Dokter Arkan memeriksa kembali luka-luka di lengan Elina. "Sudah kering."
"Sudah bisa terkena air? Aku sudah agak gerah karena mandi rasanya nggak bersih."
Arkan mengangguk. Tangannya masih memegang lengan Elina. Jarak mereka yang begitu dekat membuat Arkan harus menahan dirinya untuk tak membelai wajah cantik di depannya. Arkan sudah banyaj kali berdekatan dengan pasien wanita cantik. Namun baru kali ini Arkan hampir tak bisa mengontrol dirinya.
Ini dokter Arkan Malik
Okan mencoba menekan perasaannya. Ia tahu kalau dokter itu hanya memeriksa istrinya.
"Bagaimana luka di lengan istri saya, dok?" Okan mendekat lalu segera memposisikan dirinya di samping Elina. Tangan Okan langsung melingkar di pinggang istrinya. Elina cukup terkejut melihat sikap posesif Okan. Wajahnya langsung memerah membuat Arkan langsung melepaskan tangannya yang masih memegang lengan Elina. Sebagai seorang dokter yang belajar ilmu spikologi, Arkan dapat membaca aura cemburu dari sikap Okan.
"Lukanya sudah mengering."Dokter Arkan memasukan semua peralatan medisnya ke dalam tas kerjanya. Ia juga membuka kaos tangan plastik yang digunakannya saat membersihkan luka Elina.
"Aku permisi dulu." Pamit Arkan.
"Terima kasih, dok." Okan dan Elina sama-sama berdiri dan tangan Okan masih melingkar di pinggang Elina.
Arkan hanya mengangguk sambil tersenyum. "Aku sudah tanya pada temanku yang memperbaiki mobilmu, Elina. Mereka masih membutuhkan waktu 10 hari lagi untuk memperbaikinya."
"Tak apa-apa, Arkan. Aku juga kayaknya masih trauma membawa mobil sendiri."
"Jangan takut. Nanti keterusan. Harus dilawan traumanya." Kata Arkan sambil melangkah.
Elina dan Okan mengikuti sampai di teras depan. Sopir Arkan langsung turun, mengambil tas lerja Arkan dan meletakannya di jok depan. Ia lalu membuka pintu belakang.
"Tuan Okan, Elina, saya permisi dulu ya?"
"Sekali lagi makasi ya.." Kata Elina.
"Makasi juga untuk kue kirimannya. Sangat enak." Kata Arkan sebelum menutup pintu mobilnya. Elina melambaikan tangannya pada Arkan sebelum mobil itu menjauh meninggalkan halaman rumah Okan
"Kiriman kue?" Tanya Okan sambil menatap Elina.
"Iya. Kemarin aku kirim kue untuk Arkan." Ujar Elina lalu membalikan badannya dan segera masuk ke dalam. Ia mengambil salep dan obat yang ditinggalkan Arkan di atas meja lalu segera menaiki tangga untuk ke kamarnya. Saat ia berada di lantai 2, ia berpapasan dengan Susi. Di tangan Susi ada baju Okan.
"Mba, aku masuk ke kamar mba untuk mengambil baju kotor mas Okan." Kata Susi dengan wajah polosnya.
Elina hanya bisa menahan rasa dongkol di hati. Ia tak suka kamarnya di masuki orang lain. Bahkan para pelayan tak pernah ada yang masuk ke sana.
"Lain kali, biar aku saja yang membawa baju kotornya. Elina tak terlalu suka ada orang lain yang masuk ke kamarnya." Kata Okan yang sudah ada di belakang Elina.
"Maaf, mas. Pelayan sudah meminta baju mas Okan untuk dicuci. Kalian masih ada tamu tadi." Susi terlihat menyesal.
"Nggak apa-apa Susi. Kau juga kan istri mas Okan. Kau berhak masuk ke kamar mas Okan" Kata Elina sambil tersenyum walaupun hatinya terasa panas. Ia segera melangkah memasuki kamar diikuti oleh Okan.
Elina menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Ia kemudian mengambil ponselnya yang berbunyi. Wajahnya tersenyum melihat kalau itu panggilan dari Arkan.
"Hallo Arkan. Ada apa?" Tanya Elina.
"Maaf kalau aku menganggu kamu lagi. Obat yang berwarna hijau itu sebaiknya diminum sesudah makan. Karena obat keras biasanya akan menimbulkan sakit maag."
"Baiklah, dokter. Terima kasih atas peringatannya. Aku memang punya gangguan lambung."
"Ok. Semoga cepat sembuh ya. Bye."
Okan menatap Elina tajam. Entah mengapa hatinya terbakar melihat Elina yang tersenyum menerima panggilan dokter itu.
"Eli, mengapa kamu terlihat sangat akrab dengan dokter itu. Kamu tidak memanggil dia dengan sebutan dokter dan dia juga memanggilmu dengan sebutan namamu tanpa ada kata nyonya di depannya."
Elina menatap suaminya heran. "Mas, Arkan sendiri yang meminta aku untuk memanggil namanya saja. Jadi aku juga bilang padanya panggil namaku saja tanpa ada embel-embel nyonya. Lagi pula usia kami tak jauh berbeda. Dia usianya baru 29 tahun."
"Cih, bahkan usianya kamu sudah tahu. Seakrab apa kalian ngobrol sampai kamu mengirim kue padanya."
"Mas, kemarin aku baca postingannya, kalau dia lagi cari kue untuk acara kecil-kecilan di apartemennya. Aku meminta Dewi untuk mengirimkan kue padanya. Hanya sebagai tanda terima kasih saja. Nggak lebih. Dia sudah mau menolong aku malam itu. Dia juga mau membawa mobilku ke bengkel. Kamu cemburu ya?"
"Kalau ya, memangnya kenapa? Aku dapat melihat gelagatnya yang menyukaimu. Aku juga seorang laki-laki."
"Kamu jangan sembarangan, mas. Keramahannya itu hanya sebatas dokter dan pasien. Lagi pula siapa yang tahu kalau dia sudah menikah?"
Okan duduk di samping Elina. Ia meraih tangan istrinya dan menggengamnya erat. "Sayang, aku tahu kalau aku sudah .melakukan kesalahan padamu saat tidur bersama, Susi. Aku tahu hatimu terluka walaupun bibirmu mengatakan tak apa-apa. Seperti aku sekarang ini yang melihat dokter itu. Hatiku cemburu karena aku sangat mencintaimu. Aku takut kau akan meninggalkan aku karena sakit hati padaku."
Elina memegang pipi suaminya. "Mas, 6 tahun sendiri tanpa ada pria lain dalam hidupku, apakah itu tak cukup membuatmu percaya padaku? Sebelum kita bertemu lagi, aku sudah banyak dilamar oleh pria lain. Ada duda tampan beranak satu, ada dokter gigi, ada seorang pegawai bank, dan ada seorang CEO terkenal bernama Angga Pranata. Namun semuanya aku tolak karena aku tak bisa melupakanmu sebagai cinta pertama dalam hidupku."
"Angga Pranata?"
"Mas mengenalnya?"
"Tentu saja. Dia salah satu pengusaha dan pengacara terkenal di Jakarta ini. Dia tampan, memiliki kekayaan yang besar karena anak tunggal. Sampai sekarang diusianya yang ke-30, ia belum juga menikah."
"Kalau mereka saja tak aku lirik disaat diriku masih gadis, apalagi Arkan?"
"Kamu belum tahu siapa Arkan Malik? Dia salah satu dokter bedah yang paling terkenal karena menjadi lulusan terbaik di Harvard university. Ia bahkan meraih gelar spesialisnya sebagai dokter bedah diusianya yang masih 22 tahun. Kakeknya, ayahnya, bahkan ibunya juga adalah dokter. Arkan adalah pemilik Malik Hospital yang sudah ada hampir di seluruh propinsi. Dia bahkan lebih kaya dari aku, sayang."
"Sehebat itukah dokter Arkan?" Elina nampak kagum.
"Ya."
"Sayangnya cintaku sudah mentok pada seorang Okan Atmaja yang kini berubah menjadi Okan Yirmal."
Okan tersenyum. Ia mengangkat tubuh istrinya sehingga kini duduk dipangkuannya. "Aku mungkin akan menjadi gila jika kamu menghianatiku, sayang."
Elina melingkarkan tangannya di leher Okan. "Aku hanya mencintaimu, sayang. Kini, nanti dan selamanya."
Okan memegang wajah Elina. "Aku akan cari cara untuk bercerai dengan Susi."
"Jangan, mas. Lagi pula kalian sudah tidur bersama. Kau bahkan sudah mendapatkan kesuciannya."
"Susi sudah tak perawan."
"A-apa?"
"Katanya ia diperkosa saat masih di pesantren."
"Sayang, sungguh kasihan dia."
"Aku tak mau lagi hidup seperti ini, Eli. Sangat menyiksaku saat malam harus berada di kamar Susi. Dia berhak bahagia dengan lelaki lain yang mencintainya." Okan membelai bibir Elina dengan ibu jarinya. "Akan ku cari cara agar bisa bicara dengan Susi. Jika kami berdua sudah sepakat, akan sangat mudah mengatakannya pada pada ibu." Okan menarik tengkuk Elina. Ia begitu rindu ingin mencium istrinya itu. Namun Elina menarik tubuhnya. Ia turun dari pangkuan Okan.
"Ada apa, sayang? Kau tak rindu padaku? Aku bahkan sudah 4 hari tak menciummu."
Elina tak tahu harus bicara apa. Haruskah ia katakan kalau ia sulit melupakan Okan dan Susi yang juga berciuman malam itu?
"Mas, aku mandi dulu ya?" Elina bergegas ke kamar mandi. Okan terlihat agak kesal. Namun ia yakin kalau Elina belum bisa melupakan saat dirinya bersama Susi. Okan sungguh menyesali kejadian malam itu.
********
Seminggu telah berlalu dan itu berarti sudah 2 minggu Elina tak bersentuhan dengan Okan. Apalagi dirinya yang memang mendapatkan tamu bulanannya membuat Elina punya alasan untuk menolak ajakan Okan untuk bercinta.
Sudah seminggu ini juga Elina banyak berkonsultasi dengan seorang konselor yang adalah saudara Dewi. Konselor itu bernama Olivia. Elina merasa senang walaupun hanya melalui wa, ia bisa mencurahkan isi hatinya.
Mba Olivia, bagaimana caranya agar aku bisa melupakan semuanya? Setiap kali mas Okan akan menyentuhku, aku justru terbayang saat ia dan Susi bersama. Dan itu membuat moodku jadi tak baik. Aku sepertinya kehilangan gairahku untuk bercinta.
Balasan Olivia :
Jangan seperti itu, Elina. Sebagai istri kamu harus melayani suamimu..Apakah kamu mau karena tak me dapatkannya padamu, Okan akan kembali tidur dengan Susi? Yang dibutuhkan di sini adalah keiklasanmu dalam menerima semuanya. Memang tak ada wanita yang ingin diduakan. Namun semua yang terjadi tak mungkin kembali lagi. Kamu menyayangi suamimu kan? Layanilah dia dan temukan lagi kehangatan diantara kalian berdua.
Elina menarik napas panjang. Ia sebenarnya sejak kemarin sudah berhenti datang bulan. Malam ini juga adalah giliran Okan untuk bersamamnya.
*********
Malam ini, Elina melakukan sholat isya sendiri. Okan tadi meneleponya dan mengabari kalau ia akan pulang terlambat. Elina makan berdua saja dengan mertuanya karena Susi belum pulang. Ia ada kuliah malam.
"Ya Allah, berikan aku hati yang kuat untuk menghadapi semua ini. Buatlah aku bisa melupakan apa yang pernah mas Okan lakukan bersama Susi. Aku ingin melayani suamiku dengan hati sukacita."
Elina mengakhiri doanya. Ia kemudian membereskan peralatan sholatnya lalu menunggu suaminya dengan tak sabar.
Jam 9 malam, Okan baru sampai. Ia terlihat lelah. Elina menyiapkan air panas untuk Okan mandi. Setelah suaminya mandi, Elina langsung masuk ke dalam walk in closet. Ia mengganti baju rumahnya dengan lingre merah yang pernah Okan belikan padanya.
Saat Okan keluar dari kamar mandi, ia langsung menelan salivanya saat melihat istrinya yang sedang duduk di pinggir tempat tidur gaya menggoda.
"Sayang, apakah kamu sengaja menggodaku?"
Elina tersenyum. "Memangnya kamu tak suka?"
"Sangat suka." Okan memdekat. Ia membuang handuk yang melilit pingangnya sembarangan sehingga ia nampak polos di depan istrinya. Okan langsung mendorong tubuh istrinya membuat Elina tertawa dalam dekapan suaminya. Keduanya pun bergumul dalam rindu yang membara sampai mereka lupa kalau pintu kamar mereka terbuka sedikit.
Susi berdiri di depan pintu dengan hati yang galau. Ia mendengar desahan manja Elina diikuti dengan suara desahan Okan. Susi tahu betapa Okan sangat memanjakan Elina. Dan Susi benci karena ia begitu ingin merasakan lagi apa yang sementara Okan dan Elina lakukan.
Waw...sampai di sini gimana menurut kalian dengan si Susi?
Jangan lupa like, koment dan vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Asti Sugiyo
Semoga Okan tdk ketemuan dg Susi
2022-08-10
1
gia gigin
lanjut
2021-12-27
0
"lazygirl"
lama2 susi pst punya niat buruk nh.. 😏
2021-11-05
1