Hati Okan terasa berat saat tangannya menyentuh gagang pintu kamarnya. Percakapannya dengan ibu membuat hati Okan sakit. Ia tak tahu bagaimana harus mengatakannya pada Elina. Ia juga tak mau memenuhi perkataan ibunya. Okan mencintai Elina dan tak ingin membagi cintanya dengan siapapun.
Saat pintu kamar terbuka, Okan tak menemukan Elina. Ia melihat pintu balkon yang terbuka. Ia pun melangkah ke balkon. Di lihatnya Elina berdiri membelakangi pintu sambil berpegang pada pembatas balkon.
"Sayang.....!" Okan memeluk Elina dari belakang, menenggelamkan kepalanya pada rambut panjang Elina yang lurus dan tebal.
Elina memejamkan matanya menerima pelukan suaminya. Membayangkan suatu saat kalau pelukan Okan akan diberikannya pada orang lain, membuat dadanya perih.
Keduanya saling diam selama beberapa saat. Sampai akhirnya Okan membalikan tubuh Elina agar berhadapan dengannya. Ia tersenyum sambil menyelipkan rambut Elina ke telinganya.
"Setiap kali aku memelukmu, hatiku selalu merasa damai." Kata Okan.
"Akankah pelukanmu hanya untukku, mas? Ataukah kau akan membaginya pada perempuan lain?" Tanya Elina dengan nada getir.
"Kau tahu rencana ibu?"
"Aku tak sengaja mendengar percakapanmu dengan ibu tadi. Apakah kau setuiu dengan usul ibu?" Tanya Elina dengan wajah sedih.
"Sayang, aku tak bisa membagi hatiku dengan wanita lain. Lagi pula Susi hanya kuanggap sebagai adikku."
Elina memeluk Okan sambil menangis. "Mas, aku tak memintamu untuk durhaka sama ibu. Namun aku juga tak mampu jika harus punya madu. Aku tak bisa, mas. Maafkan aku!"
Okan mengeratkan pelukannya. Ia mencium kepala Elina secara berulang-ulang. "Jangan sedih, sayang. Kita akan mencari jalan lain sampai akhirnya ibu dapat merestui kita."
Keduanya saling berpelukan sangat lama. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk tidur karena hari sudah malam.
Jam 1 tengah malam, Elina terbangun. Hatinya diliputi rasa gelisah. Ia memutuskan untuk sholat tahajud.
Ya Allah, apakah aku berdosa saat tak mengijinkan suamiku berpoligami walaupun
itu untuk membuat ibu bahagia? Salahkah aku jika tak ingin suami berbagi kasih sayang dengan wanita lain? Berikanlah petunjukMu ya Allah. Berikan hambaMu ini rahmatMu agar hamba tak salah dalam melangkah
Elina menangis dalam sholatnya. Ia ingat dengan perkataan ibu kandungnya. Jika beban hidup terasa berat, hanya doa yang tulus di hadapan Allah yang akan membuat hati kita lega.
Selesai sholat, Elina memilih membaca Al-quran.
Ia kembali mendapatkan ketenangan di hati.
*********
Selesai sholat subuh, Okan memilih untuk berolahraga dengan lari keliling kompleks sedangkan Elina memilih untuk membuat kue dan sarapan.
Bi Ina pun bangun lebih awal. Ia membantu Elina dalam menyiapkan sarapan.
Saat sarapan hampir selesai dibuat, Elina melihat Okan dan Susi yang masuk secara bersamaan dari pintu samping.
Apakah mereka olahraga bersama?Janjian atau?
Ada sesuatu yang mengusik hatinya namun Elina berusaha menanggapi dengan pikiran positif.
Saat Okan melihat Elina, ia langsung mendekati istrinya dan memberikan ciuman manis di dahi Elina membuat Elina sedikit merasa malu karena di sana ada bi Ina dan juga Susi.
"Aku mau mandi dulu ya? Tolong siapkan bajuku." Kata Okan. Elina mengangguk. Ia segera mengikuti langkah Okan.
Sesampai di kamar, Okan mengambil handuk kecil untuk mengeringkan keringatnya. Ia bahkan sudah membuka kaosnya.
"Tadi aku ketemu dengan Susi di taman. Ternyata dia juga lari pagi. Kami nggak janjian, sayang." Kata Okan seolah bisa membaca isi kepala istrinya.
"Kenapa mas ngomong kayak gitu?"
Okan mendekat. Ia membelai wajah Elina. "Aku melihat ekspresi wajahmu yang agak lain saat melihat aku dan Susi masuk bersama."
Elina menunduk. "Maaf, mas."
"Percaya padaku, sayang. Aku tak akan pernah menduakan cintamu."
Elina memeluk Okan. Tak peduli dengan badan Olan yang masih berkeringat.
"Kita mandi bersama, yuk!" Ajak Okan membuat wajah Elina bersemu merah.
"Nanti kamu terlambat ke kantor, mas."
"Boss nggak masalah jika datang terlambat."
"Tapi kita hanya mandi ya?"
"Nggak janji. Soalnya sudah 2 malam ini kau mengacuhkanku."
Elina tertawa. Ia sungguh merasa bahagia dicintai oleh Okan.
*********
Larasati kembali masuk rumah sakit. Tekanan darahnya kembali naik bahkan sudah ada gangguan jantung juga.
Elina tak bisa mengurus mertuanya. Karena setiap kali Elina datang, Larasati langsung memalingkan wajahnya.
" Sabar, Na. Aku yakin suatu saat nanti mertuamu akan menerimamu. Sama kayak aku dulu. Mertuaku juga nggak suka padaku. Namun sekarang, kamu lihat sendiri kan? Dia malah mau menjaga anakku saat aku bekerja." hibur Dewi membuat Elina tersenyum.
"Allah mungkin sedang menguji kesabaranku. Aku hanya minta agar diberi kesabaran yang besar."
"Amin. Oh ya, apakah Anita sudah memberitahumu keuntungan kita bulan ini?"
Elina menggeleng.
Dewi memanggil Anita yang ada di ruang administrasi. Perempuan itu keluar sambil membawa beberapa lembar kertas.
"Nih, bacalah. Aku sudah mengetiknya." Kata Anita. Anita hanyalah lulusan SMK. Namun ia sangat menguasai bidang administrasi. Hanya beberapa hari saja Elina mengajarkan pada Anita dan perempuan itu sudah menguasainya.
Mata Elina terbelalak melihat hasil keuntungan toko kuenya. "Ya Allah, ini banyak sekali. Wah, kita bisa membuka cabang baru lagi."
"Itulah kemurahan Allah pada kita. Di saat dirimu penuh dengan masalah rumah tangga, Allah mencurahkan berkat bagi usahamu." Kata Anita membuat Elina tersenyum.
"Ini usaha kita bertiga." Elina menatap sahabat-sahabatnya dengan hati yang bahagia.
Jam 4 sore, Elina sudah pulang ke rumah. Ia memang selalu pulang lebih awal untuk menyiapkan makan malam dan selalu berusaha ada di rumah sebelum suaminya pulang.
Saat Elina memasuki halaman rumah, ia terkejut melihat mobil Okan sudah terparkir di garasi.
Kenapa mas Okan pulang cepat dan tidak memberitahu aku ya?
Terdengar dari dalam rumah ada kegaduhan. Ada suara ibu dan Okan. Apakah ibu sudah kleuar dari rumah sakit?
"Ibu, aku mohon. Jangan pergi ! Ibu kan baru saja keluar dari rumah sakit."
Elina memilih bersembunyi di balik tembok pembatas ruang tamu dan ruang keluarga.
"Sudah ku Katakan Okan, aku ingin kamu menikahi Susi. Dia itu anak yang soleha. Dia wanita yang pantas mendampingimu."
"Ibu, aku tak mencintai Susi. Aku hanya mencintai Elina." Suara Okan terdengar tegas.
"Cinta akan datang dengan sendirinya, Okan. Kamu pasti akan jatuh cinta dengan kebaikan Susi. Kamu saja yang belum mau membuka hatimu untuk dia."
Okan mengacak rambutnya kasar. Ia melinggarkan dasi yang ada di lehernya lalu membuka jas kerjanya dan melemparkannya secara asal. "Aku tak bisa, bu!"
"Ya sudah. Kamu jangaj cari ibu lagi!" Larasati menarik kopernya. Ia menatap Susi yang berdiri di belakangnya. "Ayo Susi!"
"Ibu.....! Jangan seperti ini, bu. Tak dapatkah ibu melupakan dendam di masa lalu? Elina tak bersalah. Orang tuanya yang bersalah. Haruskah kita menyimpan dendam pada Orang yang sudah mati?" Okan menahan tangan ibunya. Matanya sudah berkaca-kaca. Wajah ibunya masih terlihat pucat, bagaimana mungkin Okan akan membiarkan ibunya pergi?
"Kau tahu Okan? Buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya. Suatu saat Elina akan menunjukan belangnya sebagai seorang perempuan. Ibu tak ingin kamu kecewa dan patah hati. Makanya ibu berikan Susi untuk kau nikahi."
"Elina tak akan seperti itu, bu."
"Ya. Kau selalu menganggapnya sebaga wanita yang sempurna karena sudah dibutakan oleh kecantikannya. Nikmatilah hidupmu dengannya Okan. Ibu pergi!"
"Ibu mau pergi kemana?"
"Kembali ke Surabaya."
"Rumah kita yang di sana sudah dijual, bu."
"Biar saja aku tinggal di rumah saudara-saudaraku. Aku tak bisa tinggal di rumah ini yang sudah menjadi neraka bagiku semenjak kau membawa perempuan itu ke sini!"
Di balik tembok, Elina mendengarkan semuanya. Hatinya hancur. Mendengar perkataan ibu Okan yang merupakan penghinaan baginya dan permohonan Okan yang terdengar frustasi. Elina tahu suaminya itu juga sedang berada di situasi yang sulit.
Elina keluar dari balik tembok. Ia menguatkan hatinya. Menahan air matanya yang siap tumpah dari mata indahnya. Elina tak ingin terlihat lemah.
"Aku bersedia, mas." Kata Elina dengan suara yang lantang.
"Apa maksudmu, Elina?" Tanya Okan tak mengerti.
"Aku bersedia dipoligami. Agar ibu bisa tinggal di sini dan mau menerimaku sebagai menantunya."
Okan sangat terkejut. Ia menatap Elina tak percaya. "Tapi sayang, kau tahu hatiku hanya untukmu. Aku tak bisa membaginya dengan yang lain. Aku tak ingin menyakitimu dengan menikahi Susi." Okan mendekat lalu memegang kedua bahu Elina. "Tatap aku, Eli. Katakan kalau semua ini bohong."
Elina menatap suaminya. Ia memaksakan sebuah senyum. "Aku ikhlas, mas. Aku tak ingin kamu durhaka sama, ibu. Dan aku juga ingin ibu menyayangiku."
Okan melepaskan tangannya dari bahu Elina. "Aku pusing! Aku mau keluar sebentar." Okan mengambil kunci motor dan helmnya. Ia segera pergi dengan Honda Gold wingnya. Melesat secara cepat meninggalkan halaman rumahnya.
Larasati menatap Elina. "Terima kasih Elina!" Katanya lalu segera menuju ke kamarnya.
Elina hanya mengangguk. Tatapannya kini beralih pada Susi. Gadis berhijab itu nampak berdiri dengan wajah tanpa ekspresi. Pikirannya seolah sedang melayang jauh. Ia kemudian menatap Elina. Sebuah tatapan yang Elina tak mengerti. Lalu Susi meninggalkan ruang keluarga sambil menarik koper Larasati yang ditinggalkannya.
Saat semua sudah pergi, tangis Elina pun pecah. Tubuhnya terasa lemas dan ia jatuh ke lantai begitu saja.
"Nyonya.....!" Bi Ina mendekat. Memeluk Elina seperti seorang ibu menyayangi anaknya.
"Aku tak tahu apakah keputusanku ini benar, bi."
"Gusti Allah akan membalas semua kebaikanmu, nyonya. Kau wanita yang hebat."
Elina hanya menangis. Ia merasakan tangan bi Ina membelai kepalanya.
*******
"Ya Allah, hanya dalam doalah aku bisa menunjukan betapa rapuh dan lemahnya aku. Aku tak mau menunjukan sisi lemahku pada orang lain, hanya padaMu saja yang Maha Tahu. Dalam setiap tetes air mata dan luka hatiku, mampukan aku untuk ikhlas dalam ujianMu yang begitu berat. Kuatkan aku ya Allah, berikan aku keikhlasan dalam menjalani semua ini. Kalau memang suamiku harus menikahi wanita lain, berikan aku kekuatan untuk berbagi dengan wanita lain. Aku percaya dan sangat yakin, Engkau sedang merancangkan sesuatu yang indah dalam hidupku nanti."
Elina mengahiri sholat tahajudnya malam ini. Ia kembali merasa ada ketenangan dalam hatinya. Saat Elina baru saja membuka mukenanya, pintu kamar terbuka. Okan masuk dengan gaya sempoyongan.
"Mas.....!" Elina mendekat dan langsung menopang tubuh Okan yang akan jatuh. Tercium bau alkohol yang sangat tajam.
"Mas, kenapa sampai mabuk begini?" Dengan susah payah Elina membawa tubuh suaminya ke atas ranjang. Ia membuka sepatu dan kaos kaki Okan. Lalu ia pun perlahan membuka kancing kemeja Okan supaya bisa diganti dengan piyama.
Okan menahan tangan Elina. Menatapnya sayu karena pengaruh alkohol.
"Aku akan membencimu, Elina. Aku pasti akan membencimu karena memberi ijin untuk aķu berpoligami." Lalu Okan memejamkan matanya. Elina terkejut. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
Wah...sampai di sini mulai banyak bawang ya?
Jangan takut untuk membaca ya? Elina sangat luar biasa kuat.
Ada satu pertanyaan Elina yang asli : SALAHKAH DIA YANG AKHIRNYA MENGIJINKAN SUAMINYA MENIKAHI SUSI??
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Mhila Amhilawhaty
dia yg mau di poligami dia sendiri yg sakit,tolol
2022-03-14
0
Mhila Amhilawhaty
ceritanya bagus syg, Eliana nya di buat terlalu gampang an dn bego
2022-03-14
0
gia gigin
Kayaknya Susi diam"suka dgn Okan, Susi seperti menggunting dalam lipatan😠
2021-12-27
0