Di Simpan Dalam Hati

Tubuh Susi bergetar. Apa yang ditakutinya akhirnya terjadi juga. Ia mengutuki dirinya yang tak bisa menahan gairahnya malam ini. Entah setan apa yang mendorongnya untuk menggoda Okan terlebih dahulu.

"Susi....!"

Susi memberanikan diri menatap Okan yang duduk di sisi tempat tidur yang lain.

"Mas, a-aku diperkosa saat tinggal di pesantren."

Okan terkejut. Ia tahu kalau Susi pernah tinggal di pesantren sewaktu orang tuanya masih hidup.

"Siapa yang memperkosamu?"

"Salah satu guru yang ada di sana." Tangis Susi pecah. Tubuhnya semakin bergetar.

"Kenapa tak kau laporkan pada pihak pesantren?"

"Aku malu, mas. Sangat malu. Aku takut mereka akan menjauhi aku. Lagi pula, itu terjadi buka hanya satu kali. Tapi sampai beberapa kali. Tak ada saksi yang melihat kami. Aku takut tak ada yang akan percaya padaku!"

Hati Okan merasa sangat kasihan pada Susi. Ia boleh saja tak dapat mengontrol emosinya saat menyatu dengan Susi. Tapi ia tetap masih bisa merasakan tak ada penghalang pada diri Susi seperti saat ia melakukan pertama kali dengan Elina. Okan bahkan harus berjuang agak keras sebelum akhirnya berhasil mengoyak sesuatu yang Elina jaga sebagai kesuciannya.

Tangis Susi semakin dalam. Okan langsung mendekati dan memeluk Susi. "Seharusnya kamu cerita padaku waktu itu. Akan ku hajar guru tak bermoral itu. Dia bisa saja melakukan pada gadis lain."

Susi mengeratkan pelukannya. "Dia sudah mendapat hukumannya, mas. Ia sudah dikeluarkan dari pesantren karena menghamili salah satu murid. Keluarga gadis itu menuntutnya di pengadilan. Katanya ia dijatuhi hukuman 8 tahun penjara. Aku cukup puas karena dia sudah mendekam di penjara."

Okan melepaskan pelukannya. Ia menghapus air mata Susi. "Sudahlah. Jangan menangis."

"Mas, aku mohon. Jangan kasih tahu ibu ya?"

"Ya. Aku akan menjaga rahasia ini. Dan Susi, maafkan aku untuk kejadian malam ini. Aku sungguh tak tahu kenapa tak bisa mengontrol napsuku. Aku juga melihat kalau kamu begitu. Aku tak tahu, tapi hatiku mengatakan kalau ibu menaruh obat perangsang di teh yang kita minum."

"Aku juga memikirkan hal yang sama."

Okan mengacak rambutnya kasar. Ia terus teringat pada Elina. "Aku keluar dulu." Okan menyambar ponselnya dari atas meja. Saat ia membuka pintu, ternyata pintu itu sudah bisa di buka.

Okan berjalan ke dapur. Ia membuka kulkas dan mengambil sebotol air mineral. Okan meneguk air itu sampai setengah dan sisanya ia pakai untuk menyiram kepalanya. Okan masih dapat merasakan kalau darahnya masih panas dan ia akan mudah terpancing untuk bercinta lagi. Entah berapa banyak yang ibunya berikan, yang Okan tahu, jika hasratnya tak tersalurkan, ia bisa saja mati.

Jarum jam sudah menunjukan pukul 11 lewat 40 menit. Namun Elina belum juga kembali. Okan jadi gelisah. Ia mengambil hp nya. Betapa terkejutnya dia saat melihat ada 29 kali panggilan tak terjawab dari nomor Elina. Ia segera menghubungi istrinya kembali, tapi ponsel Elina sudah tak aktif lagi.

Okan duduk di teras depan dengan hati yang gelisah. Kejadian yang baru saja dilaluinya bersama Susi sungguh sangat menyiksanya. Sejak SMA dulu, Okan memang sangat mudah mendapatkan gadis yang disukainya karena ia tampan dan salah satu murid terpandai di kelas. Ciuman, pelukan bahkan pegang-pegangan di tempat sensintif wanita sudah sering Okan lakukan. Namun untuk berhubungan badan dengan seorang wanita, Okan selalu bisa menguasai dirinya. Mungkin terdengar kuno, tapi Okan hanya ingin kehilangan keperjakaannya pada perempuan yang akan menjadi istrinya. Makanya, Okan pun berharap, perempuan yang akan menjadi istrinya juga adalah seorang perawan.

Sejak mengenal Elina, Okan tak pernah mau lagi mengenal gadis lain. Elina sudah mencuri hatinya sejak Okan pertama kali melihatnya. Makanya, saat mereka dipertemukan kembali, Okan tak ingin melepas Elina lagi. Dan yang membuat Okan sangat bahagia adalah Elina masih menjaga kesucian dirinya. Okan kehilangan keperjakaannya pada istrinya yang perawan.

*********

Selesai membersihkan beberapa serpihan kaca yang menancap di lengan Elina, Arkan segera membungkus lengan Elina dengan perban.

"3 hari lagi aku akan memeriksa lukamu kembali. Usahakan jangan sampai kena air ya?" pesan Arkan membuat Elina mengangguk.

"Apakah aku sudah boleh pulang?" Tanya Elina.

"Ya. Aku akan mengantarmu. Mobilmu sudah di bawah ke bengkel sahabatku. Berikan saja alamatmu nanti akan diantar jika sudah selesai."

Elina mengangguk. Ia turun dari atas brangkar. Arkan membantunya karena tangannya yang terluka tidak bisa dipakainya untuk menopang tubuhnya.

Dalam perjalanan pulang, Elina melihat ponselnya. Ternyata ponselnya sudah mati karena kehabisan daya. Elina tahu, Okan pasti khawatir menunggunya.

Lusi yang lebih dulu diantar kemudian Elina.

"Di sini rumahmu?" Tanya Arkan saat mobilnya sudah memasuki halaman rumah yang dibukakan oleh seorang satpam.

"Rumah suamiku." Jawab Elina dan membuat Arkan sangat terkejut.

"Kau sudah menikah?"

"Ya. 10 bulan yang lalu." Jawab Elina. Wajah Arkan terlihat kecewa. Untunglah penerangan di dalam mobil hanya remang-remang saja sehingga Elina tak melihat raut wajah kecewa Arkan.

Saat mobil berhenti di depan teras, Okan yang memang sedang duduk di sana kaget melihat ada sebuah mobil yang tak dikenalnya.

Arkan yang turun pertama. Kemudian dibelakangnya ada Elina.

"Sayang....!" Okan langsung berdiri dan menyambut istrinya. Ia semakin terkejut melihat lengan Elina yang diperban dan ada memar di dahinya. "Ada apa? Kamu kenapa, sayang?"

"Mobilku menyerempet mobil nona eh..nyonya Elina. Kami sama-sama mengalami kecelakaan ringan namun tangan Nyonya Elina terluka karena terkena serpihan kaca jendelanya yang pecah." Kata dokter Arkan.

"Ban mobil dokter Arkan pecah, ia sudah membunyikan klakson namun aku tak mendengarkan. Entahlah, malam ini aku agak kurang fokus menyetir karena ingat rumah terus." Kata Elina dengan wajah menyesal. Ia tak ingin Okan menyalahkan Arkan.

"Kalau begitu aku permisi dulu, ya. Nanti 3 hari lagi aku akan ke sini dan memeriksa lukanya. Selamat malam." Arkan langsung pergi. Ia tersenyum kecut. Hampir saja ia tertarik pada istri orang. Tapi mau bagaimana lagi? Elina tak nampak sebagai wanita yang sudah bersuami. Ia begitu cantik dan masih kelihatan sangat muda. Arkan menepuk dadanya. Jangan cari masalah, Arkan. Suaminya itu kelihatan sangat mencintainya.

*******

Elina sudah selesai mengganti bajunya dengan piyama celana panjangnya. Okan membantu Elina memakai piyamanya karena tangannya masih sakit.

"Mas, tadi aku telepon kamu saat baru saja terjadi kecelakaan. Kok nggak diangkat?" Tanya Elina setelah keduanya sudah duduk di atas tempat tidur.

Okan terdiam. Ia tahu saat itu pasti dirinya sedang bercinta dengan Susi. Sejuta rasa penyesalan memenuhi rongga dadanya. Haruskah Okan menyalahkan ibunya yang sudah mencampur obat perangsang itu?

"Mas...., ada apa?" Tanya Elina.

"Maafkan aku, Eli. Malam ini aku dan Susi..., kami, kami bercinta." Okan tertunduk.

Bagaikan mendengar guntur di siang bolong, Elina merasakan kalau hatinya hancur. Ia bahkan merasakan kalau kepalanya seperti dipukul dengan palu yang sangat besar dan berat. Inilah yang ia takuti selama ini. Okan dan Susi akan bersama sebagai suami dan istri. Pelukan, ciuman, belaian bahkan mungkin hati Okan akan diberikannya pada Susi. Elina tak bisa iklas. Ia ternyata tak bisa berbagi. Elina tak mampu berbagi.

Ia menekan perasaannya sedalam mungkin. Berusaha menenggelamkan sisi hatinya yang ingin menangis. Elina ingin memukul Okan untuk menumpahkan rasa sakit di hatinya. Tangannya bahkan sudah terkepal. Namun yang dia lakukan hanyalah memegang ujung kemeja piyamanya sangat kuat menarik napasnya dalam-dalam. Ya Allah, buatlah hatiku tenang, jerit hati Elina.

"Aku tak tahu kenapa sampai tak bisa menahan napsuku. Ibu mungkin memasukan obat perangsang di teh yang kami minum. Susi juga terlihat sama seperti aku. Kami sama-sama tersulut oleh gairah yang tak bisa kami tahan. Aku sudah mencoba untuk keluar kamar, namun pintunya ngadat. Kami harus saling memuaskan sebab jika tidak baik aku maupun Susi bisa ada dalam kondisi berbahaya." Okan meraih kedua tangan Elina. "Maafkan aku, sayang. Aku sungguh menyesal. Aku bahkan membenci diriku sendiri karena tak bisa menahan hasrat setan yang sudah menguasai aku. Aku mohon padamu, Eli. Maafkan aku!" Okan mencium kedua tangan Elina secara bergantian. Ia bahkan sudah terisak dalam tangisnya.

"Aku ikhlas, mas. Susi juga adalah istrimu. Dia berhak mendapatkan nafkah lahir dan batin darimu. Kau tidak melakukan dosa karena kalian memang sudah menikah." Elina terkejut karena kata-kata itu mengalir dari bibirnya begitu saja.

Okan menatapnya tak percaya. Ia tahu sifat Elina sejak dulu. Perempuan yang kini menjadi istrinya itu sangat posesif.

"Sayang, aku janji kalau ini yang pertama dan yang terakhir. Aku bersumpah padamu atas semua rasa cinta yang kumiliki untukmu, aku tak akan pernah menyentuh Susi lagi."

"Jangan seperti itu, mas. Susi kan adalah istrimu."

Okan memeluk Elina dengan erat. "Tidak, Eli. Kau tahu aku sangat mencintaimu. Aku tak mau membaginya dengan orang lain."

Elina menggigit bibirnya untuk mengurangi sakit yang ada di hatinya. Tangannya terulur untuk menepuk pundak suaminya. "Ayo kita tidur, mas. Aku sangat lelah dan badanku juga sakit."

Okan melepaskan pelukannya. Ia mengecup dahi Elina. "Aku mencintaimu, sayang."

Elina tersenyum walaupun hatinya bagaikan tercabik-cabik. "Mas, bukankah malam ini masih giliran Susi?"

"Aku ingin bersamamu." Okan menarik tubuh Elina agar berada dalam pelukannya. Ia tak peduli apakah ibunya akan marah atau tidak. Dia ingin bersama Elina malam ini.

*********

Susi tak bisa memejamkan matanya. Hangatnya pelukan Okan, panasnya ciuman mereka bahkan betapa luar biasanya Okan dan dia saling menuntaskan hasrat malam ini tak bisa dia lupakan. Baginya, Okan adalah lelaki luar biasa. Walaupun saat bercinta tadi, Okan berulang kali meneriaki nama Elina dan bukan dirinya, Susi berusaha menerimanya. Ia tahu kalau dia hanyalah istri kedua.

Tangan Susi meraih bantal guling. Masih ada harum minyak wangi Okan yang tertinggal di sana. Susi membelai bantal gulingnya sambil membayangkan Okan yang dipeluknya. Ia tahu efek obat perangsang yang diberikan oleh ibu mertuanya masih ada sampai saat ini. Haruskah ia berterima kasih pada ibu Larasati? Dengan bantuan obat ini, Susi dapat merasakan kehebatan Okan sebagai seorang laki-laki. Dan rasanya, Susi ingin membuka hatinya untuk Okan. Bukankah ini bukan sesuatu yang salah? Okan suaminya, kan?

********

Larasati memberikan perhatian pada Elina saat mendengar kalau menantunya itu mengalami kecelakaan. Elina berusaha untuk melupakan apa yang terjadi antara Okan dan Susi. Namun jauh di lubuk hatinya, Elina merasakan sakit di hatinya. Apalagi saat dilihatnya Susi yang mulai menatap Okan sambil tersenyum malu-malu. Susi yang berinisiatif mengambilkan makanan untuk Okan saat mereka makan bersama.

Okan memilih bekerja dari rumah karena tangan Elina masih sakit. Ia bahkan sempat mendapat demam sehari setelah kecelakaan.

Dan hari ini, saat mereka baru saja selesai sarapan, dokter Arkan datang untuk memeriksa luka di tangan Elina. Saat itu, Okan sedang berada di ruang kerjanya sampai ia tak mengetahui kedatangan dokter Arkan.

Arkan dan Elina duduk bersebelahan di sofa panjang. Tangan Arkan membuka perban di tangan Elina sedikit dan mengintip lukanya.

"Nyonya Elina, lukanya sudah kering. Perbannya aku buka saja ya. Tapi kalau masih terasa nyeri, kau boleh meminum obat anti nyeri yang kuberikan waktu itu. Dan jika luka luarnya sudah mengelupas, pakailah salep ini yang akan menghilangkan bekas lukanya sehingga kulit tanganmu akan kembali mulus." Kata Arkan lalu mengambil sebuah salep berwarna biru dari dalam tas yang dibawahnya.

"Terima kasih, dok."

"Panggil Arkan saja, ya? Kesannya terlalu formal."

"Baiklah, Arkan. Panggil saja aku Elina. Aku pikir usia kita tak beda jauh."

"Aku sudah 29 tahun. Kalau kamu pasti baru 20 tahun."

"Aku dua empat tahun. 2 bulan lagi mau 25."

"Oh ya? Kau terlihat seperti gadis yang baru lulus SMA."

Elina tertawa. Ia mengibaskan tangannya ke udara. Tepat di saat itu Susi datang membawakan minuman dan kue.

"Itu siapa? Kakak iparmu atau saudara suamimu?"

Elina menelan salivanya yang terasa pahit. "Dia istri kedua suamiku."

"Apa? Bukankah kau mengatakan baru 10 bulan menikah? Mengapa suamimu sudah menikah lagi?" Arkan terlihat heran. Namun jauh dilubuk hatinya ia merasa kesal saat tahu wanita secantik Elina ternyata masih diduakan oleh suaminya. Ah, andai saja aku mengenal Elina lebih dulu.

"Perbannya akan di buka, kan?" Tanya Elina mengalihkan topik pembicaraan. Ia sebenarnya tak mau orang tahu kesusahannya. Namun ia juga tak ingin berdusta tentang siapa Susi.

Arkan mengangguk. Ia segera mengambil gunting dari dalam tasnya.

Okan keluar dari ruang kerjanya. Ia langsung melihat Arkan yang sementara membuka perban di tangan Elina. Okan pun mendekat. Entah mengapa hati Okan merasa was-was saat melihat Elina yang begitu dekat dengan seorang pria tampan seperti Arkan. Okan takut Arkan yang terlihat memiliki sejuta pesona sebagai seorang laki-laki akan menggoda Elina.

**********

Apakah Arkan akan mundur saat tahu kalau Elina memiliki madu?

Bagaimana juga sikap Susi pada Elina?

Part berikut, kita akan melihat Okan yang cemburu.

Terpopuler

Comments

gia gigin

gia gigin

Lanjut 👍🏻

2021-12-27

1

Ety Nadhif

Ety Nadhif

Thor ini kisah nyata kan,,,,trs PD akhirnya Elina cerai ngga

2021-12-16

1

Dina Hafana

Dina Hafana

larasasati tidak nengecek calon istri krdia buat okan ternyata sdh tidak gadis lagi

2021-05-02

1

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Kembali
2 Ingatan Masa Lalu
3 Aku Bersedia
4 Manisnya Cinta
5 Ketemu Mertua
6 Ikhlas Menerima
7 Hamil
8 Tak Pernah Terbayangkan
9 Tak Bisa Mendua
10 Terpaksa Setuju
11 Sebenarnya Tak Rela
12 Aku Masih Untukmu
13 Aku Menyentuhnya
14 Di Simpan Dalam Hati
15 Okan Cemburu
16 Kenyataan yang menyakitkan
17 Manjanya Susi
18 Ulang Tahunku dan Ulang tahun pernikahan kita
19 Kedatangan Zeki
20 Perhatian Untuk Elina
21 Kelahiran Anak Susi
22 Kepergian Elina
23 Seakan Tak Percaya
24 Di Simpan Dalam Hati
25 Rahasia Susi
26 Perubahan Sikap Elina
27 Kebenaran Tentang Susi
28 Golongan Darah Haikal
29 Prahara
30 Dendam Masa Lalu Larasati
31 Menghilang Sebentar
32 Bukan Pengemis Cinta
33 Hati yang Mengalah
34 Di ujung Kembimbangan
35 Rahasia Susi Terbongkar
36 Pilihan yang sulit
37 Kuat tanpamu
38 Tak Bisa Tanpamu
39 Arhan & Zeki
40 Kembali ke Indonesia
41 Menolak
42 Keputusan Okan
43 Membuka Hati
44 Cinta Arkan Untuk Elina
45 Menantu Terbaik
46 Penyesalan
47 Keluarga Arkan
48 Permintaan yang sangat sulit
49 Lidia dan Harapannya
50 Kehilangan
51 Okan menemui Elina
52 Aku yang Lebih Mengenalnya
53 Keputusan Elina
54 Anakku
55 Kembali ke sini
56 Hati yang Saling Merindukan
57 Mesra
58 Kembali Memiliki
59 Waktu Milik Berdua
60 Dua bulan Tak datang Tamu
61 Anugerah Terindah
62 Beberapa Kisah saat Hamil
63 Wanita Sempurna
64 Our baby
65 Kakak Terbaik
66 Liburan Penuh Bahagia
67 Paman Zeki
68 Menerima Anugerah Kembali (Tamat)
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Pertemuan Kembali
2
Ingatan Masa Lalu
3
Aku Bersedia
4
Manisnya Cinta
5
Ketemu Mertua
6
Ikhlas Menerima
7
Hamil
8
Tak Pernah Terbayangkan
9
Tak Bisa Mendua
10
Terpaksa Setuju
11
Sebenarnya Tak Rela
12
Aku Masih Untukmu
13
Aku Menyentuhnya
14
Di Simpan Dalam Hati
15
Okan Cemburu
16
Kenyataan yang menyakitkan
17
Manjanya Susi
18
Ulang Tahunku dan Ulang tahun pernikahan kita
19
Kedatangan Zeki
20
Perhatian Untuk Elina
21
Kelahiran Anak Susi
22
Kepergian Elina
23
Seakan Tak Percaya
24
Di Simpan Dalam Hati
25
Rahasia Susi
26
Perubahan Sikap Elina
27
Kebenaran Tentang Susi
28
Golongan Darah Haikal
29
Prahara
30
Dendam Masa Lalu Larasati
31
Menghilang Sebentar
32
Bukan Pengemis Cinta
33
Hati yang Mengalah
34
Di ujung Kembimbangan
35
Rahasia Susi Terbongkar
36
Pilihan yang sulit
37
Kuat tanpamu
38
Tak Bisa Tanpamu
39
Arhan & Zeki
40
Kembali ke Indonesia
41
Menolak
42
Keputusan Okan
43
Membuka Hati
44
Cinta Arkan Untuk Elina
45
Menantu Terbaik
46
Penyesalan
47
Keluarga Arkan
48
Permintaan yang sangat sulit
49
Lidia dan Harapannya
50
Kehilangan
51
Okan menemui Elina
52
Aku yang Lebih Mengenalnya
53
Keputusan Elina
54
Anakku
55
Kembali ke sini
56
Hati yang Saling Merindukan
57
Mesra
58
Kembali Memiliki
59
Waktu Milik Berdua
60
Dua bulan Tak datang Tamu
61
Anugerah Terindah
62
Beberapa Kisah saat Hamil
63
Wanita Sempurna
64
Our baby
65
Kakak Terbaik
66
Liburan Penuh Bahagia
67
Paman Zeki
68
Menerima Anugerah Kembali (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!