Vote sebelum membaca 🌻
.
.
"Ini jasnya."
Aksa menerima jas itu kasar tanpa menoleh sedikitpun pada Kim. Ya hubungan mereka mulai berbeda semenjak satu minggu yang lalu, tepatnya saat menghadiri pertunangan Rafael. Keduanya benar-benar bersikap profesional dengan baik.
Khusunya Aksa, kini pria itu selalu bersikap dingin bahkan tak perduli memerintah Kim sesuka hati. Tak lagi memandang berbeda Kim seperti dulu. Tak ada Aksa yang manja, baik hati dan selalu tersenyum. Yang Kim lihat hanya sikap dingin, ketus dan tak bersahabat Aksa.
Memang Kim juga mengerti jika Aksa berubah karena ulahnya sendiri, tapi Ia juga tak biasa menerima sikap berbeda pria itu. Jujur Kim lebih suka Aksa yang bersikap bersahabat seperti dulu, bukan seperti sekarang.
"Mana jam tanganku?!"
Sentakan itu membuat Kim terlonjak kaget, dengan segera wanita itu berjalan ke lemari khusus jam tangan. Memilih jam tangan Rolex berwarna biru. Dan menyerahkannya pada Aksa. Tapi pria itu tak menerimanya membuatnya bingung. "Tuan ini-"
"Saya tidak mau yang itu, cari warna lain!"
Dengan terpaksa Kim pun mencari lagi, dan menyerahkannya pada Aksa. Dulu Aksa bahkan tak pernah berani memerintahnya ini dan itu, tapi sekarang selalu. Memang lelah, tapi Kim harus terbiasa karena mungkin sikap Aksa kedepannya akan begitu.
"Kenapa masih disini?"
"Ya?"
"Saya bilang bawa sarapan saya kesini, saya mau sarapan dikamar!"
"Ah baik, maaf."
Pintu kamar itu tertutup dengan kepergian Kim, setelah wanita itu pergi Aksa langsung mengusap wajahnya kasar. Tak hentinya mengutuk diri dalam hati. Ini memang rencanya membuat Kim seperti itu, bersikap dingin dan ketus tapi aneh Ia juga tak enak hati. Ada rasa kasihan apalagi saat harus memerintah sesuka hati. Mau bagaimana lagi, ini memang rencananya.
Lagi pula bukankah ini keinginan Kimberly? Bersikap profesional. Dan sekarang Ia sudah mengabulkan keinginan wanita itu.
Pintu diketuk, Aksa memerintahkan masuk setelah duduk disofa miliknya. Terlihat Kim membawa nampan lumayan besar, dan menyimpan beberapa sarapan dimeja. Ada sandwich, semangkuk sereal, pudding, dan tak lupa segelas susu.
"Saya akan menunggu anda disini sampai sarapannya habis."
"Tidak usah, kamu keluar saja saya tidak mau diganggu. Kalau kamu disini nanti saya malah tidak nafsu makan!"
Sakit hati sekali Kim mendengarnya, wanita itu mencoba tersenyum lalu membungkukan badannya sebentar. "Baik saya akan tunggu anda dibawah."
Aksa tak menjawab dan membiarkan Kim pergi. Sial, kenapa Ia ikut sakit hati.
"Bodoh!" Makinya.
****
Kimberly sesekali melirik kekaca atas mobil untuk melihat Aksa yang duduk dikursi belakang. Pria itu tampak sibuk dengan melihat-lihat berkas yang berada dipangkuannya. Selama perjalanan menuju kantor juga, tak ada obrolan sama sekali dari mereka.
Ternyata sepertinya keinginannya untuk bersikap profesional tak menyenangkan juga, Kim malah menyesal. Padahal Ia sudah nyaman mendapat sikap ramah Aksa, dan sekarang pria itu benar-benar mengabulkan keinginannya.
Kimberly turun terlebih dahulu lalu segera memutari mobil membuka pintu untuk Aksa. Pria itu menyerahkan beberapa berkas juga tas kerja padanya, sedangkan Aksa tampak berjalan dengan santai.
"Buatkan aku kopi!"
"Tapi ini masih terlalu pagi-"
"Kau tak mau menurut? Kau tahukan apa posisimu?"
Dengan berat hati Kim mengangguk lalu segera pergi ke pantri, Ia menyuruh salah satu OB disana untuk buatkan. Setelahnya Kim kembali ke ruangan Aksa, menyimpan secangkir kopi itu dimeja.
"Bersihkan kamarku!"
"Ya?"
"Aku bilang bersihkan kamarku!"
"Tapi-"
Aksa berdiri dari duduknya menatap tajam Kim, melipat kedua tangannya didada. "Bukankah kau bekerja untukku?"
"Iya saya bekerja untuk anda, tapi saya menjaga anda bukan-"
"Bukan menjadi pembantu maksudmu?"
Kimberly memang sakit hati, sangat. Tuhan Ia benar-benar tak suka mendapat sikap Aksa, apa Aksa selalu begini pada bodyguard sebelum-sebelumnya?
Bukan maksud percaya diri, tapi Aksa seperti balas dendam padanya. Pria itu tampak benci padanya setelah kejadian itu. Sedih, sakit hati, tapi tak mampu marah.
"Baiklah!" Kim segera masuk pada salah satu ruangan yang masih ada disana, terdiam sesaat melihat kamar berukuran sedang yang sangat berantakan. Berbagai sampah, botol minuman, juga cemilan berserakan disana. Hembusan nafas lirih keluar dari bibir Kim, lalu Iapun segera membersihkan ruangan itu.
Memang butuh waktu agak lama membersihkannya, karena kamar sangat berantakan. Apalagi Ia sendiri tanpa dibantu orang lain.
"Huft akhirnya!" Kim mengusap keringat didahinya dengan punggung tangannya.
Syukurlah kamar ini sudah rapih dan bersih, walau lelah tapi Kim tetap harus profesional. Lebih baik capek berolahraga dari pada membersihkan kamar ini.
Ceklek!
Pintu kamar terbuka terlihat Aksa yang baru masuk, pria itu menyenderkan tubuhnya dipintu menelusuri seluruh kamar.
"Sudah?"
"Sudah Tuan."
"Capek?"
"Em tidak."
Dasar pembohong! Aksa bahkan bisa melihat keringat didahi Kim, dada wanita itu juga naik turun bernafas berat.
"Sekarang saya mau makan siang."
"Baik saya akan pesankan pada-"
"Saya mau kamu yang belikan."
Aksa melihat jam tangannya, masih pukul sepuluh pagi dan memang belum terlalu siang. "Saya mau kamu beli McDurens di Bandung, lalu Seafood santa 68 dan Milk tea."
Kim mengerjapkan matanya, apa Ia tak salah dengar? Benarkah pria itu menyuruhnya membelikan makanan yang tak satu tempat, bahkan sangat jauh dari sini.
"Tapi makanan itu setahu saya sangat jauh."
"Saya gak perduli, saya cuman mau itu!"
Kimberly menghembuskan nafasnya berat, lelah hati lelah jiwa rasanya. Sikap pria itu membuat Kim bisa habis keasabaran juga. Kini Aksa benar-benar memerintahnya sesuka hati, padahal itu bukan pekerjaannya. Apa pekerjaan hampir sama dengan pelayan?
Aksa balas dendam padanya?
"Saya akan pesan dari dileveri."
"Tidak mau, saya mau kamu yang kesana langsung. Bagaimana kalau makanan itu ada racunnya?"
Tak masuk akal!
"Tapi untuk mengumpulkan semua makanan itu butuh waktu lama, apalagi jalannya sangat jauh."
"Saya gak perduli, itu tugas kamu. Kamu itu hanya bodyguard sekaligus pesuruh saya, jadi saya bebas memerintahmu!"
Kim menatap geram Aksa, kedua tangannya terkepal. Wanita itu ingin sekali memukul wajah songong Aksa, tapi tak mungkin Ia lakukan.
"Baiklah, saya akan pergi!"
Kim pergi dari sana tanpa memberi hormat, berjalan dengan langkah cepat. Ia tak perduli dibilang tidak sopan, kesabarannya benar-benar diuji. Kimberly memang harus ekstra sabar menghadapi sikap kekanakan pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Kurnit Rahayu
c Aska mng g bsa profesional Beri....urusan pribadi dbwa2....
2021-12-27
0
Lasmi Kasman
Aksa dasar
2021-06-24
0
Alea Wahyudi
ga gitu jg x banng Aksa....uuhh.....kesel aku jd nya
2021-05-09
0