terlebih dahulu meninggalkan mereka.

Kim langsung cepat mengikuti pria itu, sedangkan Rafael masih terdiam ditempatnya. Pantas saja saat pertama melihat wanita itu Ia merasa agak aneh karena berpakaian rapih. Kemeja coklat muda dengan celana hitam yang melekat di kaki jenjangnya. Rambutnya di ikat ekor kuda, tanpa poni. Tatapannya pun tajam, seolah Ia adalah seseorang yang patut dicurigai.

Ketiganya makan dikantin bawah gedung, di luar sedang hujan deras, jadi mereka memutuskan memesan makanan berkuah.

Karena pasti akan menghangatkan tubuh

"Sudah berapa lama Kim kerja jadi bodyguard lo?"

Aksa terlebih dahulu menelan ramennya, sebelum menjawab pertanyaan Rafael. "Baru satu minggu."

"Berarti dia selalu ikut kemanapun lo pergi?"

"Hm."

Rafael menoleh pada Kim yang duduk di samping Aksa, sedang makan dengan pelan juga sopan. Sayang sekali, padahal Kimberly bisa bekerja yang lebih baik, model contohnya. Sudah tinggi, cantik lagi. Tapi kenapa malah memilih menjadi seorang bodyguard?

"Heh jangan lihatin dia terus!" Ketus Aksa karena merasa tak suka melihat Rafael terus menatap Kim. Memangnya Ia tidak tahu apa jika sahabatnya itu terus memperhatikan Kim? Apalagi tatapannya membuat Aksa tak suka

"Ck dasar posesif!"

Aksa menjulurkan lidahnya pada Rafael. "Matanya mohon dijaga bapak Rafael yang terhormat, sebentar lagi anda akan menikah."

"Hh iya-iya."

"Awas lo kalau liatin Kim lagi, gue aduin lo ke Janna!" Ancam Aksa. Janna sendiri adalah sahabatnya sekaligus calon istri Rafael. Mereka bertiga bersahabat dekat, dan entah dari kapan Rafael jatuh cinta pada wanita itu.

"Ah lo cemburu ya?"

"Eh ya gak lah!" Jawab Aksa cepat. Sial Ia diskak mati oleh pria itu.

Rafael terkekeh geli, lalu menatap Kim. "Kimberly sepertinya ada yang naksir nih sama kamu."

Sialan!

 

****

 

Jangan lupa ya teman-teman, cek profil aku. Banyak novel baru. Genrenya mulai dari romantis, action sampai horor juga ada.

kalau kalian suka please share, vote and komen ❤

Terpopuler

Comments

Renireni Reni

Renireni Reni

hemm

2024-07-03

0

Nina Puji Handayani

Nina Puji Handayani

virus2 cemburu mulai bertebaran sebagai tanda benih2 cinta mulai muncul, yg akan membawa hati menuju bucin.
kebucinan akan melahirkan sikap dan sifat yg posesif, sebagai tanda rasa takut kehilangan orang yg dicintai...😁😁😁

2021-09-01

1

مي زين الش

مي زين الش

aksa sdh mulai love love sm kim

2021-04-06

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!