Vote sebelum membaca 🌻
.
.
Aksa membelakan mata menatap kagum Kimberly yang sedang memukul samsak. Pria itu berdiri di belakang agak jauhan otomatis wanita itu pasti tak tahu.
Suara pukulan demi pukulan menggema di ruangan fitness yang hanya ada mereka berdua. Ruangan khusus olahraga yang dibuat dirumahnya. Aksa berdecak hebat saat melihat wanita itu memukul kencang samsak, dengan penuh kekuatan.
Prok prok!
Kimberly langsung menoleh ke belakang terkejut melihat Aksa, wanita itu membungkuk sebentar memberi hormat. Nafasnya masih berderu kencang kelelahan sehabis olahraga.
"Selamat Pagi Tuan."
"Pagi."
Aksa memperhatikan seluruh penampilan Kim, meneguk ludah kasar. Kim terlihat sangat seksi memakai tangtop abu dengan celana lejing hitam selutut, rambutnya masih diikat ekor kuda. Tapi yang membuatnya tampak sangat seksi adalah terlihat keringat di beberapa bagian tubuh wanita itu, apalagi tubuh Kim tercetak jelas.
"Kau dari jam berapa disini?" Tanya Aksa sambil mendekati samsak dan menggoyang-goyangkan layaknya anak kecil.
"Sekitar pukul enam pagi."
Pria itu melihat jam tangannya, berarti wanita itu sudah berolahraga hampir dua jam lamanya. Pantas saja badan Kim sangat bagus, wanita itu selalu berolahraga.
"Aku penasaran, bagaimana bisa kau berkelahi?"
"Saya dulu mengikuti karate dan taekwondo."
"Dari?"
"Dari saat saya berumur sembilan tahun."
"Woww."
Kenapa Kim mau bekerja seperti ini sih? Oh ayolah dia seorang wanita dan malah memilih bekerja yang bisa membahayakan diri sendiri. Walaupun Kim bisa berkelahi dan menguasai semua senjata, tapi tetap saja keselamatan wanita itu tak terjamin.
"Apa kau pernah merasa takut bekerja menjadi seorang bodyguard?"
"Tidak."
"Kenapa?"
"Karena ini pilihan saya, jikapun terjadi sesuatu pada saya itu adalah resiko. Lagi pula sebelum saya memutuskan bekerja disini, sebelumnya saya telah meyakinkan diri dalam hati."
Aksa mengangguk, Ia mengerti. Lagi pula tak baik jika selalu bertanya pada Kim, kasihan. Wanita itu tak akan nyaman jika Ia terus bertanya dengan topik yang sama.
"Kau bisa ajari aku berkelahi?"
"Tuan yakin?"
"Ya, aku tidak bisa berkelahi. Bagaimana kalau aku sedang tidak bersamamu? Bukankah jika saya bisa menguasai bela diri bisa melawan diri dan tak akan terluka?"
"Baiklah."
Keduanya lalu naik ke atas ring tempat tinju, mereka berdiri berhadapan dengan jarak yang tak jauh.
"Kita belajar dasar saja dulu, kedepannya jika sudah lancar saya akan ajari gaya beladiri lain."
"Tidak usah saya mau langsung ke inti saja, sekarang kamu anggap saya adalah penjahat dan lawan saya!"
Aksa lalu mendekat dan mengusap bahu terbuka Kim, tapi wanita itu masih diam sambil menatapnya. Senyuman sinis terukir disalah satu sudut bibirnya, menarik juga karena selama ini Kim tak pernah kontak fisik dengannya. Aksa semakin berani, pria itu semakin mendekatkan diri sehingga dada mereka bersentuhan.
Tangannya yang lain mengusap pipi Kimberly, mengangkat wajah itu agar menatapnya. Perhatian Aksa teralih pada bibir merah itu, merasa sangat tergoda. Wajahnya perlahan mendekat, kini kedua matanya sudah tertutup. Tapi..
Bruk!!
"Akhh!"
Aksa merasa tubuhnya sakit, lebih tepatnya punggungnya. Badannya kini sudah terbaring diatas ring dengan nafas yang tersedat. Terkejut juga sakit dengan waktu yang bersamaan. Apa Kim baru saja membanting tubuhnya?
Tatapan Aksa lalu teralih pada Kimberly yang berdiri disamping tubuhnya, wanita itu membungkuk sebentar. "Itu adalah salah satu gerakan tangkisan merobohkan lawan."
"Kau membantingku?" Bisik Aksa tak percaya. Ia tak berani bergerak sedikitpun karena takut sakit.
"Maaf."
Aksa memejamkan kedua matanya sambil merutuk dalam hati. Sial ternyata rencananya tadi gagal total. Ia kira Kim tak akan berani melawannya tapi ternyata wanita itu berani bahkan sampai membanting tubuhnya dengan keras.
"Oh lo disini?"
Perhatian keduanya teralih. Aksa yang masih terbaring diatas ring menolehkan sedikit kepalanya kesamping, terlihat Rafael yang ikut naik ke atas ring.
Terlihat keterkejutan diwajah pria itu, tapi ternyata Rafael malah tertawa. "Hahaha lo kalah sama Kim hah? Dasar lemah!" Ledek Rafael pada Aksa.
"Sialan lo!" Desis Aksa pelan. Lalu sebuah tangan terulur diatasnya membuatnya kembali menatap Kim.
"Mari saya bantu, maaf apabila sakit. Saya akan mengobati anda."
Aksa menerima uluran tangan itu, tapi Ia masih meringis kecil. Sakitnya perlahan memang mulai membaik, tapi masih agak linu. Pria itu duduk disana dengan nafas ngos-ngosan, Aksa kapok, Ia tak mau lagi berurusan dengan Kim.
"Lo kalo masih ketawa gue pecat!"
Rafael langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya, menatap horor Aksa. Berdehem sebentar Ia lalu mendekat dan ikut duduk disamping pria itu.
"Ngapain lo disini? Bukannya nanti malam lo mau tunangan ya?!"
"Ck ketus banget sih! Gue cuma mau ngasih lo ini."
Aksa menerima paperbag berukuran sedang itu dengan kasar sambil memalingkan wajah. Ia masih kesal pada Rafael, bukannya membantu malah menertawakannya, apalagi coba kalau bukan mengejeknya.
"Apanih?!"
"Liat napa? Dasar lemot!"
Dua kartu undangan?
"Lo kesini cuman mau nganterin undangan? Gue juga kan udah tahu kapan lo tunangan!"
"Iya tapi lo gak bawa kartu undangan gue."
"Terus?!"
"Lo gak bakal bisa masuk kedalam acara kalau gak bawa kartu undangan."
"Kok gitu! Gue bebas dong, lagi pulakan lo manajer gue masa gue gak boleh masuk kalau gak bawa undangan?"
"Soalnya acaranya diadain seaman mungkin, gue juga gak mau ada wartawan yang masuk. Acara pertunangan gue tertutup dan cuma beberapa orang aja yang gue undang. Lo tahukan kalau pacar gue anak pejabat?"
Aksa mengangguk. Ternyata begitu ya, tapi Ia juga merasa ribet saja harus membawa undangan itu. Untung saja ukurannya tak terlalu besar.
"Gue mau pulang lagi, jangan lupa nanti malam datang. Dan jangan telat, gue udah siapin meja lo dibagian depan."
Rafael berdiri lalu tersenyum menatap Kimberly yang masih setia ditempatnya.
"Kamu juga datang ya Kim, saya bawa dua undangan."
"Em terimakasih telah mengundang saya."
"Iya sama-sama, dan dandan yang cantik ya, tapi awas nanti ada yang terpesona." Ledek Rafael sambil melirik Aksa. Dan pria yang sedang terduduk itu melotot galak pada Rafael yang langsung berlari pergi dari sana.
"Tuan mau saya gendong?"
"Hah?"
Digendong Kimberly? Seorang Aksa digendong oleh wanita? Yang benar saja! Ia merasa harga dirinya direndahkan.
"Gak emang saya lemah apa!" Ketus Aksa. Pria itu lalu berusaha berdiri sambil memegang bokongnya yang berdenyut.
"Maaf karena tadi saya melalukan itu, tapi ini juga sepenuhnya bukan salah saya."
"Kenapa begitu?!"
"Bukankah anda meminta saya bersikap biasa? Anda penjahat dan saya harus melawan. Jadi saya melakukannya atas perintah anda."
"Hh terserahlah!"
Dasar wanita gak peka!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Kurnit Rahayu
ga kbyang c Aksa d gendong Kim 🤣🤣🤣
2021-12-27
0
nuri
pisualnya mn?
duh...penasaran, kek gmn sih tampang sisexi kim & si lemot nan tamfan aksa
2021-06-10
0
Oot
Hahahaaa, makan hati tuh si Aksa 🤣🤣
2021-05-06
0