Suasana di ruang tamu itu menjadi tegang. Hanya Larasati yang terlihat tersenyum bahagia. Matanya bersinar penuh kepuasan. Sedangkan Susi, ia nampak seperti orang yang kehilangan semangat. Wajahnya terlihat sedikit pucat. Okan pun terlihat dingin. Ia bahkan tak menoleh sedikitpun ke arah Elina yang duduk di sampingnya. Sementara Elina, berusaha tersenyum walaupun terlihat aneh.
"Baguslah. Kapan pernikahannya? Ibu harus memberitahukan saudara-saudara kita yang di Surabaya. Bagaimanapun mereka harus tahu kalau Susi akan menikah dengan Okan." Tanya Larasati. Ia terlihat begitu bersemangat.
"Bu, aku dan Susi akan menikah siri. Aku tak mau ada pesta dan semacamnya. Bukankah orang-orang baru saja tahu kalau aku dan Elina menikah? Apa kata mereka nanti? Pernikahan kami belum juga satu tahun dan aku sudah berpoligami." Kata Okan tegas.
"Menikah siri? Ibu tak setuju." Larasati menggeleng.
"Ibu, please....! Aku sudah setuju untuk menikahi Susi. Jangan buat kepalaku tambah pusing lagi." Okan menyugar rambutnya kasar.
"Baiklah. Asalkan kau bersikap adil pada Susi. Ibu tak mau kau menyia-nyiakan Susi. Berikan Susi kartu kredit yang isinya sama dengan yang kau berikan pada Elina. Senin sampai rabu kau harus tidur di kamar Susi. Kamis sampai minggu kau ada di kamar Elina." Kata Larasati tegas.
"Baik. Ibu atur saja untuk gaun pengantin Susi dan sebagainya. Sabtu ini kami akan menikah." Okan berdiri dan segera menaiki tangga.
"Aku ke atas dulu, bu!" Elina pamit dan segera menyusul Okan ke kamar. Begitu ia masuk, nampak Okan sedang duduk di atas sofa sambil menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Ia memejamkan matanya sambil tangannya memijat pangkal hidungnya.
"Mas, aku pijat?" Tanya Elina sambil mendekat. Okan membuka matanya. Ia menatap Elina. Nampak sekali kalau wajah Okan terlihat lelah dan stres.
"Kamu sudah puas, kan? Akhirnya aku akan berpoligami. Aku yakin kalau kamu akan sakit hati, Elina. Aku akan memeluk, mencium bahkan bercinta dengan orang lain."
"Mas, aku akan belajar ikhlas menjalani semua ini. Aku tahu kalau diawal pasti rasanya sangat menyakitkan namun aku akan mencoba menerimanya. Tapi, jangan bersikap seperti ini padaku, mas. Aku tak tahan kamu cuekin. Kamu bahkan tak mau berbicara padaku." Elina memegang tangan Okan. Ia kemudian memegang pipi Okan dan memaksa suaminya itu untuk menatapnya. "Mas, aku telah kehilangan ibuku. Aku tak punya banyak kesempatan untuk berbakti padanya. Kau harus bersyukur karena masih diberi waktu oleh Allah untuk mengabdi pada ibumu. Memang ini sangat sakit bagiku. Aku punya prinsip hidup untuk tak ada madu dalam pernikahanku. Aku akan berusaha, mas."
Okan memeluk Elina dengan hati yang sedih. Perasaannya ikut sakit. "Maafkan aku, sayang. Maafkan ibuku yang membuatmu harus setuju dengan keadaan ini. Aku sebenarnya hanya ingin mencintai kamu seumur hidupku. Aku juga tak mau kalau ada wanita lain diantara kita."
Elina tak dapat menahan air matanya. Ia membalas pelukan Okan dengan hati yang sedih juga.
Lama keduanya saling berpelukan. Sampai akhirnya ketika pelukan itu perlahan terurai. Okan membelai wajah istrinya sambil ibu jarinya menghapus sisa air mata di pipi Elina.
"Aku merindukanmu." Okan langsung mencium bibir istrinya dengan penuh hasrat yang membara. Elina juga merasa haus akan sentuhan suaminya. Ia membalas ciuman Okan. Tangan Okan mengangkat tubuh Elina agar duduk dipangkuannya. Ciuman mereka makin dalam dan makin menuntut untuk dipuaskan.
"Kita pindah ke ranjang?" bisik Okan saat ciuman mereka terlepas.
"Ya, mas." Jawab Elina dengan gaya sensual membuat Okan langsung mengangkat tubuh istrinya dan menuju ke ranjang mereka. Keduanya pun larut dalam penyatuan raga yang penuh kenikmatan. Untuk sesaat, keduanya lupa dengan masalah poligami.
*********
Larasati menatap wajahnya ke cermin. Garis-garis kerutan mulai ada di sana. Usianya kini sudah 54 tahun. Banyak temannya yang menyayangkan kenapa Larasati yang begitu cantik tak menerima lelaki lain dalam hidupnya. Jawabannya hanya satu, Larasati tak ingin sakit hati lagi.
Sebagai perempuan yang terlahir dari keluarga miskin, Larasati sudah merasakan bagaimana sulitnya kehidupan menghajarnya untuk tetap kuat dan tegar. Larasati bekerja sambil kuliah. Ia ingin menjadi seorang bidan dan mengabdi di sebuah desa kecil. Namun siapa yang bisa menahan jika cinta datang. Larasati jatuh cinta pada seorang pemuda asal Turki yang datang ke Jakarta karena sedang melarikan diri dari keluarganya. Begitu kuatnya pesona seorang Yarmal Yirmal, sehingga Larasati lupa dengan status sosial mereka yang bagaikan langit dan bumi.
Takut berbuat Zinah, keduanya menikah. Larasati yang tak lagi memiliki orang tua merasa sangat bahagia saat itu. Yarmal mendampinginya sampai ia selesai kuliah. Namun kebahagiaan tak berpihak lama kepada mereka. Papa Yarmal datang dan memintanya untuk pulang. Mama Yarmal sedang sakit berat dan selalu memanggil anaknya itu.
Yarmal pamit untuk pulang sebentar ke Turki. Ia berjanji akan datang kembali. Namun, papa Yarmal yang kembali. Ia melempar sejumlah uang pada Larasati dan memintanya menjauh dari Yarmal. Tuan besar itu menghina Larasati sebagai perempuan miskin yang tak pantas menikah dengan anaknya. Larasati memilih pergi. Ia tahu kalau Yarmal sangat mencintai ibunya. Larasati cukup tahu diri untuk bertahan sementara dia bukan siapa-siapa.
Menjauh dari Jakarta, Larasati pergi ke Surabaya. Di sana ia memiliki paman dan bibinya. Melahirkan dan membesarkan Okan seorang diri bukanlah hal yang mudah. Belum lagi cibiran dan pandangan orang yang aneh padanya karena hamil tanpa suami.
Larasati bersyukur karena paman dan bibinya menerima dia dengan baik karena Larasati menunjukan buku pernikahannya. Mereka juga yang mendorong Larasati untuk kuat dan akhirnya bisa bekerja sebagai bidan di salah satu rumah sakit.
Anak paman dan bibinya bernama Sulastri. Ia menikah dengan salah satu teman Larasati yang bekerja sebagai perawat. Sayangnya, mereka tak memiliki anak. Pada suatu hari ada seorang perempuan yang melahirkan dan meninggalkan anaknya di rumah sakit. Anak itu kemudian di adopsi oleh Sulastri dan suaminya dan diberi nama Susi.
saat Okan beranjak dewasa, ketampanan wajahnya membuat banyak wanita jatuh hati padanya. Larasati tahu kalau anaknya itu sedikit play boy. Tapi Okan anak yang sangat pintar. Sampai akhirnya Okan memperlenalkan Elina. Saat tahu siapa Elina, Larasati sempat khawatir karena ia tak ingin kisah lama terulang kembali. Namun sikap Elina yang manis dan terlihat sangat sederhana, juga Okan yang sepertinya sangat mencintai Elina membuat Larasati menyimpan kekhawatiran itu sendiri. Dan ternyata apa yang ditakutkannya terjadi. Ayah Elina bukan hanya menentang hubungan mereka tetapi menyewa orang untuk membunuh Okan. Larasati tak akan pernah lupa bagaimana ia berlutut di kaki ayah Elina dan memohon agar melepaskan Okan yang saat itu sudah hampir mati. Saat melihat anaknya sekarat dan selalu memanggil nama Elina, Larasati kembali merendahkan dirinya, meminta Elina untuk bisa menemui Okan yang mungkin tak akan selamat. Dan untuk yang kedua kalinya Larasati dilempari dengan uang ke wajahnya. Itulah sebabnya Larasati bersumpah tak akan pernah memaafkan semua penghinaan yang sudah diterimanya. Apalagi saat Elina memilih pergi meninggalkan Okan, hati Larasati hancur melihat anaknya yang terpuruk dan patah hati. Untunglah Okan mau bangkit dan melanjutkan kuliahnya. Dan Larasati sangat bersyukur, Okan ketemu dengan papa kandungnya dan merubah status Okan sebagai anak bidan miskin menjadi pengusaha yang sukses yang kaya raya. Larasati senang karena Yarmal berbuat adil pada Okan. Setelah hasil tes DNA membuktikan kalau Okan benar adalah anaknya, Yarmal memberikan 30% sahamnya pada Okan. Elif yang adalah istri Yarmal pun sangat mendukung saat Yarmal mengumumkan Okan sebagai anaknya. Larasati berharap agar Okan menemukan gadis yang baik dan soleh. Susi adalah gadis yang Larasati inginkan setelah kedua orang tuanya meninggal. Larasati ingin membalas kebaikan paman dan bibinya yang sudah menampungnya dulu saat ia hamil dan belum memiliki pekerjaan.
Larasati tak pernah berpikir kalau Okan masih menyimpan cinta yang begitu besar pada Elina. Larasati tak pernah menduga kalau Okan berani menikah tanpa meminta restu padanya.
"Orang yang sudah menghinaku, yang sudah meremehkan kehidupanku dan anakku tak akan bisa kumaafkan. Aku telah kehilangan cinta terbesar dalam hidupku karena hinaan yang mereka berikan padaku. Tak akan kubiarkan Elina menikmati keberhasilan Okan setelah dia meninggalkan anakku. Susi adalah wanita yang terbaik untuk Okan. Biarlah saat ini mereka menikah siri, aku yakin kalau suatu saat nanti Okan akan mencintai Susi." guman Larasati sambil tersenyum.
*********
Selama 4 hari ini, Okan dan Elina bagaikan menikmati kembali awal-awal manis pernikahan mereka. Keduanya sering bangun terlambat karena menghabiskan malam dalam kemesraan. Okan tak ingin memikirkan pernikahannya dengan Susi.
"Mas, bangun. Ijab kabulnya jam 9 pagi. Ini sudah hampir jam 8." Elina membangunkan Okan.
Okan membuka matanya dengan malas. Ia segera turun dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi. Elina pun membuka lemari pakaian dan mengeluarkan sebuah jas berwarna hitam. Okan tak mau membeli jas yang baru untuk pernikahannya dengan Susi.
Setelah Okan selesai mandi, ia pun memakai pakaiannya sambil menatap Elina yang sedang berdandan.
"Eli, pergilah ke toko kuemu."
"Mas ingin makan kue? Aku sudah meminta Dewi dan Anita membawa beberapa macam kue tadi."
Okan mendekat. "Pergilah, Elina. Kau jangan di sini saat aku menikah dengan Susi. Aku tak ingin kau melihatnya."
"Mas, apa nanti kata ibu?"
"Pergilah. Soal ibu biar nanti aku yang jelaskan. Aku tak mau kamu terluka. Kamu akan terluka melihat pernikahan ini. Dan kamu tahu kalau aku akan lebih terluka."
"Mas.....!"
"Aku tak akan menikahi Susi kalau kamu masih di sini."
Elina meraih ponsel dan tasnya. Sejujurnya ia memang berharap tak akan melihat pernikahan ini. Ia tak tahu apakah ia akan kuat atau tidak.
"Eli.....!" Panggil Okan sebelum Elina membuka pintu kamar. "Kamu tahu kalau aku sangat mencintaimu."
Elina mengangguk. Ia ingin memeluk Okan namun ia menguatkan hatinya. "Aku pergi, mas."
Kaki Elina terasa berat melangkah. Apalagi saat ia melihat ibu yang nampak bahagia. Hari ini memang hanya keluarga yang dari Surabaya yang datang. Mereka ada 7 orang. Selebihnya adalah anak-anak dari panti asuhan.
Taman belakang sudah dihiasi sangat cantik. Ada pelaminan yang disiapkan. Saat Elina akan pergi, ia melihat Susi yang keluar dari kamarnya. Ia terlihat cantik dengan balutan kebaya berwarna hijau. Saat tatapan mata mereka bertemu, Susi menatap Elina dengan tatapan dingin. Gadis itu lalu membuang mukanya. Elina pun menuju ke garasi.
*******
Dewi dan Anita saling berpandangan melihat Elina yang duduk termenung. Jam sudah menunjukan angka 9 lewat 15 menit. Pernikahan itu pasti sudah berlangsung.
"Na, kamu baik-baik saja kan?" Tanya Dewi.
Elina menoleh. "Iya. Kini mas Okan pasti sudah menikah dengan Susi. Ya Tuhan, rasanya sakit sekali." Tangis Elina tiba-tiba saja pecah. Dewi langsung memeluk sahabatnya itu.
"Sabar, Na. Ikhlas kan semuanya. Kan kamu sendiri yang sudah memberi ijin."
"Ya. Aku tahu. Tapi tetap saja rasanya sakit."
Anita mendekat. "Hari ini kita tutup toko. Aku perintahkan kita belanja, nonton bioskop dan makan-makan di restoran mewah. Aku yang traktir."
"Ayo, Elina. Kita tak akan rugi jika tutup toko. Lagi pula stok kue di sini sudah habis." Dewi menarik tangan Elina.
"Baiklah!"
"Mobilmu aku yang bawa ya? Mau merasakan dulu bagaimana enaknya bawa mobil orang kaya." Canda Anita. Ia langsung menyambar kunci mobil Elina. Ia tahu Elina sedang tak fokus untuk menyetir. Makanya ia yang ambil alih.
Dewi dan Anita berusaha menghibur Elina. Hari ini dihabiskan oleh mereka untuk bersenang-senang dan mereka bersyukur karena Elina berusaha tertawa dan bercanda bersama mereka.
"Sekarang sudah jam 8 malam. Aku mau pulang dulu, ya?" Elina pamit pada kedua temannya. Ia memeriksa ponselnya. Tak ada panggilan dari Okan.
Saat ia memasuki halaman rumah, suasana sudah sepi. Saat Elina memasuki ruang tamu, suasana pun sudah sepi. Ia kemudian melangkah ke kamarnya. Kamar itu pun kosong.
"Apakah mas Okan ada di kamar Susi? Ya, tentu saja. Ini malam pengantin mereka." Elina terduduk di atas lantai kamarnya. Hatinya perih. Mas Okan.....
Bagaimana malam pengantin Okan dan susi?
saksikan di next episode ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Ari Peny
susi kok jahat kan dia bisa menolak
2022-12-24
1
gia gigin
😭😭😭😭😭😭
2021-12-27
1
Fitri Fidriya
q bacanya setelah end,,,tpi greget q sama susi kenapa sikap dia sama Elina begitu yaa kan dia jadi orang ketiga harusnya bersikap baik yaa,,,
2021-10-29
2