"Sayang....!" Okan mencium puncak kepala Elina saat menemui istrinya yang sedang duduk di meja kerjanya sambil mengerjakan sesuatu di depan laptop.
"Kamu sudah pulang, mas?"
"Iya."
Elina melirik jam dinding. "Masih jam 2 siang. Katanya pulang kantor nanti jam 5 sore."
Okan menatap Elina dengan tatapan menggoda. "Apa kau lupa kalau kita masih pengantin baru?"
Wajah Elina langsung menjadi panas. Apalagi lagi saat melihat gaya sensual Okan yang membuka kemejanya. Elina langsung mengalihkan pandangannya ke layar laptop.
"Kau sedang mengerjakan apa?" Tanya Okan yang kini sudah berdiri di belakang Elina sambil meletakan dagunya di atas kepala istrinya.
"Memeriksa omset penjualan. Teman-temanku di sana menjadi penasaran saat aku mengatakan kalau aku sudah menikah. Mereka penasaran karena sudah 2 minggu dan aku belum pulang ke Jakarta."
"Kita akan membuat kejutan bagi mereka. Oh ya, ayah mengundang kita untuk makan malam bersama. Kita akan kembali ke Jakarta 2 hari lagi jadi ayah ingin lebih kenal dengan menantunya."
"Baiklah. Semenjak kita menikah, aku memang belum mengenal keluarga ayahmu secara baik. Kita sudah jalan-jalan keliling Turki. Selebihnya kau hanya mengurung aku di kamar."
Okan tertawa. Ia membelai rambut Elina dengan sangat lembut. "Makan malamnya jam 8. Berarti kita masih punya 6 jam untuk berdua di kamar ini."
"Mas....!" Elina akan protes namun Okan sudah mengangkat tubuhnya dan membawa istrinya itu ke atas ranjang mereka.
"Kita baru melakukannya tadi pagi. Apakah kau tak pernah bosan, mas?" Tanya Elina saat Okan mulai membuka kancing kemejanya satu persatu-satu.
"Aku tak akan pernah bosan padamu, sayang. Karena aku mencintaimu."
Elina tertawa geli saat Okan mulai melancarkan aksinya. Sungguh, ia tak bisa menolak pesona pria blesteran Indonesia Turki ini.
***********
Rumah kediaman ayah Okan lebih besar dari rumah Okan. Halamannya sangat luas dengan taman bunga dan labirin.
Elif Yilmal, istri ayahnya Okan menyambut mereka di muka pintu. Wanita itu terlihat sangat bersahabat dan ramah. Ia merangkul Elina sambil berkata. "Selamat datang di rumah ini, nak."
Yarmal Yilmal pun tampak bahagia melihat kedatangan mereka.
"Sayang, ini adik bungsuku bernama Ceyda. Dia seorang calon pilot." Kata Okan memperkenalkan seorang gadis cantik.
"Apa kabar kakak ipar? Maaf saat kalian menikah aku tak sempat datang. Soalnya jadwal penerbanganku padat dan aku tak bisa merubahnya. Kalian menikah secara mendadak, sih. Namun kalau melihat wajahmu, aku tak herah mengapa kak Okan ingin segera menikahimu. Kau sangat cantik." puji Ceyda membuat Elina tersipu.
"Mana Zeki?" Tanya Okan.
"Biasa. Ia akan datang terlambat dengan segudang kesibukannya. Saat kalian menikah saja, dia ada di Amerika." Ujar Elif sambil mengangkat bahunya. Zeki memang tak terduga.
"Bolehkan aku meminjam toiletnya?" Tanya Elina. Mereka masih ada di ruang tamu sambil menunggu makan malam disajikan.
"Pelayan, tolong antarkan menantuku ke toilet." Kata Elif.
Seorang pelayan menunduk di hadapan Elina dan segera melangkah sambil mempersilahkan Elina mengikutinya
Toilet itu letaknya agak jauh dari ruang tamu. Sebuah ruangan yang ada di dekat pintu samping.
Saat Elina selesai, ia segera keluar. Tepat disaat itu ia melihat seorang pria tampan mengenakan celana jeans dan kemeja lengan panjang yang digulung sampai siku. Ia menatap Elina dengan tajam. Namun perlahan tatapan berubah lembut dan ia tersenyum.
"Apakah kau bidadari yang datang ke rumahku?" Tanya pria itu sambil mendekat.
Elina menggeleng. "Aku tamu di rumah ini."
"Waw...aku suka suaramu. Aku ingin tahu dari mana asal kecantikanmu ini."
Elina hanya tersenyum. Bukan hanya kali ini ia berhadapan dengan pria tampan yang menggodanya. Sudah berkali-kali. Namun tatapan mata pria ini justru mengingatkannya pada Okan dan juga papa mertuanya. Mata yang tajam seperti elang.
"Anda tuan Zeki Yilmal?"
Zeki tersenyum. "Ya. Lalu kamu cantik?" Zeki mengulurkan tangannya.
"Elina Jovanka Yil⁰mal."
"Shit!!" Umpat Zeki. "Maaf..., sudah menjadi kebiasaanku."
"Kenapa?"
"Aku mengutuki diriku yang terlambat menemukanmu. Beruntung sekali kak Okan. Berapa usiamu kakak ipar?"
"24 tahun."
"Wah, sebenarnya kita berdua yang jodoh. Aku 25 tahun."
Elina hanya tertawa.
"Sayang....!"
Keduanya sama-sama menoleh. Okan berdiri di belakang mereka sambil menunjukan wajah kurang sukanya. Ia sebenarnya sudah mendengar percakapan mereka sejak awal. Dan ia tahu kalau adik tirinya ini salah satu play boy di Istanbul.
"Hallo, kakak, selamat ya atas pernikahanmu. Maaf aku tak hadir karena kau menikah secara buru-buru. Namun aku mengerti mengapa pernikahanmu begitu cepat. Gadis secantik Elina, harus cepat diikat dalam pernikahan supaya tak di ambil orang." Zeki memeluk kakaknya lalu segera meninggalkan Elina dan Okan.
Makan malam pun berjalan dengan hangat dalam balutan suasana penuh kekeluargaan.
"Okan, mengapa kalian tak tinggal saja di Istanbul? Aku sangat suka dengan Elina. Apalagi jika sebentar Elina hamil. Pasti sangat menyenangkan punya cucu." Kata Elif sambil melirik Zeki.
"Mama mau aku cepat menikah? Carikan gadis secantik Elina. Aku pasti langsung setuju." Kata Zeki membuat semua hanya tertawa namun tidak dengan Okan. Ia melihat tatapan mata Zeki yang agak berbeda pada Elina.
Jam 10 malam, pasangan pengantin baru itu kembali ke rumah mereka. Okan terlihat sedikit kesal namun ia berusaha menutupinya.
"Mas, kamu nampak kesal?"
Okan menggeleng. Ia tersenyum tipis lalu membuka pakaiannya dan menuju ke kamar mandi.
Selesai Elina berganti pakaian, ia menunggu suaminya keluar dari kamar mandi.
"Mas, kamu kesal karena apa yang Zeki katakan?"
"Iya."
"Dia hanya bercanda, mas." Elina mendekati suaminya. Ia melingkarkan tangannya dipinggang Okan.
"Dia play boy yang tampan."
"Di mataku kamu seribu kali lebih tampan dari padanya. Aku tak mungkin akan tergoda padanya."
Okan membelai wajah istrinya. "Apa yang mereka katakan benar. Aku menikahimu secara cepat karena kau sangat cantik. Aku takut kehilanganmu lagi. Aku tahu, banyak pria yang memandang iri padaku karena memilikimu."
"Apalah arti kecantikan tanpa ada cinta yang tulus?"
"Cintaku tulus, sayang."
"Aku tahu, mas. Karena itu aku menyerahkan seluruh hatiku kepadamu."
Okan langsung mencium istrinya. Ia mencurahkan rasa sayang yang ia miliki. Tuhan sangat baik menjodohkan Elina dengannya.
************
Elina terbangun dalam rangkulan Okan saat pria itu mengguncang bahunya pelan.
"Sayang, pesawat sebentar lagi akan mendarat. Kau harus mengenakan lagi sabuk pengamanmu." Kata Okan. Ia lalu mencium pipi istrinya yang kelihatan masih malas untuk bangun.
Elina membuka matanya. Ia menegakkan tubuhnya. 16 jam lebih perjalanan membuat ia merasa lelah. Namun gadis itu tersenyum saat tahu kalau mereka duduk di ruangan VVIP yang ada ditingkat dua pesawat ini.
Pesawat mendarat dengan mulus. Mereka tiba di Jakarta jam 4 sore.
"Mas, kita tak menunggu bagasi?" Tanya Elina saat Okan terus membawanya menuju ke pintu keluar.
"Nanti akan di ambil oleh asistenku." Kata Okan. Seorang pria berbaju hitam sudah menunggu mereka di luar. Okan menyerahkan kertas nomor bagasinya. Pria itu menyerahkan sebuah kunci mobil.
Sebuah mobil lamborjini berwarna merah sudah terparkir di sana. Okan membukakan pintu bagi Elina lalu ia sendiri segera berputar ke kursi yang ada di sebelah Elina.
Perempuan itu semakin terkejut mendapati bahwa baik di Turki maupun di Jakarta, Okan benar-benar telah menjadi orang yang sangat kaya.
"Mas, boleh aku mampir di toko kue ku sebentar?"
"Di mana toko kuemu?"
"Tak jauh dari sini, mas."
"Rumahku juga tak jauh dari sini."
Saat mobil Okan berhenti, pria itu menatap istrinya. "Ini toko kuemu?"
"Iya, mas."
"Aku selalu membeli kue di sini. Mengapa kita tak pernah bertemu ya? Sudah hampir setahun aku tinggal di kompleks sini."
"Mungkin jodohnya kita bertemu di Istanbul, mas. Aku sendiri selalu berpindah-pindah ke cabang yang lain. Namun aku tinggal di lantai dua toko ini, mas."
Okan hanya bisa menggelengkan kepalanya. Takdir sungguh tak bisa di tebak.
Saat Elina turun dari mobil, Dewi dan Anita yang sedang berada di sana langsung melompat gembira.
"Elina....! Ya Allah, kamu tambah cantik saja setelah menikah." Dewi yang lebih dulu berlari dan memeluk sahabatnya itu. Anita justru lebih tertarik dengan pria tampan yang berdiri di belakang Elina.
"Ini Okan yang selalu kau ceritakan pada kami?" Tanya Anita.
Wajah Elina memerah. Ia memang selalu menceritakan tentang Okan pada kedua sahabatnya ini.
"Dia ini kan selalu membeli kue di toko kita ini, Elina. Tuan ini yang setiap membeli kue tak pernah mengambil uang kembaliannya." Anita jadi bersemangat.
"Itulah takdir. Tak tahu kemana nasib akan membawa kita. Aku justru bertemu dengan gadis impianku di Istanbul." Kata Okan sambil melingkarkan tangannya dipinggang Elina.
"Duh, pantas saja semua pria tampan yang melamarnya ia tolak. Aku pikir temanku ini seorang lesbian. Ternyata ada yang paling ganteng yang sedang di tunggunya." Dewi menggoda sahabatnya membuat wajah Elina semakin memerah saja.
"Aku hanya mampir untuk menyapa kalian. Ole-olenya nanti besok saja ya? Kopernya masih di bandara."
"Ok. Siap...!" Jawab Anita dan Dewi bareng.
Elina mengambil beberapa kue untuk di bawa ke rumah. Setelah itu keduanya pamit untuk pergi ke rumah Okan.
Rumah Okan letaknya di salah satu kompleks perumahan mewah yang letaknya tak jauh dari toko kue Elina. Beberapa kali Elina bahkan pernah mengantarkan kue ke sini. Saat mobil memasuki halaman rumah Okan, Elina terkejut karena setiap kali Elina lewat ke sini, ia kagum dengan gaya Eropa rumah ini yang membuatnya berbeda dengan rumah-rumah yang ada di sekitarnya.
"Rumah ini sebenarnya dibuat oleh ayah sebagai tempatnya menginap kalau datang ke Jakarta. Namun sejak aku bergabung dengan perusahaan ayah, beliau menghadiahkan rumah ini padaku." Kata Okan menjelaskan tanpa di minta.
Mobil berhenti di depan teras depan. Elina menjadi malu untuk menurunkan kakinya. Rumah ini 3 kali lebih besar dari rumah mewah Elina di Surabaya dulu.
"Sayang, ayo turun!" Ajak Okan melihat Elina masih diam walaupun pintu sudah Okan bukakan.
"Aku jadi malu, Mas. Keluargaku dulu menghinamu. Dan sekarang, kau bahkan mempunyai rumah yang lebih besar dariku."
Okan meraih tangan Elina. "Tak ada yang perlu kau sesali, sayang. Ini rumah kita berdua. Kau adalah nyonya Okan di rumah ini."
Elina melangkah bersama Okan memasuki rumah mewah tersebut yang perabotannya membuat Elina harus berdecak kagum karena sangat mewah.
"Kau tunggu di sini ya, aku mau cari ibu dulu." Okan meninggalkan Elina di ruang tamu. Ia melangkah menuju ke dapur.
"Ibu....!" Panggil Okan.
Larasati yang sedang memasak, terkejut melihat anaknya. "Okan? Katanya nanti pulang besok."
"Surprise.....!" Teriak Okan sambil melangkah dan memeluk ibunya dengan luapan kerinduan.
"Selamat datang, kak...!"
Okan menoleh ke arah suara. Susi, gadis berhijab, anak pamannya tersenyum ke arah Okan.
"Kau ada di sini Susi?"
"Susi akan melanjutkan kuliahnya di sini sambil menemani ibu." Kata larasati.
"Aku punya kejutan untuk ibu!" Okan menarik tangan ibunya sementara Susi mengikuti mereka dari belakang.
"Ada apa, nak?"
"Ada seseorang yang ingin ketemu, ibu!" Kata Okan.
"Sayang, ini ibu...!"
Elina membalikan tubuhnya. Ia tersenyum manis lalu mendekati Larasati.
"Assalamualaikum, bu!" Elina memegang tangan kanan Larasati dan bermaksud akan mencium punggung tangan mertuanya. Namun tak pernah diduga, Larasati mendorong pundak Elina dengan sangat keras dan membuat Elina terjatuh dengan punggung yang mengenai sudut meja.
"Ibu...!" pekik Okan terkejut. Ia langsung menolong istrinya berdiri. "Ada yang sakit sayang?" Tanya Okan khawatir.
Elina menggeleng walaupun punggungnya terasa sakit.
"Ibu, aku dan Elina sudah menikah di Istanbul." Kata Okan membuat Larasati terkejut.
"Kau menikahi perempuan yang paling ibu benci? Apakah kau sudah lupa bagaimana dulu dia meninggalkanmu? Seumur hidupku, aku tak akan merestui pernikahan ini." Teriak Larasati dengan tatapan tajam ke arah Elina. Okan terkejut. Selama ini ia tak tahu kalau ibunya membenci Elina.
********
Waw....konflik di mulai....
jangan mundur ya pembaca....
kisah Elina ini banyak pelajaran berharga terutama bagi kita kaum perempuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Yen Margaret Purba
jgn takabur buk, tar bu tiri nya okan lbh sayang dg eli loh
2022-06-16
0
gia gigin
Awal kesedihan Elina😭
2021-12-27
0
banyubiru
Wow kalau ada konflik suka takut bacanya kasihan ..ibunya Okan mungkin kecewa dan sakit hati jadinya benci sama Elina
2021-12-21
0