Dahi Elina berkerut saat Arkan mengucapkan selamat ulang tahun.
"Ulang tahunku?" Elina menunjuk dadanya.
"Ya. Ulang tahunmu."
"Dari mana kamu tahu?"
"Waktu aku meminjam KTP mu saat kecelakaan itu, aku melihat tanggal lahir mu."
Elina jadi terharu. Okan bahkan lupa dengan ulang tahunnya.
Dewi dan Anita sudah menunggu di dalam sambil memegang kue tart dengan lilin angka 25 di atasnya.
Mereka bertiga pun menyanyikan lagu selamat ulang tahun membuat Elina menjadi semakin terharu.
"Make a wish boss...!" Ujar Dewi membuat Elina jadi tertawa. Ia memejamkan matanya lalu mengucapkan doa. Doa untuk kehidupan rumah tangganya dan doa untuk usahanya.
Setelah selesai meniup lilin, mereka berempat duduk sambil menikmati kue dan kopi capucino yang disiapkan oleh Dewi.
"Terima kasih ya?" Ujar Elina pada Arkan. Pria tampan itu saat ini mengenakan kemeja biru dipadu dengan celana hitam.
"Terima kasih untuk apa? Aku hanya datang untuk membuatmu senang. Aku dapat merasakan kalau kau sedang banyak masalah saat ini."
Elina memalingkan wajahnya. Tak sanggup menatap wajah Arkan yang sedang menatapnya dengan penuh kasih.
"Kalau kau tak keberatan, sebenarnya aku ingin mengajakmu dan juga teman-temanmu untuk makan siang bersama. Kau juga bisa mengajak suamimu. Aku punya bisnis restoran dan baru 4 hari ini dibuka."
"Baiklah. Jam berapa kami bisa pergi ke restoran?"
"Jam 12. Aku akan menunggu kalian di sana. Ini kartu namaku. Ada alamat restorannya di sana."
"Ok. Sebelumnya terima kasih ya?"
Arkan hanya mengangguk. Ia menghabiskan kopinya dan langsung pamit untuk pergi.
Elina pun membersihkan meja dan ikut bergabung bersama Dewi dan Anita.
Saat jam sudah menunjukan pukul 11 siang, Elina menelepon Okan untuk mengajaknya makan siang bersama. Namun ponsel Okan yang menjawabnya adalah Larasati.
"Assalamualaikum, bu. Bisa aku bicara dengan mas Okan?"
"Okan masih di dalam ruangan periksa bersama Susi. Ada apa?"
"Eh, anu bu aku mau mengajak mas Okan makan siang bersama soalnya hari ini aku ula.."
"Elina. Biarkan siang ini Okan bersama Susi. Lagi pula ibu sudah pesan tempat di sebuah restoran untuk kami makan siang bersama. Biarkan Okan menghabiskan waktunya bersama Susi. Kasihan Susi karena dia sedang hamil anak Okan"
Elina menelan ludahnya yang terasa pahit. "Baik, bu. Selamat siang. Assalamualaikum." Elina meletakan ponselnya kembali. Wajahnya terlihat murung.
"Okan nggak bisa pergi ya?" Tanya Dewi.
"Iya. Mas Okan akan makan siang bersama ibu dan Susi."
Dewi menepuk pundak sahabatnya. "Kita akan pergi makan siang bersama. Aku dan Anita akan membuatmu bahagia hari ini."
"Terima kasih."
Pukul 12 tepat ketiga wanita itu sudah berada di restoran yang Arkan maksudkan. Pria itu sudah menunggu mereka dengan senyum manisnya.
"Andai saja aku belum menikah, aku sudah jatuh cinta pada dokter tampan ini." bisik Dewi.
"Dan andai usiaku baru 20-an, aku pasti akan jatuh cinta pada dokter tampan ini." Imbuh Anita membuat mereka bertiga tertawa bersama. Arkan yang sementara memberi instruksi pada anak buahnya, menoleh ke arah 3 wanita berbeda usia itu.
Tak jauh dari sana, tanpa mereka ketahui, Larasati, Wulan dan Okan baru saja memasuki restoran yang sama. Okan terlihat gelisah karena ia sudah janji untuk makan siang bersama Elina. Ia sudah mengirim pesan pada Elina namun istrinya itu belum membaca pesannya.
"Ayo pesan makanannya, Okan!" Ujar Larasati.
"Ibu saja yang tentukan. Lagi pula aku belum lapar." Ujar Okan sambil memainkan ponselnya. Ia melihat kalau para pelayan restoran nampak sibuk menyiapkan sesuatu. Okan juga melihat ada kue tart yang disiapkan.
"Selamat siang semuanya, maaf menganggu kenyamanan anda semuanya. Saya ada di sini untuk mewakili pemilik restoran ini untuk memberikan ucapan selamat pada ibu Elina Jovanka yang berhari ulang tahun saat ini." Kata sang MC. Musik pun mengalun, kue tart yang dipegang oleh salah satu pelayan dibawa menuju ke meja Elina.
Okan yang mendengar nama Elina disebut, menoleh dengan sangat kaget. Di bagian lain restoran itu, ia melihat istrinya bersama Dewi, Anita dan juga dokter Arkan.
Elina ulang tahun? Ya Allah, mengapa sampai aku melupakannya ya? Mengapa juga Elina tak memberitahukan kepada ku?
Larasati tersenyum sinis. "Ketahuan kelakuan istrimu. Merayakan ulang tahun dengan pria lain. Apakah itu yang dikatakan sebagai istri soleha?"
Okan berdiri namun Larasati menahan tangan anaknya. "Jangan permalukan dirimu, Okan. Kau tidak selevel dengan dokter itu."
"Ibu, istriku ulang tahun dan aku melupakannya. Semua itu salahku, bu! Aku mau ke sana!" Okan melepaskan tangannya dari genggaman ibunya. Ia melangkah mendekati meja Elina dan teman-temannya.
"Elina....!" Panggil Okan.
Mereka yang sementara menikmati kue ulang tahun menoleh dengan kaget.
"Mas?" Elina terkejut. Ia langsung berdiri. Arkan yang duduk di sampingnya menelan salivanya dengan kecewa.
"Maafkan aku, sayang!" Okan langsung memeluk Elina.
"Nggak apa-apa, mas."
"Kenapa nggak mengatakan padaku kalau kau ulang tahun?" Tanya Okan sambil membelai wajah istrinya.
"Aku sendiri lupa, mas. Tadi saat sampai di toko, dokter Arkan, Dewi dan Anita memberikan kejutan ulang tahun. Lalu dokter Arkan mengajak kami makan siang. Aku sudah menelepon mu. Tapi ibu yang angkat. Aku juga mengirim pesan padamu untuk memberitahukan makan siang di sini. Mas sudah membaca pesannya kan?"
"Pesan?" Okan melihat ponselnya. Tak ada pesan yang dimaksud. Mengertilah ia kalau ibunya sudah menghapus pesan Elina.
Dokter Arkan mengajak Susi dan Larasati untuk bergabung bersama. Awalnya mereka menolak namun karena Okan juga tak mau pindah meja, akhirnya mereka pun makan bersama.
Dewi dan Anita nampak kurang suka dengan sikap Susi yang terlihat manja pada Okan. Mereka kesal karena moments ulang tahun Elina harus dirusak oleh kehadiran Larasati dan Susi.
"Mas, aku sudah kenyang. Kita pulang, yuk!" ajak Susi sambil melingkarkan tangannya di lengan Okan.
Okan terlihat kurang nyaman. Ia menatap Elina yang duduk di sampingnya. "Sayang, aku antar ibu dan Susi ke depan ya?"
Elina hanya mengangguk.
Okan, Larasati dan Susi melangkah keluar. Tadi mereka datang bersama dan Okan yang membawa mobil. Namun di luar sudah ada pak Buddy yang merupakan sopir perusahaan.
"Pak, tolong antar ibu dan Susi untuk pulang, ya?"
"Lho, mas. Kok kami pulang sendiri." Protes Susi.
"Ayolah, Susi. Aku sudah menemanimu ke dokter. Sekarang aku mau bersama Elina. Dia ulang tahun." tegas Okan.
"Tapi Okan....!" Larasati angkat bicara namun dipotong oleh Okan.
"Nggak ada tapi-tapian. Ibu sama sekali tak memberitahukan kalau Elina menelepon dan mengirimiku sms. Ibu sengaja mengajak aku ke sini untuk membuat Elina nampak buruk di mataku kan? Bu, aku percaya pada istriku. Karena aku sangat mencintainya. Ibu dan Susi pulang saja." Kata Okan lalu segera membalikan badannya dan masuk kembali ke dalam restoran.
Okan melakukan panggilan telepon sebelum mendekati kembali meja Elina.
"Mas, kok cepat kembalinya?" Tanya Elina.
"Ibu dan Susi diantar oleh sopir. " Okan kembali duduk di samping Elina. Tangannya meraih tangan Elina dan menggenggamnya erat. "Sudah selesai makannya?"
"Iya. Kami baru mau pulang!"
"Kita akan pergi ke suatu tempat." Kata Okan.
Elina, Dewi dan Anita berpamitan dengan Arkan. Pria tampan itu hanya tersenyum manis seperti biasa. Menyembunyikan gejolak hatinya yang cemburu melihat betapa mesranya Okan menggenggam tangan Elina.
"Kami naik taxi saja." kata Anita.
"Jangan, biar aku antar saja. Sekalian mengambil ponselku yang ketinggalan." Ujar Elina.
Dewi dan Anita pun mengangguk walau mereka sebenarnya tak ingin menganggu Elina dan Okan.
Okan yang membawa mobil Elina sampai di toko kue. Sampai di sana, Elina langsung mengambil ponselnya dan kembali ke mobil.
"Kita mau kemana, sih mas?" Tanya Elina.
"Kita akan liburan ke Bali sampai kita merayakan ulang tahun pernikahan kita." ujar Okan dengan senyum manisnya.
"Tapi, mas, aku nggak bawa baju. Masa liburan nggak ada persiapan."
Okan tersenyum sambil memandang istrinya. "Kau tak akan memerlukan baju di sana karena aku akan mengurung mu di kamar terus."
"Mas Okan!" Elina memukul pundak Okan dengan wajah bersemu merah.
Mobil akhirnya memasuki halaman parkir bandara. Di sana sudah ada asisten Okan dengan sebuah koper besar.
"Semuanya sudah saya masukan di sini. Pakaian tuan dan nyonya. Ada juga alat make up nyonya seperti merk yang tuan sebutkan."
Okan mengangguk puas. Ketiganya masuk ke dalam bandara. Elina dan Okan hanya duduk saja karena semuanya diatur oleh asistennya Okan. Saat semuanya beres, Okan dan Elina masuk ke ruang tunggu.
"Bawa pulang mobilnya, kalau ibuku tanya katakan saja kalau aku dan Elina sedang liburan namun jangan katakan kalau kami liburan kemana." Pesan Okan. Ia tak mau kalau liburannya sampai diganggu oleh mamanya.
***********
Sebuah resort mewah ternyata sudah disiapkan Okan bagi mereka. Letaknya yang agak si pegunungan membuat suasananya merasa sejuk dan nyaman.
Okan dan Elina memang lebih banyak menghabiskan waktu mereka di dalam kamar. Elina hanya diijinkan untuk memberi kabar pada Anita dan Dewi, setelah itu ponsel keduanya dimatikan.
Hari ini adalah wedding anniversary mereka yang pertama. Saat Elina masih tidur, Okan sudah menyiapkan semuanya. Makan pagi yang romantis di balkon kamar mereka dan hadiah yang memang sudah lama disiapkannya.
"Assalamualaikum istriku!" Kata Okan sambil membangunkan Elina. Sebuah kecupan manis mendarat di pipi Elina. Tadi, selesai sholat subuh, Elina tertidur kembali.
"Waalaikumsalam, suamiku!" Elina perlahan bangun.
"Ayo cuci muka dan kita sarapan bersama."
Elina mengangguk. Ia segera ke kamar mandi dan membersihkan wajahnya. Setelah itu, ia mengenakan kimono gaun tidurnya dan segera menyusul Okan ke balkok kamar mereka.
"Sayang, kau menyiapkan semua ini?"
Okan mengangguk. Ia menarik kursi dan mempersilahkan istrinya duduk.
"Happy Wedding anniversary, sayang." Okan yang berdiri di belakang Elina langsung memakaikan sebuah kalung emas berliontin huruf O dan E.
"Mas Okan, ini cantik sekali." Kata Elina tanpa bisa menahan rasa harunya.
"Aku ingin agar kau selalu ingat bahwa di dunia ini hanya ada Okan dan Elina. Aku tak akan pernah membagi cintaku pada yang lain."
"Terima kasih, mas."
Okan memutar langkahnya. Ia duduk di samping Elina. Lalu tangannya menarik pinggang Elina meminta agar istrinya itu duduk di pangkuannya.
"Sayang, aku sementara membangun sebuah rumah untuk kita. Kalau rumah itu sudah selesai, kita akan pindah ke sana. Aku akan menceraikan Susi saat anak kami sudah lahir. Anakku tak akan kekurangan apapun."
"Bagaimana jika ibu menolaknya, mas?"
"Kali ini, aku akan melawan ibu. Aku tak mau kamu tersakiti terus. Susi juga tahu kalau aku hanya mencintaimu." Okan membelai wajah Elina. "Bersabarlah sedikit, sayang. Mungkin rumah itu akan jadi setelah Susi melahirkan. Aku akan mengunjungi ibu dan Susi seminggu sekali untuk melihat anakku. Namun aku akan datang bersamamu."
"Mas, aku tak mau menyakiti Susi."
"Aku juga tak mau kamu terus tersakiti. Kamu setuju dengan pembangunan rumah itu kan?"
Elina hanya mengangguk. Ia memeluk Okan dengan sangat erat. Berharap kalau ke depan semuanya akan baik-baik saja. Elina sungguh mencintai Okan dengan seluruh cinta yang ia miliki.
*********
Di kamarnya, Susi mengepal tangannya. Sudah seminggu Okan dan Elina menghilang. Susi butuh Okan saat ini. Ia rindu memeluk Okan sambil mencium harum tubuh lelaki tampan itu.
"Susi, ayo makan!" ajak Larasati.
"Aku nggak ada selera makan, bu. Aku butuh mas Okan. Dia menghabiskan waktunya selama 1 minggu bersama mba Elina dan membiarkan aku sendiri? Ini nggak adil, bu."
"Sabar, nak. Mereka pasti pulang. Okan kan harus kerja."
Susi menangis. "Bu, tolong buat mas okan dan mba Elina bercerai. Aku nggak tahan seperti ini. Lebih baik aku pergi saja dengan anak ini. Supaya ibu dan mas Okan tak akan melihatnya."
"Susi, jangan seperti ini!"
"Aku sudah mengandung anak mas Okan, seharusnya aku yang menjadi jadi istri pertama."
"Sabar, nak. Ibu sedang mencari cara untuk memisahkan mereka."
Susi tersenyum dalam hati. Itu memang yang dia inginkan. Menjadi istri pertama dan satu-satunya dari Okan Yirmal.
Hai.....
jangan kesal baca part ini ya...
jalan ceritanya memang sudah seperti ini.
Semoga tetap dukung emak ya???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Ari Peny
semua wanita pasti gk mau berbagi ikhlas itu hanya boong
2022-12-24
1
gia gigin
Dasar rubah licik😠
2021-12-27
0
banyubiru
Lama2 ketahuan juga sifat aslinya Susi .... serakah 😡😡
2021-12-22
0