Manjanya Susi

Maaf aku baru up...

aku masih bersedih karena ibuku baru saja meninggal. Terima kasih atas pengertiannya. Selamat membaca....

*********

Perlahan Okan membuka pintu kamarnya. Sejak Elina meninggalkan kamar, Susi kembali muntah-muntah sehingga Larasati meminta Okan untuk menemani Susi. Okan tahu kalau Elina pasti sedang terluka, namun ia tak bisa meninggalkan Susi melihat perempuan itu nampak tersiksa dengan seringnya ia muntah. Untunglah Susi akhirnya tertidur. Ia meminta Okan untuk mengusap punggungnya.

Hal pertama yang Okan lihat saat membuka pintu kamarnya, Elina sedang sholat tahajud. Hati Okan terasa perih. Ingin sekali ia memeluk istrinya itu. Okan pun duduk di pinggiran tempat tidur sambil menunggu Elina selesai sholat.

"Mas...!" Elina terkejut melihat Okan sudah ada di kamar. Ia menyimpan kembali peralatan sholatnya, lalu mendekati Okan.

"Bagaimana Susi?"

Okan menatap istrinya yang ikut duduk di sampingnya. "Maafkan aku, sayang. Ini pasti menyakitimu, kan?" Okan membelai wajah Elina.

"Aku ikut bahagia mendengarkannya, mas. Akhirnya kau akan memiliki anak dan ibu akhirnya memiliki cucu." Elina berkata tulus. Ia belajar ikhlas untuk menerimanya. Mau bagaimanapun juga, nyatanya Susi sekarang hamil.

"Aku mencintaimu, sayang. Dengan ataupun tampak anak dalam kehidupan rumah tangga kita. Aku akan tetap mencintaimu walaupun kau tak bisa memberikan apa yang ibu inginkan. Mungkin Allah hanya memberi kita lebih banyak waktu untuk bersama sebelum akhirnya kita memiliki anak-anak yang banyak."

"Bagaimana kalau ternyata aku tak hamil juga, mas?"

Okan memeluk Elina. "Kau tetap menjadi wanita terbaik dalam hidupku, Elina. Aku kan sudah mengatakan padamu kalau aku tak akan pernah menyentuh Susi lagi. Mungkin perceraian kami akan terjadi setelah Susi melahirkan. Aku harap kamu bersabar ya?"

"Lalu anakmu bagaimana, mas?"

"Aku akan tetap merawatnya."

"Ibu pasti tak akan setuju."

"Susi akan setuju. Dia tahu kalau aku tak mencintainya."

Elina melepaskan pelukan Okan. "Mas, bolehkah aku tinggal saja di rumahku sendiri? Kamu kan tahu kalau lantai dua toko kueku adalah tempat tinggalku. Ada dua kamar di sana dan ruang tamu nya juga luas."

Okan menggeleng. "Ini rumahmu, sayang. Kau adalah istriku. Jadilah nyonya rumah di sini. Aku tak mau kita tinggal berpisah. Ibu pasti akan memaksaku untuk tetap berada di kamar Susi jika kau tak ada. Aku akan mencari rumah lain untuk Susi."

"Tapi, mas."

"Tidak!" Okan kembali memeluk Elina. "Aku ingin setiap malam dapat memelukmu. Aku tak mau tanpamu."

Elina hanya bisa pasrah. Ia tak mau berdebat dengan Okan. Ia berusaha untuk tetap kuat.

******

Kehamilan Susi memang membuatnya sangat lemah. Mual dan muntah selalu menyerangnya. Ia bahkan hampir masuk rumah sakit.

Susi selalu bersikap manja pada Okan. Setiap kali Okan pulang kerja, ia ingin Okan ada di kamarnya. Katanya jika Okan memeluknya, rasa mual dan muntahnya akan berhenti.

Setiap hari, Susi ingin Okan ada bersamanya. Seringkali, saat giliran Okan ada di kamar bersama Elina, ibu selalu memanggil Okan untuk menemani Susi.

Makanya, Okan dan Elina jadi jarang tidur bersama. Elina tak mau membebani Okan. Ia hanya menyimpan kesedihannya sendiri. Apalagi akhir-akhir ini, Okan sering sudah tertidur di kamar Susi. Elina tahu Okan pasti kelelahan. Namun Okan tak mau tidur seranjang dengan Susi. Ia membeli sebuah sofa yang besar dan diletakan nya di dalam kamar Susi. Di sanalah Okan tidur.

Seperti malam ini, Okan baru saja kembali dari luar kota. Elina sudah mempersiapkan dirinya mengingat SMS manis dari suaminya.

Sayang, mas mu ini bentar lagi tiba.

ingin menghabiskan malam ini dalam

pelukanmu. Pakai lingre yang mas belikan ya?

Elina jadi senyum sendiri membacanya. Apalagi sekarang malam jumat. Bukankah bercinta di malam ini adalah sunah Rasulullah? Hari ini juga adalah giliran Okan ada di kamar Elina. Ia pun segera mencari lingre yang dibelikan Okan padanya. Hatinya berdebar-debar. Di tatapnya jam dinding yang menunjukan pukul 10 malam. Elina berharap kalau Susi dan ibu mertuanya sudah tertidur.

Tak sampai 10 menit, Elina yang berdiri di balkon kamarnya, melihat mobil suaminya yang memasuki halaman rumahnya. Ia melihat Okan turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam rumah.

Elina menunggu di depan pintu. Ya, sudah lama dia dan Okan tak menikmati kebersamaan mereka karena setiap malam selalu ada gangguan dengan kondisi Susi.

"Sayang.....!" Panggil Okan saat membuka pintu. Elina yang sudah berdiri di muka pintu langsung tersenyum pada suaminya.

"Hallo, mas!"

Okan langsung menelan Saliva nya melihat penampilan istrinya yang sangat menggoda. Ia langsung membuang tas yang ada ditangannya secara sembarangan, ia membuka sepatu dan kaos kakinya secara terburu-buru lalu dengan cepat ia langsung memeluk istrinya dan menciumnya.

Keduanya saling melepaskan rindu dalam ciuman panjang. Elina membuka kemeja suaminya dengan cepat demikian juga dengan ikat pinggang Okan.

"Mas, nggak mandi dulu?" Tanya Elina saat ciuman mereka terlepas. "Aku sudah siapkan airnya di bak mandi."

"Aku sudah mandi tadi saat keluar dari hotel." Ujar Okan lalu melepaskan lingre yang dipakai oleh istrinya. Keduanya tertawa bersama. Okan langsung mengangkat tubuh Elina dan segera menuju ke ranjang besar mereka.

Saat pasangan suami istri itu sedang saling memuaskan raga, di ujung tangga, Susi berdiri dengan wajah pucat. Ia kesal, Okan sama sekali tak datang menengok dia di kamar. Susi tahu kalau malam ini adalah giliran Okan bersama Elina. Namun Susi ingin Okan datang menyapanya, menanyai keadaannya, walaupun hanya sebentar pasti akan membuat Susi senang. Susi akan membiarkan Okan bersama Elina.

Namun karena Okan kembali tak peduli padanya, Susi pun perlahan menuju ke kamar ibu mertuanya. Di ketuk nya pintu itu perlahan.

"Ibu.....ibu.....!" panggilnya. Agak lama baru akhirnya Larasati membuka pintu kamarnya.

"Ada apa?"

"Perutku rasanya sakit, bu."

Larasati terkejut. "Sakit? Aduh, kita ke rumah sakit saja. Ibu takut kenapa-kenapa."

"Aku hanya ingin bersama mas Okan, bu. Rasanya aku akan tidur nyenyak jika mas Okan ada di sampingku."

"Memangnya Okan sudah datang?"

"Sudah, bu. Tapi dia langsung ke atas. Sama sekali tak mau menengokku di kamar."

"Akan ibu panggilkan." Larasati pun bergegas ke kamar Okan yang ada di lantai 2.

*********

"I love you....!" bisik Okan diantara deru napasnya yang belum stabil. Tangannya menyeka dahi Elina yang berkeringat.

Elina tersenyum. Ada rasa bahagia saat keduanya saling memuaskan raga. Elina tahu kalau Okan tak akan pernah puas jika hanya sekali.

"Mas, aku haus !" Ujar Elina.

Okan berguling ke samping, Ia kemudian bangun dan menuju ke meja bulat yang ada di sudut kamar. Elina memang selalu menyiapkan air putih di sana.

Di tuangkannya air putih lalu dibawahnya kepada istrinya. "Minumlah sayang, karena kita akan melanjutkan lagi malam panjang kita."

Elina meneguk air putih itu sampai habis. Wajahnya bersemu merah saat Okan kembali menggodanya dengan membelai rambut panjangnya.

"Okan....! Okan.....!"

Okan dan Elina saling berpandangan. "Itu kan suara ibu." Ujar Okan. Ia langsung memakai celananya kembali kemudian mengambil selimut untuk menutupi tubuh Elina. Di bukanya pintu kamar namun tak semua.

"Ada apa, bu?" Tanya Okan.

"Kamu sudah tiba namun tak menengok Susi dulu. Kasihan dia. Perutnya sakit. Susi butuh kamu, Okan. Cepat turun ke bawah dan lihat Susi. Dia jadi begitu karena mengandung anakmu."

Okan mengangguk. "Baik, ma. Aku pakai baju dulu."

Okan menutup pintu kamarnya. Saat ia berbalik, Elina sudah mengenakan pakaiannya.

"Pergilah, mas." Ujar Elina melihat Okan hanya diam saja.

Okan mengambil kaos dari dalam lemari. Di pandanginya Elina. "Kau tahu kalau aku mencintaimu, Eli. Kau adalah hidupku."

"Aku tahu, mas."

Okan mencium kening Elina sebelum ia keluar kamar.

Susi langsung tersenyum melihat Okan memasuki kamar. "Mas.....!"

Okan duduk di tepi ranjang. "Ada apa?"

"Babynya ingin agar ayahnya ada di sini." Susi langsung memeluk Okan. Meletakan kepalanya dipangkuan Okan. "Kalau dekat denganmu seperti ini, rasa mualnya jadi hilang, mas." Ujar Susi. Ia memejamkan matanya.

Okan melihat wajah Susi yang terlihat kurus. Susi jarang makan karena seringkali apa yang masuk ke dalam perutnya, itu yang dia muntahkan. Okan merasa kasihan tapi mau bagaimana lagi, kehamilan Susi tak pernah ia harapkan. Namun anaknya sedang tumbuh didalam perut Susi. Okan merasa serba salah.

*********

Elina bangun tanpa ada Okan di sampingnya. Ia tahu kalau Okan pasti menemani Susi. Ia pun berbesar hati menerimanya. Biarlah Okan ada bersama Susi.

Selesai melaksanakan sholat subuh, Elina langsung turun ke bawa. Ia ingin menyiapkan sarapan untuk semua orang rumah. Elina membuat kue dan sup ayam jagung bagi suaminya.

Saat sarapan sudah selesai dibuat, Elina merasakan pelukan hangat dari belakang dengan ciuman kecil di tengkuknya.

"Maafkan aku, sayang. Susi entah tertidur jam berapa. Yang pasti aku sangat mengantuk sehingga aku tak sempat lagi ke atas." Kata Okan dengan nada menyesal.

Elina membalikan tubuhnya. "Nggak apa-apa, mas. Mau sarapan sekarang atau mau mandi dulu?"

"Sarapan bersamamu setelah itu dimandikan olehmu."

Elina tertawa kecil. "Ayo sarapan!"

Elina menyiapkan piring dan gelas bagi suaminya. Keduanya pun sarapan sampai akhirnya Larasati datang ke ruang makan sambil menggandeng Susi.

"Mas..., kenapa bangun dan membiarkan aku sendiri?" Tanya Susi. Ia langsung duduk di sebelah Okan dan langsung melingkarkan tangannya di lengan Okan.

"Aku lapar...!" Jawab Okan sambil menatap Elina yang duduk di sebelah sisinya yang lain.

"Aku juga lapar. Semalam makannya hanya sedikit. Aku mau kamu suapi, mas." Kata Susi penuh permohonan.

"Okan, ayo suapi Susi. Kasihan kalau tak dipenuhi. Itu keinginan bayimu." Kata Larasati.

"Ini mas, ayo layani Susi." Elina menyerahkan piring dan sendok yang bersih ke arah Okan. Agak kesal Okan menerimanya. Ia mengambil nasi dan sup yang ada di atas meja lalu mulai menyuapi Susi.

Elina berusaha menekan suatu rasa yang menusuk hatinya. Ia berpura-pura menikmati sarapannya walaupun selera makannya sudah hilang.

Okan, jam 10 nanti kita akan pergi ke dokter kandungan ya? Ibu harap kau bisa mengantar kami. Kau juga perlu tahu perkembangan anakmu. Kamu hari ini belum masuk kantorkan?" Tanya Larasati.

"Aku masih mau istirahat sehari saja." Jawab Okan. Ia kembali menengok ke arah Elina namun istrinya itu terlihat sedang menikmati sarapannya.

"Aku sudah selesai. Aku mau bersiap dulu ke toko kue." Elina berdiri dan segera menuju ke kamarnnya. Ia berusaha untuk tak mendengar lagi percakapan diantara mereka karena hatinya merasa sakit.

Agak cepat Elina mandi dan bersiap. Saat ia sementara berdandan, Okan masuk ke dalam kamar. Pria tampan itu hanya duduk di tepi tempat tidur sambil menatap Elina yang sementara merapihkan dandananya. Setiap kali melihat Elina berdandan seperti ini, hati Okan seperti tak rela membiarkan Elina pergi sendiri. Wajah cantik dengan rambut panjang hitam lurus, bodi ramping dengan lekukan tubuh yang membuatnya nampak sempurna sebagai seorang wanita.

"Mas, aku pergi dulu ya?" Pamit Elina. Ia sudah siap dengan gaun berwarna pink polos dibawah lutut. Apapun yang dikenakan Elina, selalu nampak indah di mata Okan.

Okan menarik Elina saat istrinya itu bersalaman dengannya. Elina terkejut saat ia sudah duduk di pangkuan suaminya. "Maafkan aku, sayang. Seandainya aku tak pernah menyentuh Susi, pasti kamu tak akan menderita melihat semua kejadian di meja tadi."

Elina mencium pipi suaminya dengan sangat lembut. "Aku baik-baik saja, mas. Sekarang aku pergi dulu ya?"

"Selesai mengantar ibu dan Susi ke dokter kandungan, aku akan menemuimu di toko kue."

Elina mengangguk. Ia berdiri dan segera pergi meninggalkan Okan.

Saat Elina tiba di toko kue, ia terkejut melihat mobil Arkan ada di sana. tersenyum melihat Arkan berdiri menyambutnya di depan pintu.

"Selamat ulang tahun ya?" Arkan mengulurkan tangannya membuat Elina terkejut. Hari ini aku ulang tahun???

So, bagaimana selanjutnya?

Terpopuler

Comments

gia gigin

gia gigin

Apa Okan lupa hari lahirnya Elina sehingga Arkan yg baru kenal dgn Elina bisa tahu🤔muak dgn dramanya ibunya Okan 😏

2021-12-27

1

Frisky cipan

Frisky cipan

sakit ny hati ku masa org pertama yg ngucapin ultah org yg baru kenal🥺🥺

2021-03-12

7

Isky Setiawan

Isky Setiawan

Arkan...plis jangan kendor ya, tetep jaga jarak aman, tapi jangan smpe ninggalin elina..
aq padamu saja arkan..
lagi mode sebel sama okan😡

2021-03-05

0

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Kembali
2 Ingatan Masa Lalu
3 Aku Bersedia
4 Manisnya Cinta
5 Ketemu Mertua
6 Ikhlas Menerima
7 Hamil
8 Tak Pernah Terbayangkan
9 Tak Bisa Mendua
10 Terpaksa Setuju
11 Sebenarnya Tak Rela
12 Aku Masih Untukmu
13 Aku Menyentuhnya
14 Di Simpan Dalam Hati
15 Okan Cemburu
16 Kenyataan yang menyakitkan
17 Manjanya Susi
18 Ulang Tahunku dan Ulang tahun pernikahan kita
19 Kedatangan Zeki
20 Perhatian Untuk Elina
21 Kelahiran Anak Susi
22 Kepergian Elina
23 Seakan Tak Percaya
24 Di Simpan Dalam Hati
25 Rahasia Susi
26 Perubahan Sikap Elina
27 Kebenaran Tentang Susi
28 Golongan Darah Haikal
29 Prahara
30 Dendam Masa Lalu Larasati
31 Menghilang Sebentar
32 Bukan Pengemis Cinta
33 Hati yang Mengalah
34 Di ujung Kembimbangan
35 Rahasia Susi Terbongkar
36 Pilihan yang sulit
37 Kuat tanpamu
38 Tak Bisa Tanpamu
39 Arhan & Zeki
40 Kembali ke Indonesia
41 Menolak
42 Keputusan Okan
43 Membuka Hati
44 Cinta Arkan Untuk Elina
45 Menantu Terbaik
46 Penyesalan
47 Keluarga Arkan
48 Permintaan yang sangat sulit
49 Lidia dan Harapannya
50 Kehilangan
51 Okan menemui Elina
52 Aku yang Lebih Mengenalnya
53 Keputusan Elina
54 Anakku
55 Kembali ke sini
56 Hati yang Saling Merindukan
57 Mesra
58 Kembali Memiliki
59 Waktu Milik Berdua
60 Dua bulan Tak datang Tamu
61 Anugerah Terindah
62 Beberapa Kisah saat Hamil
63 Wanita Sempurna
64 Our baby
65 Kakak Terbaik
66 Liburan Penuh Bahagia
67 Paman Zeki
68 Menerima Anugerah Kembali (Tamat)
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Pertemuan Kembali
2
Ingatan Masa Lalu
3
Aku Bersedia
4
Manisnya Cinta
5
Ketemu Mertua
6
Ikhlas Menerima
7
Hamil
8
Tak Pernah Terbayangkan
9
Tak Bisa Mendua
10
Terpaksa Setuju
11
Sebenarnya Tak Rela
12
Aku Masih Untukmu
13
Aku Menyentuhnya
14
Di Simpan Dalam Hati
15
Okan Cemburu
16
Kenyataan yang menyakitkan
17
Manjanya Susi
18
Ulang Tahunku dan Ulang tahun pernikahan kita
19
Kedatangan Zeki
20
Perhatian Untuk Elina
21
Kelahiran Anak Susi
22
Kepergian Elina
23
Seakan Tak Percaya
24
Di Simpan Dalam Hati
25
Rahasia Susi
26
Perubahan Sikap Elina
27
Kebenaran Tentang Susi
28
Golongan Darah Haikal
29
Prahara
30
Dendam Masa Lalu Larasati
31
Menghilang Sebentar
32
Bukan Pengemis Cinta
33
Hati yang Mengalah
34
Di ujung Kembimbangan
35
Rahasia Susi Terbongkar
36
Pilihan yang sulit
37
Kuat tanpamu
38
Tak Bisa Tanpamu
39
Arhan & Zeki
40
Kembali ke Indonesia
41
Menolak
42
Keputusan Okan
43
Membuka Hati
44
Cinta Arkan Untuk Elina
45
Menantu Terbaik
46
Penyesalan
47
Keluarga Arkan
48
Permintaan yang sangat sulit
49
Lidia dan Harapannya
50
Kehilangan
51
Okan menemui Elina
52
Aku yang Lebih Mengenalnya
53
Keputusan Elina
54
Anakku
55
Kembali ke sini
56
Hati yang Saling Merindukan
57
Mesra
58
Kembali Memiliki
59
Waktu Milik Berdua
60
Dua bulan Tak datang Tamu
61
Anugerah Terindah
62
Beberapa Kisah saat Hamil
63
Wanita Sempurna
64
Our baby
65
Kakak Terbaik
66
Liburan Penuh Bahagia
67
Paman Zeki
68
Menerima Anugerah Kembali (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!