Manisnya Cinta

Benarkah kalau sedang jatuh cinta dunia bagaikan milik berdua? Inilah yang Elina dan Okan rasakan. Mereka tak peduli jika para pelayan di ruang makan sudah berdiri menunggu pasangan pengantin itu untuk sarapan. Karena di kamar Okan, keduanya masih saling bertatapan mesra sambil melemparkan pujian-pujian cinta.

"Mas, aku mau ke kamar mandi dulu."

"Jangan tinggalkan aku." Okan menarik tubuh Elina dan memeluknya dengan posesif.

"Mas, aku hanya ingin buang air kecil." Elina menyingkirkan tangan Okan yang melingkar di pinggangnya. Perempuan itu merasa sedikit risih karena tubuh mereka masih sama-sama polos.

"Cepat kembali. Aku masih ingin tidur dan memelukmu." Kata Okan dengan tatapan menggoda membuat pipi Elina menjadi merah.

Perlahan Elina menggeser tubuhnya. Tangannya menahan selimut untuk menutupi dadanya sambil menahan sakit di inti tubuhnya.

"Masih sakit?" Tanya Okan melihat wajah Elina yang seperti menahan sakit.

"Iya, mas."

"Aku gendong saja ke kamar mandi?"

"Nggak perlu. Aku bisa sendiri." Elina menurunkan kakinya ke lantai yang dialas karpet tebal. Ia menunduk, memungut pakaiannya, mengenakannya secara cepat dan sedikit tertatih menuju ke kamar mandi.

Okan tersenyum memandang punggung mulus istrinya yang hanya menggunakan lingre itu. Bayangan pergulatan panas mereka semalam sungguh luar biasa.

Di Surabaya orang mengenal Okan sebagai berandalan tampan yang sudah beberapa kali pacaran sebelum akhirnya ia melihat gadis manis yang turun dari mobil mewahnya. Okan memang berandalan namun ia tak pernah merusak anak gadis. Ia tetap perjaka sampai akhirnya mereka melakukannya tadi malam. Pertama melihat Elina, Okan langsung suka. Namun saat tahu kalau gadis itu baru berusia 15 tahun, Okan menahan semua perasaan cinta yang mulai tumbuh di hatinya. Di hari ulang tahun Elina yang ke-17 barulah Okan memperjelas status mereka.

Sementara itu di kamar mandi, Elina sudah selesai dengan kegiatannya. Saat ia menatap wajahnya ke cermin, ia terkejut melihat di leher dan dadanya ada jejak merah yang dibuat Okan semalam. Elina tak menyadari kalau jumlahnya akan sebanyak ini. Ingatannya melayang pada saat ia memasuki kamar Okan sambil bergandengan tangan dengan pria yang sudah menjadi suaminya.

"Selamat datang di kamar pengantin kita, sayang." Bisik Okan sangat dekat di telinga Elina membuat bulu kuduk gadis itu berdiri.

"Okan....!"Elina semakin gugup. Apalagi saat Okan sudah melingkarkan tangannya di pinggang Elina dan menarik tubuh Elina sehingga tak ada jarak lagi diantara mereka. Wajah mereka pun begitu dekat.

"Sayang....!" Tangan kanan Okan ada di pinggang Elina dan kini tangan kirinya memegang dagu istrinya itu sehingga Elina yang postur tubuhnya lebih pendek 10 cm dari Okan, sedikit mendongakkan kepalanya. "Mulai malam ini, kau harus memanggilku Mas Okan. Kita sudah resmi menikah."

"Baiklah. Mas Okan...!"

"Ah sayang....!" Okan langsung menyambar bibir Elina dengan ciuman yang hangat dan memabukan. Elina membalas ciuman Okan. Ia jadi ingat saat pertama Okan mencium bibirnya di pagar belakang sekolah. Tempat itu menjadi saksi bisu bagaimana Okan dan Elina sering bermesraan di sana.

Tangan Okan perlahan menurunkan resleting baju pengantin Elina tanpa melepaskan pertautan bibir mereka.

"Mas....!" Elina menahan tangan Okan yang akan membuka pengait branya.

"Kenapa sayang?"

"Aku mau membersihkan make up ini. Boleh nggak?"

Okan berpikir sejenak namun akhirnya ia tersenyum. "Jangan terlalu lama ya?"

Elina mengangguk. Ia segera ke kamar mandi. Mempercepat langkahnya karena bagian atas gaun pengantinnya sudah terbuka.

Sesampai di kamar mandi, Elina membersihkan tubuhnya secara cepat.

"Istriku, ini baju ganti untukmu!"

Elina membuka pintu kamar mandi sedikit saja, lalu mengambil paper bag yang diulurkan oleh Okan dan langsung menutup pintunya kembali.

Saat ia melihat isi paper bag itu, Eline menelan salivanya. Sebuah gaun tidur berbahan satin, bertali spageti dengan belahan dada yang agak rendah. Panjangnya selutut dan sedikit transparan.

Elina menatap penampilannya ke cermin yang ada. Jantungnya langsung berdetak dengan sangat cepat. Ia membuka rambutnya yang digulung. Rambut panjang yang melewati bahunya. Elina mengambil sebagian rambutnya, ditarik ke depan sehingga bisa menutupi dadanya yang terbuka. Seumur hidupnya, Elina belum pernah tampil seperti ini.

"Sayang.....!" Terdengar panggilan Okan.

"Iya, mas!" Elina keluar dari kamar mandi. Ia menarik napas panjang untuk menenangkan hatinya. Okan terlihat sudah membuka jasnya. Ia tersenyum pada Elina.

"Kenapa jalannya seperti itu?" Tanya Okan sambil mendekat.

"Eh,..aku malu mas." Elina tertunduk. Semenjak ia dewasa, ia mengenal banyak pria tampan dalam hidupnya. Namun hanya Okan yang menarik perhatiannya. Hanya Okan yang mampu membuatnya jatuh cinta.

Okan berdiri di hadapan Elina. Perlahan tangannya membuka kancing kemeja putihnya. Saat kemeja itu jatuh ke lantai, Elina melihat kembali menelan salivanya saat melihat tubuh Okan yang semakin kekar saja. Perut sispack nya yang menggoda. Elina pernah beberapa kali melihat Okan membuka baju atasnya saat mereka pacaran dulu. Elina bahkan pernah melihat tato naga yang ada di lengan Okan. Namun kali ini, ada tato lain di tubuhnya. Sebuah tato berbentuk huruf EJ yang ada di dada sebelah kanannya.

"Ini adalah inisial namamu. Aku membuatnya saat keluar dari rumah sakit 6 tahun yang lalu." Seakan tahu apa yang dipikirkan oleh istrinya, Okan mengambil tangan Elina dan meletakan di dadanya. "Saat itu aku begitu sedih dan frustasi karena kau pergi. Apalagi saat ku tahu kalau keluargamu pindah ke Jakarta. Dari salah satu saudaramu, mereka katakan kalau kau sudah pindah ke luar negeri. Aku sungguh hancur mendengarnya. Aku buat tato ini agar namamu akan selalu ada di hatiku."

Air mata Elina kembali berlinang. Ia juga heran kenapa bisa menjadi cengeng saat mendengar semua cerita Okan. Hatinya sangat tersentuh mendengar perjuangan Okan.

"Jangan menangis, sayang." Okan menghapus air mata Elina dengan ibu jarinya. "Kini kita sudah menjadi suami istri. Aku janji hanya akan ada aku, kamu dan anak-anak kita kelak."

"Kau tidak akan berpoligami kan, mas?"

"Kau adalah wanita yang kuinginkan seumur hidupku. Kenapa aku harus membaginya dengan orang lain?"

Elina memeluk Okan dengan rasa bahagia. Ia tahu kalau laki-laki yang kini menjadi suaminya adalah lelaki yang akan menepati janjinya.

Saat pelukan mereka terurai, Okan kembali menatap wajah cantik istrinya. "Aku mencintaimu, sayang." Ujarnya lalu menyatuhkan bibir mereka dalam ciuman yang sangat lembut. Elina memejamkan matanya, menikmati sentuhan Okan yang membuatnya merinding.

Perlahan Okan menurunkan tali gaun tidur Elina lalu mengangkat tubuh Elina dan membaringkannya di atas ranjang. Tatapan mata mereka kembali menyatu. Ada pancaran cinta dan gairah yang menyatu. Membuat detakan jantung keduanya menjadi lebih cepat.

"Mas, aku belum punya pengalaman." kata Elina saat Okan sudah membuka semua kain yang menutup tubuhnya.

"Kita akan belajar bersama karena ini pun saat pertama bagiku." Bisik Okan dan kembali merayu istrinya dengan sentuhan yang membawa keduanya semakin larut dalam rasa yang saling mendamba.

"Mas, apa itu akan muat?" Tanya Elina sedikit malu saat Okan sudah membuka celananya.

Okan terkekeh. Keturunan Turki yang mengalir ditubuhnya membuat ukurannya menjadi besar.

"Aku akan sangat pelan sayang. Aku tak akan menyakitimu." bisik Okan lalu mulai menyatukan dirinya dengan istrinya.

Elina memejamkan matanya. Menahan sesuatu yang mulai robek di bawa sana. Sesuatu yang selama ini dijaganya sebagai mahkota kesuciannya.

"Sakit, mas...!" Ujar Elina sambil mencakar punggung Okan.

"Tahan sedikit, sayang...!"

Elina memejamkan matanya, hatinya ikhlas. Pikirannya diarahkan hanya untuk suaminya. Ini adalah kewajibannya sebagai istri. Ini juga adalah nikmat yang dianugerahkan Tuhan bagi mereka yang sudah menikah. Perlahan rasa sakit itu menghilang. Elina dan Okan pun tersenyum bersama saat puncak kenikmatan itu dirasakan.

********

"Sayang.....!" Terdengar panggilan Okan. Lamunan Elina tentang malam pengantin mereka pun buyar. Suaminya yang lembut dan sedikit agresif. Suaminya yang tampan dan sedikit mesum. Semalam mereka melakukannya 2 kali. Okan bahkan masih terlihat ingin lagi namun Elina sudah tertidur karena kelelahan.

"Mengapa lama sekali? Aku kan kesepian."Tanya Okan dengan wajah cemberut saat melihat Elina keluar dari kamar mandi.

"Hanya 5 menit dan langsung kesepian?" tanya Elina heran.

"Jangankan 5 menit, 1 detik saja aku nggak mau mau pisah denganmu, istriku."

Wajah Elina menjadi panas mendengar perkataan suaminya. "Rayuan gombal." Elina pura-pura mencibir sambil duduk di tepi tempat tidur. Okan langsung mendekat dan memeluk istrinya dari belakang. Ia mencium leher Elina.

"Mas, bukankah sekarang sudah waktunya sarapan? Ini sudah jam 10 pagi." Elina berusaha menghindar namun Okan semakin kuat memeluknya. "Kita sarapan saja di atas ranjang pengantin kita sayang. Nanti makan siang baru kita turun ke bawa." .

"Sarapan di ranjang?"

"Iya." jawab Okan sensual. Ia langsung menarik tubuh istrinya dan memposisikan dirinya di atas.

"Mas, kamu mau lagi?" Tanya Elina dengan jantung yang berdebar kencang.

"Menurutmu?" tanya Okan dengan tatapan menggoda. Elina hanya bisah pasrah saat Okan mulai mencium lehernya.

*******

Tak ada yang dapat mewakili perasaan bahagia di hati Elina saat sholat bersama suaminya. Hatinya begitu damai dan sukacita saat mencium tangan Okan begitu mereka selesai melaksanakan sholat.

Dulu, Elina mengenal Okan sebagai pemuda berandalan yang tak pernah sholat. 6 tahun tak bertemu, Okan ternyata sudah banyak berubah. Elina sungguh bahagia.

"Mas, kapan kita pulang ke Indonesia?" Tanya Elina saat keduanya sudah berada di ruang makan untuk menikmati makan malam.

"Aku masih ada pekerjaan di sini selama 2 minggu. Waktunya bisa kita manfaatkan untuk bulan madu. Aku sudah tak sabar melihatmu hamil, sayang."

Wajah Elina kembali berseri. "Mudah-mudahan Allah mendengar doa kita. Waktu aku datang ke Turki, aku masih haid hari ketiga. Kalau mau dihitung, aku akan memasuki masa suburku."

"Kalau begitu, makan yang banyak karena setelah ini, kita akan bekerja keras."

"Kerja keras?"

"Kerja keras untuk mem

buat anak."

"Mas....!" Elina melotot ke arah suaminya karena di dekat mereka masih ada para pelayan yang berdiri untuk melayani.

"Mereka nggak mengerti bahasa kita, sayang." kata Okan sambil mengerlingkan matanya.

Elina hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah suaminya.

***********

Okan menghapus keringat yang ada di dahi istrinya. "Kau terlihat cantik sekaligus menggoda saat berkeringat seperti ini, sayang."

"Mas....!" Elina langsung menarik selimut dan menutup tubuh polos mereka agar Okan berhenti merayunya.

"Aku juga suka jika kamu tersipu malu."

"Mas Okan....!" Elina langsung mencubit perut suaminya membuat Okan sedikit meringis.

"Sakit sayang, seharusnya tanganmu sedikit ke bawa supaya lebih asyik."

"Ih...!" Elina memukul dada Okan membuat pria itu tertawa bahagia.

"Ayo mendekat...!" Okan menarik tubuh Elina dan membuat istrinya itu berbaring dalam pelukannya.

"Mas, boleh aku bertanya sesuatu?"

"Silahkan sayang. Kau bebas menanyakan apapun."

"Bagaimana hidupmu bisa berubah seperti ini, mas?"

Okan menarik napas panjang. Lalu ia mulai bercerita. Tentang jalan hidupnya.

"Saat keluar dari rumah sakit, aku jadi malas kuliah. Ibu yang selalu mendorongku untuk semangat lagi. Aku pun kuliah agar ibu tak sedih. 7 bulan setelah itu aku lulus dengan nilai terbaik. Semangatku kembali ada. Aku mencari pekerjaan sambil terus berharap agar aku bisa bertemu denganmu. Sampai akhirnya aku diajak oleh salah satu dosen ku untuk melakukan sebuah proyek pembangunan jembatan. Selama 1 tahun aku mengerjakan tugas itu. Saat jembatannya selesai, perusahaan itu menawarkanku untuk bekerja dengan mereka. Gajinya besar dengan fasilitas mewah. Aku pun pindah ke Jakarta. Ibu memilih untuk tetap tinggal di Surabaya.

Setahun bekerja, aku diutus ke Istanbul untuk pertemuan dengan salah satu infestor di sana. Siapa yang menyangka kalau aku akan bertemu dengan ayah kandungku. Wajah kami begitu mirip sehingga dalam pertemuan pertama, ia langsung mengenaliku. Ayah dan ibu berpisah karena orang tua ayahku tak menyukai ibuku. Pada hal mereka sudah menikah secara diam-diam saat itu. Karena tak ingin ayahku bertengkar dengan keluarganya, ibu memilih pergi tanpa menyadari kalau ibu sedang hamil."

"Bagaimana perasaanmu saat bertemu ayahmu?"

"Senang, tegang pokoknya bercampur aduk. Ayah sudah menikah lagi dan memiliki 2 orang anak. Mereka sepasang. Ayah memintaku bergabung dengan perusahaannya dan mengolah cabang perusahaan yang ada di Jakarta dan Malaysia. Setiap 2 bulan sekali, aku akan datang ke Istanbul untuk rapat pemegang saham. Ibu tiriku sangat baik. Adik-adikku juga baik. Namun ibu, tak pernah mau bertemu dengan ayah. Aku pikir, ibu mungkin masih menyimpan perasaannya untuk ayah dan tak ingin menganggu keluarga ayah yang sekarang."

Elina tersenyum kecut. "Nasibmu sangat baik, mas. Jauh berbeda dengan aku."

"Jangan pikirkan perbedaan kita sekarang. Harta hanyalah titipan dari Allah. Kita akan mengarungi perjalanan hidup ini bersama. Hanya itu yang kuinginkan sayang. Membuka mata dan menutup mataku kembali dengan menatapmu di sampingku."

Tuhan, terima kasih untuk kebahagiaan ini. Elina memejamkan matanya. Menikmati hangatnya dekapan suaminya.

*********

Sampai di part ini masih maniskan? Part berikut, Elina ketemu ibu mertuanya.

Jangan lupa dukung emak ya

Terpopuler

Comments

gia gigin

gia gigin

jangan sampai sikap ibunya Okan berubah, mengingat sikap orang tuanya Elina

2021-12-27

1

banyubiru

banyubiru

Pengantin baru masih senengng2 nya merasakan hal yg baru dialami

2021-12-21

0

Ety Nadhif

Ety Nadhif

seberapa jauh kau pergi,kalau kau sudah di takdirkan Allah jd jodohku pasti menikah.

2021-12-15

1

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Kembali
2 Ingatan Masa Lalu
3 Aku Bersedia
4 Manisnya Cinta
5 Ketemu Mertua
6 Ikhlas Menerima
7 Hamil
8 Tak Pernah Terbayangkan
9 Tak Bisa Mendua
10 Terpaksa Setuju
11 Sebenarnya Tak Rela
12 Aku Masih Untukmu
13 Aku Menyentuhnya
14 Di Simpan Dalam Hati
15 Okan Cemburu
16 Kenyataan yang menyakitkan
17 Manjanya Susi
18 Ulang Tahunku dan Ulang tahun pernikahan kita
19 Kedatangan Zeki
20 Perhatian Untuk Elina
21 Kelahiran Anak Susi
22 Kepergian Elina
23 Seakan Tak Percaya
24 Di Simpan Dalam Hati
25 Rahasia Susi
26 Perubahan Sikap Elina
27 Kebenaran Tentang Susi
28 Golongan Darah Haikal
29 Prahara
30 Dendam Masa Lalu Larasati
31 Menghilang Sebentar
32 Bukan Pengemis Cinta
33 Hati yang Mengalah
34 Di ujung Kembimbangan
35 Rahasia Susi Terbongkar
36 Pilihan yang sulit
37 Kuat tanpamu
38 Tak Bisa Tanpamu
39 Arhan & Zeki
40 Kembali ke Indonesia
41 Menolak
42 Keputusan Okan
43 Membuka Hati
44 Cinta Arkan Untuk Elina
45 Menantu Terbaik
46 Penyesalan
47 Keluarga Arkan
48 Permintaan yang sangat sulit
49 Lidia dan Harapannya
50 Kehilangan
51 Okan menemui Elina
52 Aku yang Lebih Mengenalnya
53 Keputusan Elina
54 Anakku
55 Kembali ke sini
56 Hati yang Saling Merindukan
57 Mesra
58 Kembali Memiliki
59 Waktu Milik Berdua
60 Dua bulan Tak datang Tamu
61 Anugerah Terindah
62 Beberapa Kisah saat Hamil
63 Wanita Sempurna
64 Our baby
65 Kakak Terbaik
66 Liburan Penuh Bahagia
67 Paman Zeki
68 Menerima Anugerah Kembali (Tamat)
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Pertemuan Kembali
2
Ingatan Masa Lalu
3
Aku Bersedia
4
Manisnya Cinta
5
Ketemu Mertua
6
Ikhlas Menerima
7
Hamil
8
Tak Pernah Terbayangkan
9
Tak Bisa Mendua
10
Terpaksa Setuju
11
Sebenarnya Tak Rela
12
Aku Masih Untukmu
13
Aku Menyentuhnya
14
Di Simpan Dalam Hati
15
Okan Cemburu
16
Kenyataan yang menyakitkan
17
Manjanya Susi
18
Ulang Tahunku dan Ulang tahun pernikahan kita
19
Kedatangan Zeki
20
Perhatian Untuk Elina
21
Kelahiran Anak Susi
22
Kepergian Elina
23
Seakan Tak Percaya
24
Di Simpan Dalam Hati
25
Rahasia Susi
26
Perubahan Sikap Elina
27
Kebenaran Tentang Susi
28
Golongan Darah Haikal
29
Prahara
30
Dendam Masa Lalu Larasati
31
Menghilang Sebentar
32
Bukan Pengemis Cinta
33
Hati yang Mengalah
34
Di ujung Kembimbangan
35
Rahasia Susi Terbongkar
36
Pilihan yang sulit
37
Kuat tanpamu
38
Tak Bisa Tanpamu
39
Arhan & Zeki
40
Kembali ke Indonesia
41
Menolak
42
Keputusan Okan
43
Membuka Hati
44
Cinta Arkan Untuk Elina
45
Menantu Terbaik
46
Penyesalan
47
Keluarga Arkan
48
Permintaan yang sangat sulit
49
Lidia dan Harapannya
50
Kehilangan
51
Okan menemui Elina
52
Aku yang Lebih Mengenalnya
53
Keputusan Elina
54
Anakku
55
Kembali ke sini
56
Hati yang Saling Merindukan
57
Mesra
58
Kembali Memiliki
59
Waktu Milik Berdua
60
Dua bulan Tak datang Tamu
61
Anugerah Terindah
62
Beberapa Kisah saat Hamil
63
Wanita Sempurna
64
Our baby
65
Kakak Terbaik
66
Liburan Penuh Bahagia
67
Paman Zeki
68
Menerima Anugerah Kembali (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!