KETULUSAN HATI ELINA
Langkah Elina terhenti di depan pintu masuk. Jantungnya bagaikan berpacu 2 kali lebih cepat. Hati Elina berdoa, semoga apa yang dilihatnya salah. Mungkin matanya kini memerlukan kacamata agar bisa mengenali sosok pria tampan yang berdiri diantara deretan pengusaha muda.
Seumur hidupnya Elina selalu berdoa agar ia tak pernah bertemu lagi dengan Okan Atmaja. Bukan karena pria itu pernah menyakitinya. Tapi Elina yang sudah meninggalkan pria itu disaat Okan sangat membutuhkannya. Sungguh, Elina tak tahu apa yang harus dikatakannya jika mereka harus bertemu.
Tapi, apakah itu benar Okan Atmaja? Pria yang menjadi cinta pertamanya? Bahkan sampai sekarang pun Elina belum menemukan pengganti Okan walau 6 tahun sudah berlalu. Aku tak mungkin melupakan wajahnya karena sampai tadi malam pun aku masih memimpikannya. Benarkah itu Okan? Jika memang itu adalah lelaki yang pernah aku sakiti, betapa memalukan jika kami bertemu. Dia kelihatan sudah menjadi orang sukses sedangkan aku? Dunia sudah terbalik. Aku bukan siapa-siapa.
"Elina, ayo masuk!" Adelia menarik tangan Elina membuyarkan lamunan gadis berambut hitam itu.
"Eh..., aku pulang saja!" Elina membalikan badannya. Ia menyesal telah menyetujui ajakan Adelia untuk datang ke pesta ulangtahun perusahaan tempatnya bekerja. Seharusnya Elina tidur saja di apartemen Adelia sambil merencanakan apa yang akan dilakukannya selama satu minggu berlibur di Istanbul.
"Kamu kenapa sih? Tadi begitu bersemangat saat ku ajak ke sini. Mengapa sekarang jadi ingin pulang?"
"Eh, aku sakit perut." Elina mengarang alasan.
"Kamu nggak pintar bohong. Ayo masuk!" Adelia menarik tangan sepupunya itu. Ia sudah mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk membeli gaun dan sepatu mereka berdua agar Elina bisa ikut dengannya di perayaan tahunan perusahaannya.
Elina dengan sangat terpaksa akhirnya mengikuti langkah Adelia yang sedikit menyeretnya untuk masuk ke dalam.
Tangan Elina mengangkat dompet yang dipegangnya untuk menutupi wajahnya. Ia menyesal telah mengikuti gaya rambut Adelia yang digulung ke atas. Sehingga tak ada kemungkinan bagi Elina untuk menyembunyikan wajahnya.
"Elina, jangan seperti gadis kampungan. Ini di Istanbul." Adelia menarik dompet hitam Elina yang menutupi wajahnya.
Adelia mengenalkan Elina pada beberapa temannya. Elina Sebisa mungkin membelakangi Okan yang nampak masih asyik berbicara dengan beberapa pria yang terlihat dari kalangan atas. Terlihat dari cara mereka berpakaian dan gaya mereka sebagai pria-pria kaya yang banyak diincar oleh para gadis.
Acara pun di mulai. Deniz Demir, sang CEO perusahaan tempat Adelia bekerja naik ke atas panggung. Ia berbasa-basi sebentar menyebutkan nama-nama kolega perusahaan.
"Hari ini saya sangat senang, karena salah satu mitra perusahaan kita tuan Okan Yilmas boleh hadir. Tuan Okan mari silahkan naik ke panggung ini."
Elina terkejut. Okan Yilmas? Bukankah namanya adalah Okan Atmaja? Apakah aku memang salah orang? Tak mungkin Okan yang kukenal adalah pengusaha sukses seperti yang disebutkan tadi.
Ada perasaan lega dalam hati Elina saat mendengar nama pria itu. Walaupun jauh di lubuk hatinya, ia sangat meyakini bahwa wajah pria itu memang sangat mirip dengan Okan Atmaja. Hanya saja tubuh pria ini terlihat lebih padat berisi. Okan Atmaja memiliki tubuh yang agak kurus. Suara mereka memang terdengar agak mirip. Tapi, bukankah di dunia banyak orang yang wajah dan suaranya juga mirip?
Pesta terus berlanjut. Elina pamit pada Adelia untuk pergi ke toilet. Adelia menunjukan arah toilet. Gadis pergi dengan cepat karena ia memang sudah tak tahan lagi.
Saat Elina keluar dari toilet dan melewati lorong untuk kembali ke ruang pesta, dari arah yang berlawanan, Elina melihat pria itu melangkah mendekatinya. Jantung Elina kembali berdetak dengan sangat cepat. Namun ia tak mau bersikap norak dan salah tingkah. Gadis itu menegakkan kepalanya dan terus melangkah. Saat mereka sudah saling melewati, Elina tersenyum lega. Ia tahu itu pasti bukan Okan Atmaja.
"Eli...!"
Langkah Elina terhenti. Ia tak berani membalikan badannya. Hanya Okan Atmaja yang memanggilnya Eli. Gadis itu menggelengkan kepalanya. Ia kembali melangkah namun sebuah tangan memegang pergelangan tangannya dan menghentikan langkah Elina. Gadis itu pun membalikan badannya. Tatapan mata mereka bertemu. Manik hitam yang memiliki tatapan setajam elang itu memang benar adalah mata Okan Atmaja.
"Excuse me, can I help you, sir?" Tanya Elina sambil menarik tangannya dari genggaman Okan.
Dahi Okan berkerut menatap gadis di depannya. "Kau bukan Elina Jovanka? Aku tak mungkin salah orang kan?" Tanya Okan dalam bahasa Indonesia.
"My name is Mia. And I don't understand what you're saying, sir." Elina membalikan tubuhnya dan bermaksud akan pergi. Tapi sekali lagi Okan menahan tangannya.
"Aku tak pernah lupa dengan harum minyak wangimu. Bahkan suaramu sama."
"Let me go!" Elina menarik tangannya dengan cepat dan setengah berlari ia meninggalkan Okan sendiri. Ia tahu kalau Okan akhirnya akan mengenalinya.
Okan menatap punggung gadis itu. Jantungnya masih berdetak dengan cepat saat melihat Elina setelah gadis itu menghilang 6 tahun yang lalu.
Dengan cepat, Okan menyusul Elina. Ia tak ingin gadis itu pergi. Karena Saat Okan memanggilnya dengan sebutan Eli, gadis itu menghentikan langkahnya.
"Adel, aku mau pulang!" Elina langsung menarik tangan Adelia.
"Hei, sebentar lagi. Akan ada pemberian penghargaan bagi kariawan yang dinilai memiliki dedikasi yang baik bagi perusahaan. Siapa tahu ada namamku."
"Nggak. Aku pulang saja naik taxi." Elina berlari ke luar gedung. Ia tak mau kalau Okan sampai mendapatinya lagi. Ia sungguh malu bertemu dengan pria itu.
Sepertinya Adel tak mengikutinya. Tak masalah karena Elina tahu kode untuk membuka pintu apartemen sepupunya itu.
Taxi yang membawa Elina akhirnya sampai di lobby apartemen. Elina membayar ongkos taxi lalu segera naik lift menuju lantai 7, tempat unit Adelia berada.
Begitu masuk ke dalam apartemen, Elina bernapas lega. Sungguh ia tak pernah bermimpi, Instanbul akan mewujudkan mimpinya semalam. Elina bermimpi berkencan dengan Okan. Seperti 7 tahun lalu.
Merasa pikirannya terus dipenuhi dengan bayang-bayang Okan, Elina segera bangun dari sofa.
"Ah....Ini sudah gila!" Elina mengacak rambutnya sehingga sanggulnya terbuka. Ia segera ke kamar. Mungkin dengan mandi, pikirannya akan menjadi tenang.
Selesai mandi dan berganti pakaian, Elina berjalan ke dapur. Ia mau membuat teh. Karena berendam terlalu lama, ia kini merasa sangat dingin. Ia bahkan sudah memakai kaos kaki dengan piyama tangan panjangnya. Ia memang gila. Istanbul sedang musim dingin dan ia berendam hampir setengah jam lamanya. Sungguh malang, berendam ternyata tak membuat Elina bisa menghapus bayang-bayang Okan.
"Ya Allah, buatlah hambaMu ini bisa melupakan bayangannya." Elina memanjatkan doa sambil memijat kepalanya yang tiba-tiba saja terasa sakit.
Sementara menikmati teh panasnya, bel pintu berbunyi. Elina merasa heran. Apakah Adelia melupakan kode untuk membuka pintu apartemennya?
Tanpa melepaskan gelas tehnya, Elina pun melangkah ke arah pintu dan langsung membukanya. Ia tidak melihat siapa yang membunyikan bel.
Saat pintu terbuka, jantung Elina bagaikan berhenti berdetak. Bibirnya menjadi keluh dan gelas yang berisi teh panas itu terlepas dari tangan Elina.
"Aow....!" Walaupun Elina menggunakan kaos kaki, tapi panasnya air teh itu tembus sampai di kulit kakinya.
"Kamu masih ceroboh seperti dulu." Okan langsung berlutut di depan kaki Elina. Ia membuka kaos kaki Elina yang basah, lalu tanpa di duga, mengangkat tubuh Elina ala bridal style.
"Apa yang kamu lakukan, Okan. Turunkan aku!" Teriak Elina kaget.
"Akhirnya kamu berbahasa Indonesia juga." Okan mendudukan Elina di atas sofa.
Bodohnya aku, kenapa aku menyebutkan namanya? Aku harus bagaimana sekarang?
Tangan Okan memegang kaki Elina. "Untunglah tidak sampai melepuh."
Elina menarik kakinya ke belakang. Okan yang masih berjongkok di dekat kaki Elina jadi tersenyum.
"Apa kabar, Eli?" Tanya Okan setelah mengambil tempat duduk di samping gadis itu.
"Aku baik-baik saja." Jawab Elina. Ia tak berani menatap wajah Okan.
"Setelah 6 tahun, akhirnya kita bertemu."
"Bagaimana kamu bisa tahu apartemen ini?" Elina mengalihkan topik pembicaraan.
"Aku melihat di CCTV kalau kamu datang dengan Adelia. Sangat mudah mendapatkan informasi melalui Adelia dengan bantuan bosnya. Adelia bahkan mengijinkan aku datang sendiri untuk berbicara denganmu."
Elina akhirnya menatap Okan. "Mengapa kau mengejarku sampai di tempat ini?"
"Karena aku sudah 6 tahun ini mencarimu."
"Ada apa sampai kau mencariku?"
"Aku merindukanmu, Eli!"
Elina berdiri lalu melangkah agak menjauh dari Okan. Kata-kata Okan membuat hatinya bergetar. Bukankah juga selama 6 tahun ini Elina tak pernah melupakan Okan? Berapa banyak lelaki yang sudah ditolaknya hanya karena ia masih sering bermimpi tentang Okan? Ia bahkan rela disangka sebagai penyuka sesama jenis karena tak pernah terlihat bersama lelaki lain walaupun usianya sudah 24 tahun.
"Pergilah, Okan. Ini sudah larut malam."
"Ini Istanbul. Bukan Jakarta. Orang tak akan peduli jam berapapun aku akan pulang." Okan ikut berdiri lalu mendekati Elina yang sedang berdiri membelakanginya. Elina sedang menatap jauh ke luar jendela.
"Eli, apakah kau sudah menikah?"
Elina membalikan badannya. "Belum."
"Menikalah denganku!"
"Apa?"
"Menikalah denganku sekarang. Aku tak mau kehilangan kamu lagi."
Elina menatap pria tampan di depannya. Bagaimana mungkin pria blesterang Indonesia-Turky ini tak juga menikah saat usianya sudah 28 tahun? Ataukah Okan akan membalas dendam atas semua yang telah ia lakukan dulu?
"6 tahun bukanlah waktu yang singkat. Apakah selama ini kau tak pernah memiliki wanita lain dalam hidupmu?"
"Tidak!"
"Aku sudah menyakitimu, Okan."
Okan tersenyum sambil mengangguk. "Ya, kau memang sudah menyakitiku karena meninggalkan aku saat aku sangat membutuhkanmu. Namun aku tahu, kau terpaksa melakukannya. Cintaku yang besar telah membuatku melupakan semua kejadian di masa lalu." Okan meraih kedua tangan Elina. Ia dapat merasakan tangan gadis itu begitu dingin. Di tatapnya Elina dengan semua cinta yang ia miliki untuk gadis itu. "Eli, menikahlah denganku!"
**********
Hai guys, ketemu lagi dengan cerita terbaru emak. Ini merupakan kisah nyata dari sahabat emak yang coba emak tuangkan dalam novel dengan diberi bumbu-bumbu tambahan. Bagaimana menurut kalian part satu ini?
Kasih komentar ya...supaya semangat nulisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
keke global
novel novelnya ga ad yg gagal
2024-04-14
1
itanungcik
hadir baru dapat novel ini mak, cerita bagus 👍👍👍
2023-03-03
1
Maulana ya_Rohman
mampir thor.....
2022-04-20
1