Saat Okan dan Elina memasuki rumah, langsung terdengar suara Larasati yang melengking tinggi.
"Bagus kalian berdua ya? Dasar kamu Elina perempuan tak punya hati! Kamu pasti sengaja kan mengajak Okan berlibur? Apa kamu nggak kasihan dengan Susi yang sementara ngidam? Apa kamu tahu betapa siksanya seorang perempuan yang hamil?"
"Bu, aku yang mengajak Elina. Kami merayakan HUT nya Elina dan juga HUT pernikahan kami." Okan langsung melingkarkan tangannya di bahu Elina. Ia tak mau Elina merasa tersakiti.
"Lalu membiarkan Susi menderita sendiri? Di mana keadilanmu sebagai seorang suami? Istri keduamu sedang hamil dan mengalami masa ngidam yang tidak menyenangkan. Kau justru bersenang-senang dengan Elina"
"Ibu....!"
"Mas.....!" Elina menepuk pundak suaminya. Ia tak mau ada pertengkaran. "Lihatlah Susi di kamarnya. Aku mau beres-beres barang-barang kita dulu."
"Aku juga capek, sayang. Aku butuh istirahat." keluh Okan.
"Pergilah lihat Susi dulu."
Okan dengan setengah terpaksa melangkahkan kakinya menuju ke kamar Susi. Sedangkan Elina langsung meminta Bi Ina untuk membawakan barang-barangnya ke kamar.
Saat Okan memasuki kamar Susi, perempuan itu langsung tersenyum bahagia. "Mas.....!"
Okan mendekat dan duduk di tepi tempat tidur.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Okan.
"Rasanya sangat menyenangkan melihatmu, mas. Anak ini maunya dekat-dekat dengan mas Okan."
Okan hanya tersenyum tipis. "Kandunganmu kan sudah memasuki bulan ke-5 jadi seharusnya rasa mual dan muntah itu hilang. Kamu harus kuat Susi supaya nanti bayinya nggak cengeng."
Susi memeluk pinggang Okan. "Aku maunya kuat, mas. Tapi bayinya mau dekat-dekat mas Okan. Rasa mualnya kini sudah hilang karena mas Okan di sini."
"Sekarang tidurlah. Kau harus banyak istirahat."
"Mas jangan pergi ya...." Susi memejamkan matanya sambil terus memeluk pinggang Okan. Hati Okan menjadi gelisah. Ia terus memikirkan Elina. Mereka baru saja pulang dari berbulan madu. Okan sebenarnya ia masih ingin berdua dengan Elina namun ia tak bisa menikmatinya di saat mereka masih tinggal bersama. Okan ingin agar rumah yang sementara di bangunnya cepat selesai sehingga ia akan bersama dengan Elina terus.
1 jam kemudian, Okan hampir saja tertidur saat ponselnya berbunyi. Tangan Susi yang memeluk pinggangnya sudah terlepas. Okan pun keluar dari kamar.
"Hallo, daddy!"
"Okan. Bagaimana bulan madunya?" terdengar suara Yarmal, ayahnya dari seberang.
"Berjalan dengan baik, dad. Kami baru saja kembali dari Bali."
"Alhamdulillah. Oh ya, daddy tak bisa hadir dalam pembahasan proyek di Jakarta dan Batam. Jadi Zeki yang akan ke sana. Pesawatnya mungkin akan mendarat 3 jam lagi. Tapi Zeki nggak mau tinggal di hotel. Dia maunya tinggal di rumahmu. Kamu tidak keberatan kan? Dia mungkin akan tinggal selama 3 bulan di sana."
"Nggak masalah, dad. Rumah ini adalah juga rumah Zeki. Nanti aku minta sopir untuk menjemput Zeki."
"Baiklah. Sampailan salamku untuk ibumu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. " Okan segera mencari para pelayan untuk menyiapkan kamar tamu yang ada di lantai 2.
Okan juga memberitahu ibunya mengenai kedatangan Zeki. Setelah itu ia ke kamarnya dan melihat Elina yang baru selesai mandi.
"Bagaimana Susi?" tanya Elina.
"Sudah tidur." Jawab Okan terlihat kurang suka saat harus membahas tentang Susi.
"Baguslah kalau dia akhirnya mau tidur."
Okan tiba-tiba memeluk Elina dari belakang. Ia memberikan kecupan-kecupan kecil di leher istrinya.
"Mas....!" Elina berusaha menghindar namun Okan tetap mendekap istrinya itu.
"Kamu harum. Membuatku ingin menyentuhmu."
"Mas, aku mau siapkan makan malam." Elina melepaskan diri pelukan suaminya. "Ayo sana mandi. Bajunya sudah aku siapkan."
Okan sedikit cemberut namun ia menurut juga. "Sayang, Zeki akan datang dan tinggal di tempat ini."
"Oh ya? Kamarnya sudah disiapkan?"
"Sudah."
"Aku akan masak masakan Turki."
"Apapun yang kau masak pasti Zeki akan menyukainya."
Elina mencium pipi suaminya. "Aku ke dapur dulu ya?" ujar Elina. Ia mengambil karet rambut dan mengikat rambut panjangnya.
Di dapur, Elina di bantu oleh bi Ina dan 2 orang pelayan lainnya. Para pelayan di rumah ini memang sangat menyukai Elina. Mereka suka dengan sifat Elina yang ramah dan tak sombong. Sangat berbeda dengan Susi. Semenjak menikah dengan Okan, sikap Susi jadi suka memerintah. Apalagi kehamilannya ini membuat ia selalu meminta ini dan itu pada para pelayan.
Selama 2 jam mereka berkutat di dapur menyiapkan makan malam. Okan sesekali datang menggoda istrinya membuat para pelayan ikut bahagia. Mereka tahu bagaimana sayangnya Okan pada Elina.
Zeki pun tiba. Ia yang lancar berbahasa Indonesia segera menyalami Larasati. Lalu memeluk Okan dan menyerahkan 2 botol anggur yang senagaja ia bawa khusus dari Istanbul.
"Kakak ipar, kau terlihat semakin cantik dan anggun." Puji Zeki saat melihat Elina.
"Makasi, Zek." Ujar Elina sedikit tersipu.
"Ayo kita makan!" ajak Okan.
Langkah Zeki terhenti. "Ini siapa?" Tanya Zeki sambil menunjuk Susi yang berdiri di belakang Okan.
"Oh ini istri kedua Okan. Namanya Susi. Sekarang ia sedang hamil anak Okan." Kata Larasati dengan sangat bangga.
"Istri kedua Okan?" Zeki terkejut. "Kakak, Elina sudah sangat cantik sebagai seorang perempuan. Apalagi yang kurang sampai harus punya istri lagi?" Tanya Zeki sambil menggelengkan kepalanya. Ia tak peduli dengan wajah Larasati yang terlihat kurang suka dengan perkataan Zeki.
Perasaan Okan jadi tak enak. Apalagi saat duduk di meja makan dan Susi langsung mengambil tempat duduk di sebelah Okan. Elina pun memilih duduk di samping Zeki.
"Masakan ini buatan siapa? Masakan Turki nya juga enak." puji Zeki.
"Elina yang memasaknya." Ujar Okan.
"Wah kakak ipar. Kau bukan hanya cantik tapi juga pandai memasak. Benar kata mommy ku Elina memang wanita yang luar biasa." Kata Zeki terus bicara sambil menikmati makan malamnya.
"Perutku mual makan makanan ini. Bi Ina, tolong buatkan aku makanan yang lain saja." Kata Susi sambil memegang perutnya.
Okan menatap Susi dengan heran. Bukankah tadi Susi kelihatan menikmati makanan buatan Elina? Kenapa sekarang perutnya jadi mual?
"Maaf kalau makanannya kurang enak. Mungkin pengaruh hormon kehamilannya." Kata Elina sedikit sedih. Apalagi saat dilihatnya ibu mertuanya juga ikut berhenti makan.
"Orang hamil kan memang seperti itu. Kalau aku sangat suka dengan makanan ini. Oh ya kakak ipar, ibu mengirimkan hadiah untukmu." Zeki lalu memandang Susi. "Maaf ya Susi kalau belum ada untukmu. Soalnya keluarga di Istanbul tahu kalau menantunya hanya Elina."
Susi pura-pura tersenyum.
"Ibu sudah kenyang." Larasati berdiri. "Zeki, teruskan makannya ya?"
"Baik, bibi. Saya memang belum mau berhenti makannya. Terlalu enak untuk dibiarkan." Ujar Zeki sambil menikmati terus makanannya.
Larasati meninggalkan meja makan. Susi pun berdiri. "Mas Okan, selesai makan, ke kamar aku ya?" Ujar Susi lalu segera meninggalkan meja makan.
Okan terlihat menahan marah. Ia tahu kalau ibunya dan Susi berusaha merusak makan malam karena Zeki sangat menyukai masakan Elina.
"Mas, mau nambah lagi?" Tanya Elina.
Okan mengangguk. Seperti Zeki, Okan pun sangat menyukai masakan Turki buatan istrinya. Akhirnya mereka bertiga makan sampai kenyang.
Selesai makan, Okan dan Zeki memilih untuk minum anggur di teras belakang.
"Kak Okan, kenapa menikah lagi? Apa yang kurang dengan Elina?" Tanya Zeki.
Okan menceritakan semuanya. Zeki yang mendengarnya menjadi terkejut. "Kasihan Elina. Pasti rasanya tak menyenangkan di saat Susi hamil dan dia tidak. Elina hatinya sangat baik. Mommy ku selalu memuji Elina. Dia bahkan ingin kalian tinggal saja di Istanbul."
"Aku sebenarnya ingin membawa Elina pergi dari sini. Namun mengingat Susi sedang hamil dan juga kondisi jantung ibuku maka selalu saja agak sulit. Namun jika Susi sudah melahirkan maka aku akan menalaknya."
Zeki mengangkat bahunya. " Kalau aku jadi kakak, aku akan menjaga Elina dengan baik. Dia perempuan luar biasa, kak."
Okan menatap adiknya. Ia tahu sejak awal berjumpa, Zeki memang terlihat mengagumi Elina. Namun ia tak mau berpikir negatif. Ia tahu Zeki pasti menghormati Elina sebagai kakak iparnya.
Selesai berbincang, Okan menuju ke kamar Susi dan Zeki ke kamar tamu. Hari ini memang giliran Okan bersama Susi.
"Mas....!" Susi yang baru selesai makan tersenyum pada Okan.
"Sudah selesai makannya?"
Susi mengangguk.
Okan mengambil peralatan makanan yang baru saja Susi gunakan.
"Mas, mau kemana? Biar saja para pelayan yang membereskannya."
Okan tak menanggapi perkataan Susi. Ia membawa nampan itu ke dapur. Di lihatnya Elina baru saja akan menaiki tangga.
"Sayang? Aku pikir kamu sudah tidur."
Elina tersenyum. "Aku turun untuk membuat segelas susu, mas." Kata Elina sambil menunjukan gelas berisi susu yang dipegangnya.
Okan menyerahkan nampan itu pada salah satu pelayan yang masih membersihkan dapur. Ia lalu mendekati Elina. "Kita sholat subuh bareng ya?"
"Iya, mas."
Okan memeluk istrinya lalu memberikan satu kecupan manis di bibir tipis istrinya.
"Mas, malu dilihat pelayan."
"Kita lanjutkan saja di kamar?" bisik Okan menggoda. Walaupun Elina menggunakan gaun tidur yang sangat sopan dan tertutup, tetap saja istrinya itu sangat menarik di matanya.
"Aku nggak mau curang, mas. Susi pasti sudah menunggumu."
"Aku lebih senang berada di kamar kita, Eli."
"Jangan seperti itu, mas."
Susi yang mengikuti Okan tadi menjadi cemburu melihat Okan dan Elina yang berpelukan di dekat tangga.
Ia kembali ke kamarnya dengan hati kesal. Ia merasa Okan sangat tak adil padanya.
Tak lama kemudian, saat Okan masuk, Susi langsung meminta Okan untuk berbaring di sampingnya.
"Mas, baby nya ingin dipeluk papanya." kata Susi manja lalu ia segera mengambil tangan Okan dan melingkarkannya di perutnya.
*********
Zeki sengaja tak menutup pintu kamarnya. Suara Elina yang sedang membaca Alquran terdengar sampai di kamarnya. Selama ini Zeki tak terlalu peduli saat mendengar ada yang membaca kitab suci. Namun kali ini, Zeki merasa damai mendengarnya. Suara Elina terdengar sangat merdu. Dia memang bukan hanya cantik secara fisik tapi perempuan yang cantik secara iman. Ya Allah, andai aku mendapatkan wanita seperti kakak iparku.
Di kamarnya, Elina menyelesaikan membaca kitab suci. Saat ia membereskan semuanya dan menyimpan kembali Alquran, Elina baru sadar kalau ia tak mengunci pintu kamarnya. Ia oun bangun dan mengunci pintu kamarnya. Ia kemudian membaringkan tubuhnya di atas kasur. Ponselnya yang ada di atas nakas berbunyi. Elina mengambilnya.
Terima kasih kakak ipar
jiwaku jadi tenang mendengar ayat-ayat suci itu
selamat malam
Elina hanya tersenyum. Ia kemudian membalasnya.
Selamat malam juga....
Saat ia akan meletakan ponselnya, masuk lagi pesan dari Okan.
Sayang, sudah tidur?
Elina :
Baru mau tidur, mas.
Okan :
Ingin memelukmu saat ini juga.
Tersiksa harus berada di kamar ini terus
Elina :
Mas, kamu kan sedang menjaga Susi
Okan :
Aku hanya mau kamu, Eli. Aku berharap malam ini cepat berlalu agar bisa melihat wajahmu lagi
Elina :
Bobo ya, mas. Besok kan mau kerja.
Okan :
Baiklah sayang. Tunggu aku subuh untuk sholat bersama ya? I love you with all my heart
Elina :
Love you too
Okan mencium layar ponselnya. Ia kemudian meletakan ponselnya lalu memejamkan matanya. Susi yang belum tertidur pun merasa hatinya sakit. Ia tahu kalau Okan pasti saling mengirim pesan dengan Elina. Dan ia merasa sangat terabaikan.
Maaf baru up ya...
Selama ini aku masuk rumah sakit
Sekarang pun belum terlalu fit
Semoga sabar membaca kisah ini
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
gia gigin
lanjut👍👍
2021-12-27
1
banyubiru
itulah resiko terpaksa berpoligami serba salah
2021-12-22
0
Ety Nadhif
mau komen bingung🤔😴
2021-12-16
0