Kenyataan yang menyakitkan

2 minggu Okan akan pergi ke Istanbul. Selain ada rapat pemegang saham, ia juga akan menyelesaikan beberapa pekerjaannya di sana. Okan sebenarnya ingin mengajak Elina pergi bersama. Sejak mereka baikan lagi, rasanya ia tak mau jauh-jauh dari Elina. Ibunya beberapa kali memperingatinya untuk memberi perhatian yang sama pada Susi. Namun Okan tak terlalu menanggapi. Ia juga sudah mengutarakan isi hatinya pada Susi. Ia tak bisa mencintai Susi. Baginya Elina adalah segalanya.

Elina sendiri merasakan kesepian yang mendalam sejak kepergian suaminya. Banyaknya orderan kue dan pembangunan toko kue yang baru membuat Elina tak bisa meninggalkan kedua sahabatnya itu sendiri.

Walaupun Okan setiap hari videocall, hampir tiap jam mengirim pesan, tetap saja Elina kangen.

"Na, ada yang cariin kamu, tuh!" Kata Anita sambil menunjuk keluar toko.

Elina yang sedang mengatur kue-kue di lemari kaca, langsung menoleh ke arah telunjuk Anita. Ia tersenyum saat melihat mobilnya sudah terparkir di sana dengan sebuah mobil yang terparkir di sampingnya. Elina tahu kalau itu mobil Erkan.

"Hallo Erkan!" Sapa Elina lalu melangkah ke halaman tokonya.

"Ini mobilnya nyonya...!" kata Erkan dengan nada bercanda.

Elina terkesima melihat mobilnya yang kembali mulus. "Wah, suka sekali."

Erkan membuka pintu jok depan. "Coba kau lihat interior dalamnya."

Elina berdiri di samping Erkan. Ia menunduk dan melihat interior dalam mobilnya yang sudah sangat berubah. Nuansa green white terlihat jelas di sana.

"Arkan, ini indah sekali. Dari mana kamu tahu kalau aku suka warna putih dan hijau?"

"Di malam kecelakaan itu kamu menggunakan kemeja putih dan celana hijau. Tas tanganmu juga berwarna hijau. Saat aku ke rumahmu, kau juga menggunakan baju rumah bernuansa hijau putih. Sandal yang kau gunakan juga warna hijau demikian juga Ikat rambutmu."

Elina tersenyum. "Sampai sedetail itu kamu memperhatikan aku?"

Karena aku menyukai kamu, Elina. Kata Arkan dalam hati. "Karena aku juga suka warna hijau."

"Wah, ini pasti mahal. Berapa yang harus aku bayar untuk biaya perbaikan mobil dan penambahan interior ini?"

"Cukup di ganti dengan segelas kopi dan 2 potong kue."

"Akan kuberikan 2 gelas kopi dan banyak potong kue, sebanyak yang kau mau."

"Boleh di bawa pulang?"

"Sebanyak yang kau mau."

Keduanya tertawa bersama sehingga tak menyadari kalau ada kamera yang sedang mengabadikan gambar mereka sejak tadi.

********

Pagi ini, Elina bergegas bangun dan mandi setelah menerima telepon dari Okan. Suaminya itu baru saja mendarat di bandara dan Elina diminta untuk menemuinya di hotel yang sudah Okan pesan sebelumnya. Hari ini Okan ingin menghabiskan seluruh waktunya bersama Elina sehingga Elina diminta untuk tak mengatakan apapun pada orang rumah.

"Selamat pagi, bi."

Bi Ina tersenyum. "Selamat pagi, nyonya. Wah, nyonya cantik sekali pagi ini dan kelihatannya juga begitu cerah."

"Biasa aja, bi. Oh ya, memangnya ibu sudah bangun sampai sudah dibuat teh nya?" Tanya Elina saat melihat bi Ina yang sudah menyiapkan teh hijau.

"Bukan, nyonya. Neng Susi minta bibi menyiapkan teh. Katanya ia kurang enak badan. Dari semalam mual terus. Efek kebanyakan makan mangga kali."

"Oh...., kalau begitu aku pergi dulu ya?"

"Mau ke toko kue ya? Pasti banyak orderan kan?"

Elina tersenyum. Ia tak mau berbohong pada bi Ina. Ia mendekat dan berbisik," Mas Okan menunggu aku di hotel, bi. Jangan bilang siapa-siapa ya?"

"Selamat bersenang-senang ya, nyonya muda!"

Elina mengangguk. Ia langsung pergi. Ponselnya kembali berbunyi. Okan yang menghubunginya.

"Ya, mas."

"Aku sudah di hotel. Kamu dimana sekarang?"

"Baru aja mau keluar rumah."

"Hati-hati menyetir ya?"

"Baik, sayang."

Elina jadi senyum-senyum sendiri. Ia adalah kali kedua mereka akan berdua saja di hotel itu. Okan memiliki kartu gold di hotel itu dimana ia bisa masuk kapan saja di kamar presidential suite karena merupakan salah satu pemegang saham. Okan bekerja sama dengan Jeronimo Dawson dan Frangky Olino dalam pembangunan hotel ini.

Keadaan jalan yang agak sepi membuat Elina tak membutuhkan waktu lama untuk sampai di hotel yang dimaksud. Elina langsung naik menuju ke lantai 10, tempat kamar presidential suite berada.

Saat akan menekan bel pintu, Elina terkejut melihat Okan tiba-tiba membuka pintu. Pria tampan itu kelihatan baru selesai mandi karena rambutnya masih basah.

"Mas...!" Senyum Elina mengembang. Okan langsung menarik istrinya lembut untuk masuk dalam pelukannya.

"Sayang....!" Okan memendamkan kepalanya di ceruk leher istrinya. Harum tubuh Elina sangat dirindukannya.

"Mas, masuk kamar dulu ah..." Elina mendorong tubuh Okan saat ia merasakan kalau Okan mulai memberikan kecupan-kecupan kecil di lehernya.

Okan terkekeh. Sekali angkat, ia langsung memeluk Elina seperti koala dan membawa Elina ke dalam kamar. Kakinya mendorong pintu kamar agar tertutup.

"Mas....!" Elina tertawa geli saat Okan mulai membuka bajunya dengan tak sabar.

"Kangen, kamu Eli. Rasanya aku ingin sekali seperti di cerita kartun-kartun bisa langsung menghilang dan sampai di Jakarta. Berjam-jam duduk dalam pesawat membuat aku sangat bosan." Okan membelai wajah istrinya.

"Aku juga kangen kamu, mas. Bosan setiap kali pulang rumah namun kamu nggak ada."

Okan menunduk dan mencium bibir indah istrinya. "Sudah siap bermain denganku?" bisik Okan menggoda.

"Berapa ronde?" tantang Elina sambil mengigit bibir bawahnya.

"Sampai kamu nggak bisa bangun lagi, sayang."

"Mas...!" Elina terkejut namun itu tak berlangsung lama karena Okan sudah melancarkan aksinya.

Di mata Elina, Okan adalah sosok suami yang sangat romantis. Ia dengan mudahnya bisa membuat Elina tersanjung sebagai seorang wanita. Walaupun terkadang bayangan Okan yang bercinta bersama Susi masih terus membayangi Elina, namun ia berusaha menerimanya dengan hati yang mulai belajar ikhlas. Elina sering berkonsultasi dengan Olivia yang menjadi teman konseling nya. Olivia juga menyarankan Elina untuk banyak berdoa. Dan itulah yang membuat Elina perlahan-lahan melupakan kejadian itu.

**********

Ada ketenangan dalam batin Elina setiap kali melakukan sholat bersama suaminya. Tadi, sebelum datang ke hotel, Okan meminta Elina untuk membawa peralatan sholatnya. Mereka menghabiskan waktu dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore untuk menghabiskan waktu berdua dalam kamar. Okan benar-benar menepati janjinya untuk membuat Elina lelah.

Saat cek out dari hotel, mereka mampir di sebuah masjid untuk melakukan sholat isya. Hati Elina merasa damai setiap habis sholat bersama dan ia mencium tangan Okan.

"Kita cari makan dulu sebelum pulang ke rumah ya?" ujar Okan.

"Ok, mas. Tapi aku kasih tahu ibu dulu ya, nanti ibu pikir aku keluyuran tak jelas. Ini sudah hampir setengah delapan malam."

"Aku sudah SMS, ibu tadi saat kau sedang mandi. Aku bilang kalau kau menjemput ku. Ibu tahu kalau sekarang kita bersama."

Elina mengangguk. Ia membuka bagasi belakang dan menyimpan peralatan sholat mereka.

"Sayang, interior mobilnya kamu ganti ya?" Tanya Okan saat keduanya sudah masuk dalam mobil. Sebenarnya saat mereka baru keluar dari hotel tadi, Okan akan bertanya. Namun karena ia sudah melihat masjid, ia mengurungkan niatnya untuk bertanya.

"Bukan aku yang ganti, mas. Saat Arkan mengembalikan mobil ini, memang sudah kayak gini. Dia sendiri yang menggantinya. Tapi aku suka, kok."

Ada sesuatu yang mengusik hati Okan saat mendengar kalau Arkan yang melakukan semua ini.

"Mengapa dia bisa tahu kalau warna kesukaanmu hijau dan putih? Apakah kamu yang memberitahukannya?" tanya Okan lagi. Nada suaranya mulai tak enak.

"Aku nggak kasih tahu dia, mas. Arkan sendiri yang menebaknya sejak pertama kali kami ketemu dan melihat aku memakai pakaian hijau putih. Begitu juga saat ia datang ke rumah untuk merawat lukaku, dan aku memakai pakaian bernuansa hijau putih. Dari situ dia tahu kalau itu warna kesukaanku."

"Sampai segitunya ia memperhatikan kamu? Aku sudah menduganya kalau dia memang menyukai kamu." Okan memukul stir mobil dengan kesal.

"Mas, aku nggak melihat kalau dia genit padaku. Dia orangnya baik dan ramah. Jangan gitu, sayang. Kita baru saja bertemu dan bersenang-senang, jangan rusak suasana hatiku dengan rasa cemburumu itu." Elina memeluk lengan Okan sambil menyandarkan kepalanya di sana.

Hati Okan menghangat melihat sikap manis istrinya. Ia berusaha melepaskan rasa dongkol dalam hatinya. Di kecupnya puncak kepala istrinya dengan lembut. "Aku mau menjual mobilmu ini dan menggantinya dengan mobil keluaran terbaru."

"Terserah kamu, mas." Kata Elina tak ingin berdebat lebih panjang dengan suaminya.

*******

Selesai makan malam, keduanya pulang ke rumah. Okan mengandeng tangan istrinya saat memasuki rumah. Larasati ada di ruang keluarga dan sepertinya sedang menunggu Okan.

"Assalamualaikum, bu!" Sapa Okan lalu mendekat dan mencium punggung tangan ibunya.

"Waalaikumsalam, nak. Apakah kamu capek?" Tanya Larasati.

Okan mengangguk. Ia menghabiskan waktu dari pagi hingga sore bercinta dengan Elina. Tentu saja ia lelah. Okan ingin ibunya mengerti kalau dia harus tidur. Dia belum ingin bersama Susi walaupun ini adalah hari selasa.

"Ada kabar gembira untuk kita semua. Ayo kita ke kamar Susi!" Larasati berdiri dan langsung menarik tangan Okan.

"Ibu, aku capek. Ingin tidur." Okan berusaha melepaskan tangannya.

Larasati berhenti dan menatap Okan dengan sedikit kesal. "Sebentar saja ke kamar Susi. Ibu yakin kalau kamu akan suka dengan ini semua. Kau juga ikut ke kamar Susi, Elina!"

Ketiga pun masuk ke kamar Susi. Perempuan itu terlihat baru keluar dari kamar mandi sambil memegang perutnya. Ia terlihat pucat dan sangat lemah.

"Mas Okan sudah datang?" Susi mendekat dengan wajah gembira. Ia mengambil tangan Okan dan menciumnya.

Okan terlihat agak risih. Ia menatap sekilas ke arah Elina. Istrinya itu tersenyum ke arahnya.

"Okan, Susi hamil. Ibu baru saja memeriksannya ke dokter kandungan. Usianya sudah 5 minggu." Kata Larasati dengan wajah yang sangat gembira.

Okan terkejut. Ia tak mengharapkan Susi akan hamil. Ia langsung melihat Elina yang berdiri di sampingnya. Elina juga terlihat sama terkejutnya dengan dia.

"Mas, kita akan punya anak." Susi langsung memeluk Okan dengan wajah senang.

Okan masih sock. Ia bahkan hanya berdiri seperti patung. Pandangannya tetap ke arah Elina.

"Okan, kenapa hanya diam saja? Apakah kau tidak bahagia dengan berita ini? Susi akan memberikan kamu keturunan. Dia akan memberikan ibu seorang cucu. Cucu yang sangat ibu inginkan." Larasati terlihat berkaca-kaca.

"Selamat ya, Susi. Akhirnya kamu bisa memberikan apa yang ibu dan mas Okan inginkan." Elina akhirnya mampu berbicara. Ia tersenyum saat hatinya bagaikan diramas sangat kuat. Ia menepuk bahu Susi yang masih memeluk Okan. Tepat di saat itu ponsel Elina berbunyi. Ia merasa diselamatkan dengan bunyi ponselnya.

"Hallo, Dewi. Ada apa?" Elina melirik Okan. "Mas, aku terima telepon dulu ya? Sekali lagi selamat untukmu, Susi." Elina melangkah keluar dari kamar Susi. Saat ia sudah berada di luar kamar, Elina sedikit berlari menuju ke luar rumah sebelum tangisnya pecah.

"Ada apa, Elina?" Tanya Arkan dari seberang.

Elina berbohong. Ia tahu itu panggilan dari Arkan. Namun ia tak mau Okan cemburu. Ia juga bersyukur telepon dari Arkan membuatnya harus keluar dari kamar itu. Elina tahu jika ia lebih lama ada di sana, ia bisa menangis dan Elina tak mau terlihat lemah. Ia tak ingin membuat Okan tertekan dengan situasi di sana.

"Maaf, Arkan. Bolehkah aku menangis dulu? Nanti aku telepon kamu, balik. Boleh kan?"

"Elina, jika kamu butuh teman untuk bicara, aku siap menjadi pendengar."

Tangis Elina semakin dalam. Ia duduk di bangku taman sambil terus menempelkan ponselnya ke telinganya. Dari seberang Arkan mendengar.

"Menangislah, Elina. Dengan menangis kau dapat melepaskan semua sesak di dada. Jangan di tahan!"

Ponsel yang dipegang Elina diletakannya begitu saja di atas bangku taman tanpa di matikannya. Hatinya menjerit. Ia tiba-tiba teringat ibunya. Ingat bagaimana ibunya sering menangis karena ayahnya bersama wanita lain.

"Nyonya...!" Panggil Bi Ina. perempuan itu mendekat dan duduk di samping Elina. Ia tahu apa yang Elina rasakan.

"Bibi..!" Elina langsung memeluk bi Ina sambil menumpahkan rasa sedihnya di pundak pelayan itu.

"Sabar, nyonya. Bibi mengerti kalau nyonya sedih. Sebenarnya sejak tadi pagi bibi ingin bilang kalau non Susi hamil. Tapi melihat wajah nyonya yang sangat senang hendak bertemu dengan tuan Okan membuat bibi tak tega."

"Mengapa sakit rasanya mengetahui kalau Susi hamil. Mas Okan pasti akan lebih menyayanginya. Aku nggak bisa, bi. Aku nggak mampu berbagi."

"Sabar, nyonya. Perbanyak doa. Allah pasti akan menunjukan jalan terbaik bagi nyonya. Bibi yakin kehamilan Susi tak akan membuat cinta tuan Okan berkurang pada nyonya."

Di seberang sana, Arkan yang mendengar percakapan itu mengepal tangannya. Perempuan sebaik dan secantik Elina tak pantas menangis. Kau sungguh bodoh, Okan.

BIKIN MEWEK KAH? Sabar ya pembaca tersayangku, kita akan melihat bagaimana Elina melewati semuanya dengan kuat. Bagaimana Elina akhirnya bisa melawan ibu mertuanya dan Susi. Kita akan melihat bagaimana Okan hancur.

Elina asli bertanya, haruskah dia pergi meninggalkan Okan saat tahu Susi hamil???

Terpopuler

Comments

Mhila Amhilawhaty

Mhila Amhilawhaty

Okan sama Susi kelak SMA Elina,munafik

2022-03-14

1

gia gigin

gia gigin

klau aku jadi Elina mending pindah aja, dari pada melihat susi bermanja dgn Okan, tapi knp aku ragu klau Susi tdk sepolos dgn sikapnya🤔

2021-12-27

0

Ety Nadhif

Ety Nadhif

nangis deh😭😭😭

2021-12-16

0

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Kembali
2 Ingatan Masa Lalu
3 Aku Bersedia
4 Manisnya Cinta
5 Ketemu Mertua
6 Ikhlas Menerima
7 Hamil
8 Tak Pernah Terbayangkan
9 Tak Bisa Mendua
10 Terpaksa Setuju
11 Sebenarnya Tak Rela
12 Aku Masih Untukmu
13 Aku Menyentuhnya
14 Di Simpan Dalam Hati
15 Okan Cemburu
16 Kenyataan yang menyakitkan
17 Manjanya Susi
18 Ulang Tahunku dan Ulang tahun pernikahan kita
19 Kedatangan Zeki
20 Perhatian Untuk Elina
21 Kelahiran Anak Susi
22 Kepergian Elina
23 Seakan Tak Percaya
24 Di Simpan Dalam Hati
25 Rahasia Susi
26 Perubahan Sikap Elina
27 Kebenaran Tentang Susi
28 Golongan Darah Haikal
29 Prahara
30 Dendam Masa Lalu Larasati
31 Menghilang Sebentar
32 Bukan Pengemis Cinta
33 Hati yang Mengalah
34 Di ujung Kembimbangan
35 Rahasia Susi Terbongkar
36 Pilihan yang sulit
37 Kuat tanpamu
38 Tak Bisa Tanpamu
39 Arhan & Zeki
40 Kembali ke Indonesia
41 Menolak
42 Keputusan Okan
43 Membuka Hati
44 Cinta Arkan Untuk Elina
45 Menantu Terbaik
46 Penyesalan
47 Keluarga Arkan
48 Permintaan yang sangat sulit
49 Lidia dan Harapannya
50 Kehilangan
51 Okan menemui Elina
52 Aku yang Lebih Mengenalnya
53 Keputusan Elina
54 Anakku
55 Kembali ke sini
56 Hati yang Saling Merindukan
57 Mesra
58 Kembali Memiliki
59 Waktu Milik Berdua
60 Dua bulan Tak datang Tamu
61 Anugerah Terindah
62 Beberapa Kisah saat Hamil
63 Wanita Sempurna
64 Our baby
65 Kakak Terbaik
66 Liburan Penuh Bahagia
67 Paman Zeki
68 Menerima Anugerah Kembali (Tamat)
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Pertemuan Kembali
2
Ingatan Masa Lalu
3
Aku Bersedia
4
Manisnya Cinta
5
Ketemu Mertua
6
Ikhlas Menerima
7
Hamil
8
Tak Pernah Terbayangkan
9
Tak Bisa Mendua
10
Terpaksa Setuju
11
Sebenarnya Tak Rela
12
Aku Masih Untukmu
13
Aku Menyentuhnya
14
Di Simpan Dalam Hati
15
Okan Cemburu
16
Kenyataan yang menyakitkan
17
Manjanya Susi
18
Ulang Tahunku dan Ulang tahun pernikahan kita
19
Kedatangan Zeki
20
Perhatian Untuk Elina
21
Kelahiran Anak Susi
22
Kepergian Elina
23
Seakan Tak Percaya
24
Di Simpan Dalam Hati
25
Rahasia Susi
26
Perubahan Sikap Elina
27
Kebenaran Tentang Susi
28
Golongan Darah Haikal
29
Prahara
30
Dendam Masa Lalu Larasati
31
Menghilang Sebentar
32
Bukan Pengemis Cinta
33
Hati yang Mengalah
34
Di ujung Kembimbangan
35
Rahasia Susi Terbongkar
36
Pilihan yang sulit
37
Kuat tanpamu
38
Tak Bisa Tanpamu
39
Arhan & Zeki
40
Kembali ke Indonesia
41
Menolak
42
Keputusan Okan
43
Membuka Hati
44
Cinta Arkan Untuk Elina
45
Menantu Terbaik
46
Penyesalan
47
Keluarga Arkan
48
Permintaan yang sangat sulit
49
Lidia dan Harapannya
50
Kehilangan
51
Okan menemui Elina
52
Aku yang Lebih Mengenalnya
53
Keputusan Elina
54
Anakku
55
Kembali ke sini
56
Hati yang Saling Merindukan
57
Mesra
58
Kembali Memiliki
59
Waktu Milik Berdua
60
Dua bulan Tak datang Tamu
61
Anugerah Terindah
62
Beberapa Kisah saat Hamil
63
Wanita Sempurna
64
Our baby
65
Kakak Terbaik
66
Liburan Penuh Bahagia
67
Paman Zeki
68
Menerima Anugerah Kembali (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!