Angin dingin berhembus membuat banyak orang memilih berada di dalam ruangan. Tak lama lagi, salju pasti akan turun.
Elina duduk di atas ranjang sambil memeluk lututnya. Di sampingnya, Adelia sudah tertidur dengan sangat nyenyak.
Kata-kata Okan terbayang kembali. " Eli, menikahlah denganku."
Elina tak bisa menjawab. Bahkan sampai Okan pulang pun ia tak mampu menjawab. Ingatannya kembali di peristiwa 8 tahun lalu. Saat ia masih berusia 15 tahun dan ia terlambat datang ke sekolahnya.
"Sial...!" Elina menggerutu saat ia turun dari mobil dan melihat pagar sekolahnya sudah tertutup dengan rapat. Ia baru 2 minggu menjadi salah satu siswi di SMA paling top di kota Surabaya ini. Seharusnya ia tak keluar malam secara diam-diam dan ikut menonton konser Super Junior yang berakhir jam 1 pagi.
Tapi, siapa yang mampu menolak pesona pria-pria tampan asap Korea itu? Lagu-lagu mereka bahkan Elina hafal semuanya.
"Terlambat?"
Elina terkejut mendengar suara bariton itu. Ia mencari sumbernya dan melihat seorang pria tampan sedang duduk di atas motor sport. Tak dapat dipungkiri, Elina terpesona menatap pria itu.
"Iya." Jawab Elina akhirnya. Ia masih mencari keberadaan penjaga sekolah. Siapa tahu Elina bisa memohon agar dibukakan pintu. Pelajaran kedua ada ujian dan Elina tak mau meletakannya.
"Mau tahu jalan pintas masuk ke dalam sekolah?"
Elina menoleh lagi ke arah pria itu. Kali ini ada sedikit rasa curiga.
"Aku dulu bersekolah di sini. Aku bahkan menjadi ketua osisnya. Namaku Okan Atmaja." Okan mengulurkan tangannya namun Elina tak menyambutnya. Pria ini memang tampan. Tapi wajarkan kalau Elina curiga dengannya? Bukankah mereka baru saja berjumpa.
"Tak apalah kalau kau tak mau berkenalan denganku. Ayo kutunjukan jalannya." Okan turun dari motornya. Ia melangkah sambil tangannya langsung menarik tangan Elina membuat gadis itu terkejut. Dan bodohnya, Elina menurut saja tanpa membantahnya.
Di bagian belakang pagar sekolah, ada sebuah pohon besar yang batangnya menempel pada dinding pagar.
Pada batang pohon itu ada tangga yang sudah tersedia. "Baiklah!"
"Bagaimana aku bisa melompat ke seberang? Pacarnya lumayan tinggi."
"Kau akan menemukan tangga yang menempel di sana. Bagian belakang pagar ini aman. Penjaga sekolah bahkan jarang ke sini karena katanya pohon ini angker."
Elina terbelalak. "Angker?"
Okan tertawa. Sungguh Elina suka dengan gigi putih yang rapih itu. "Itu hanya hoax yang sengaja kami ciptakan saat bersekolah di sini. Naiklah. Kau aman. Tak ada setan di sini."
"Terima kasih!" Elina mulai memanjat. Namun baru di tangga kedua, ia berhenti dan menoleh ke bawa. "Hei...jangan berdiri di bawahnya. Kau bisa melihat baju dalamku."
Okan kembali tertawa. Sial! Gadis ini tahu kalau aku punya niat mesum.
Perlahan cowok itu mundur beberapa langkah. Elina pun berhasil melewati pagar itu dengan sukses.
Itulah awal pertemuan mereka. Pertemuan yang sangat berkesan. Sampai akhirnya, mereka pun sering berjumpa. Entah mengapa Okan selalu berada di sekitar sekolah.
"Aku sering melihat kau bersama Okan Atmaja. Dia adalah mantan ketua osis di sini dan kapten tim basket sekolah kita. Dia lulus 2 tahun yang lalu. Jangan dekat dengannya. Dia memang tampan tapi berandalan." Sonya, teman sekelasnya mengingatkan Elina.
"Berandalan? Dia anak kuliahan. Aku pernah melihatnya membawa beberapa buku. Sepertinya ia anak fakultas Tehnik arsitek."
"Iya. Tapi dia salah satu pemimpin gank yang ada di dekat kompleks sekolah ini. Dia juga bukan levelmu, Elina. Kau anak seorang pengusaha terkenal, seharusnya kau bergaul dengan kaum pria dari kalanganmu. Bukankah kau lihat, banyak cowok tampan yang kaya di sekolah ini yang ingin menjadi pacar mu?"
Di sekolah ini, Elina memang salah satu murid yang terkenal. Bukan karena ayahnya adalah salah satu pengusaha terkenal, tetapi Elina salah satu murid berprestasi.
Namun Elina yang saat itu baru berusia 15 tahun, tak menghiraukan perkataan teman sekelasnya. Ibunya mengajarkan Elina untuk berteman dengan siapa saja tanpa harus memandang status sosial seseorang.
Persahabatan Elina dan Okan berjalan mulus. Elina suka sekali dengan sikap Okan yang membuatnya selalu nyaman berada di samping cowok itu.
"Eli, minyak wangi apa yang kau pakai?" Tanya Okan suatu hari saat mereka sedang makan bakso di warung dekat sekolah Elina.
"Minyak wangi ini diberikan kakakku waktu aku ulang tahun ke-15. Sejak itu aku tak pernah mengganti minyak wangi lain. Aku suka baunya."
"Baunya menenangkan. Sama sepertimu."
Elina akan tersenyum setiap kali Okan menggodanya. Namun hanya sebatas itu. Okan tak pernah menyatakan cintanya pada Elina walaupun mereka sudah satu tahun lebih menjadi teman.
Sampai suatu ketika, Elina berulang tahun yang ke-17. Ayah dan ibunya menyiapkan pesta ulang tahun di salah satu hotel ternama di Surabaya. Elina sudah duduk di kelas 3 SMA. Ia mengundang semua teman-tenang termasuk Okan.
"Kamu akan datangkan?"
Okan memandang undangan berwarna merah muda itu. "Harus pakai pakaian rapih ya kalau ke sana?"
"Iya. Jangan pakai jeans yang sobek di bagian lutut. Kau harus pakai celana kain dan kemeja yang rapih."
"Aku nggak punya celana kain. Hampir semua celanaku berbahan jeans yang sobek di bagian lutut."
"Pokoknya kamu datang. Harus datang!"
"Ok manis." Okan mengacak rambut Elina membuat gadis itu sedikit tersipu. Apalagi saat pandangan mata mereka bertemu, Elina merasakan jantungnya berdetak cepat.
Di pesta ulang tahun Elina, cowok itu datang dengan dandanan yang berbeda. Ia mengenakan celana kain hitam dan kemeja lengan panjang yang digulung sampai batas siku tangannya. Rambutnya di sisir rapih dan menggunakan minyak rambut.
"Waw...., aku suka dandananmu ini." Puji Elina membuat Okan memutar matanya malas.
"Ibuku yang menyiapkan semua ini. Ia senang saat aku bilang mau datang ke pesta ulang tahun pacarku yang ke-17."
"Pacar?" Elina terkejut mendengar perkataan Okan. Sejak kapan mereka pacaran?
"Ya. Memangnya kamu tak merasa kalau hubungan kita kayak orang yang sedang berpacaran?"
"Tapi, kamu tak pernah mengungkapkan perasaanmu kepadaku."
"Haruskah diungkapkan disaat kamu tahu kalau aku menyukaimu dan aku tahu kalau kamu menyukaiku juga? Aku hanya menunggu sampai usiamu 17 tahun untuk mengatakan pada semua orang kalau kau adalah milikku. Selamat ulang tahun sayang!" Kata Okan sambil menyerahkan sebuah kado. "Maaf jika isinya mungkin tak semahal dengan semua hadiah yang ada di sini. Hadiah ini dirajut sendiri oleh ibuku."
"Oh ya?" Elina memeluk kado itu di dadanya. Ia merasa sangat bahagia. Saat ia membukanya ternyata sebuah mantel rajutan berwarna pink.
Sejak malam itu, hubungan mereka menjadi semakin akrab. Okan bahkan mengajak Elina ke rumahnya. Sebuah rumah yang sederhana namun penuh kehangatan. Ibu Okan bernama Larasati. Ia seorang bidan yang bekerja di salah satu rumah sakit swasta.
Larasati memeluk Elina dengan hangat."Okan, menjalani hubungan jangan sampai kelewat batas ya? Elina masih sekolah dan kamu masih kuliah. Ingat, orang tua Elina adalah orang ternama di kota ini. Kau harus menunjukan bahwa dirimu pantas untuk Elina."
Okan mengangguk. Ia dan Elina memang masih berpacaran pada tahap yang wajar. Sejujurnya, Okan sudah mencium bibir tipis Elina. Ciuman pertama bagi Elina dan membuat gadis itu tak bisa tidur sampai pagi.
Hubungan yang manis itu tiba-tiba diketahui oleh orang tua Elina. Papanya bahkan memukul Elina di depan banyak orang saat memergoki mereka berdua sedang nonton bioskop.
"Aku peringatkan padamu berandalan, jangan pernah dekati anakku. Memangnya siapa kamu sampai berani bermimpi menjalin hubungan dengan Elina?"
Danny, ayahnya Elina bahkan menampar Okan sampai mulut Okan berdarah. Namun Okan sama sekali tak membalasnya.
"Aku mencintai Elina, om."
"Makan tu cinta. Kamu mau kasih makan apa anakku yang bahkan sejak dalam kandungan sudah hidup dalam kemewahan?"
Sejak saat itu, Elina tak pernah bebas keluar rumah. Sonya dan beberapa temannya selalu datang dan menghibur Elina. Jika jam istirahat, Elina suka menyelinap diam-diam melalui pagar belakang. Ia dan Okan akan bertemu walaupun hanya 15 menit. Selebihnya, mereka saling melepas rindu lewat telepon.
Ayah Elina ternyata tak tinggal diam. Menjelang ujian akhir Elina, ia mendengar kalau anak-anak yang tergabung dalam gank yang dipimpin Oleh Okan diserang oleh gank lain. Ada beberapa yang meninggal dan Okan sekarat. Elina memohon agar ia diijinkan menjenguk Okan namun tak diijinkan oleh ayahnya. Sampai suatu sore, datanglah Larasati ke rumah Elina. Ia memohon pada Elina agar datang menjenguk Okan.
"Okan sudah sadar dan dia selalu menanyakanmu, nak. Tante mohon, temuilah Okan."
Linda, ibunya Elina sudah mengijinkan. Namun Danny tiba-tiba muncul dan melempari setumpuk uang ke wajah Larasati. "Jangan bodohi anakku. Kalian hanya ingin uang kan? Nih ambil dan pergi dari sini!"
"Ayah...!" Elina terkejut.
"Sampai aku mati pun, aku nggak akan pernah mengijinkan putriku dekat dengan anak bidan rendahan sepertimu. Silahkan pergi!"
Saat itu, Elina menangis dalam pelukan ibunya. Apalagi ayahnya mengatakan akan mengirim Elina ke kuar negeri. Gadis itu hanya bisa pasrah.
"Elina, kau masih muda. Kerjarlah cita-citamu. Kalau memang kau dan Okan berjodoh, maka jalan akan terbuka di hadapan kalian. Kalau memang tak berjodoh, kau harus belajar melepaskan Okan. Ibu akan membantumu ketemu, Okan. Berpamitanlah padanya secara baik-baik."Kata Linda sambil membelai kepala putrinya yang berbaring di pangkuannya.
Elina berhasil mengunjungi Okan di rumah sakit dengan bantuan ibunya. Saat melihat keadaan Okan, Elina langsung menangis karena ada banyak luka di sekujur tubuhnya. Yang paling parah adalah luka tusukan di pinggangnya yang membuat Okan hampir mati. Elina tahu perkelahian antar gank itu terjadi karena ada campur tangan ayahnya yang menginginkan Okan mati.
"Sayang...., kau datang?" Wajah pucat Okan terlihat bahagia saat melihat Elina berdiri di samping tempat tidurnya.
Elina menghapus air matanya. Ia tak mampu untuk berpamitan namun ia sudah berjanji pada ibunya untuk berpamitan.
"Okan, besok aku akan pergi. Aku datang untuk pamit padamu."
"Jangan, Eli. Jangan tinggalkan aku. Aku akan kuliah dengan benar. Aku akan mencari pekerjaan yang baik. Akan kubuktikan pada ayahmu kalau aku pantas untukmu. Hanya satu pintahku, jangan tinggalkan aku!" kata Okan dengan wajah penuh permohonan.
"Maafkan aku...!" Elina tertunduk.
"Aku mohon, Eli. Tinggalah bersamaku. Aku tak akan menyentuhmu sebelum kita menikah. Tapi jangan tinggalkan aku."
"Nak, jangan tinggalkan Okan. Dia sungguh-sungguh mencintaimu!" Larasati ikut memohon.
"Maafkan aku...!" Elina berlari meninggalkan ruang perawatan Okan. Ia masih mendengar suara teriakan Okan yang lemah memintanya untuk tidak pergi. Elina memilih meninggalkan Okan demi kebaikan pria itu sendiri. Dia juga memilih pergi karena tak punya keberanian melawan orangtuanya. Ia bahkan melewati upacara kelulusan di sekolahnya. Keluarga besar Elina pun memilih tinggal di Jakarta.
Nasib ternyata begitu cepat membalikan semuanya. Setahun setelah Elina kuliah di Istanbul, ia mendapat kabar kalau ayahnya berpoligami. Dan yang membuat Elina semakin hancur ternyata istri kedua ayahnya adalah Sonya. Teman sekelasnya yang memang matre itu. Elina pulang. Ia memberontak bahkan ia sempat berkelahi dengan Sonya. Ayahnya yang telah dibutakan oleh pesona gadis muda mengusir Elina. Gadis itu memilih kembali ke Turki dan melanjutkan kuliahnya.
Elina tak pernah pulang. Ia hanya selalu mendengar keluhan ibunya terhadap perlakuan tak adil ayahnya. Dan ketika Elina hampir menyelesaikan kuliahnya, ia mendapat kabar kalau ayahnya bangkrut. Ayahnya bunuh diri karena tak sanggup menahan tekanan karena besarnya hutang perusahaan. Ibu Elina pun meninggal 6 bulan kemudian. Elina sebatang kara karena kakaknya juga memilih menjauh bersama keluarganya karena merasa malu dengan perilaku ayahnya. Sementara Sonya? Ia kabur dengan laki-laki lain setelah berhasil mencuri semua perhiasan ibu Elina.
Hidup memang kejam, bukan? Kayak cerita di sinetron Indonesia yang penuh dengan air mata. Tapi itulah yang Elina alami. Kini, setelah ia telah bangkit dengan usaha kecilnya, ketika ia bisa berlibur ke Istanbul kembali dengan hasil usahanya, ia dipertemukan kembali dengan Okan yang hidupnya sudah berhasil. Haruskah Elina dengan tidak tahu malunya menerima Okan?
********
Adelia membuka matanya saat mendengar tangisan sepupunya itu. Ia tahu kalau Elina sudah kembali dari ingatan masa lalunya.
"Na, kalau memang kau masih mencintai Okan, kenapa tak menerima saja lamarannya?"
Elina menoleh ke arah sepupunya. "Okan sudah terlalu tinggi untuk ku raih seperti dulu aku meninggalkannya karena merasa ia terlalu rendah untuk bersamaku." Kata Elina lalu menghapus air matanya. Ia membaringkan tubuhnya. Ia ingin beristirahat sebentar dan memutuskan untuk kembali ke Jakarta.
********
Makasi sudah mendukung kisah ini....
Beri komentarnya ya.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
keke global
part termewek 😭😭
2024-04-14
1
itanungcik
😭😭😭😭.
2023-03-03
1
banyubiru
Sedih bacanya 😭😭
2021-12-20
1