"Nik"
"Ikut aku kekos" ucap Tanaya
Tanaya menarik tanganku, "Temenin aku dikosan, soalnya cuman aku yang ada dikosan. Kesepian"
"Pemaksaan" ucapku
Tanaya berjalan tanpa menoleh kearahku sekalipun, "Biarin. Aku harus jahat. Kamu gak percaya aku sebenarnya itu jahat banget?"
"Percaya" ucapku
"Makasih" ucap Tanaya
Aku berjalan disampingnya, "Emang semuanya itu pergi kemana? Sampai kamu jadinya sendirian dikosan"
"Teuing" ucap Tanaya
"Kasian" ucapku
Dikamarnya. Tanaya mengeluarkan bungkus rokok yang ada disaku bajunya, lalu, menempatkan sebatang rokok itu dimulutnya, kemudian aku mengambil korek didekatku lalu mendekatkan nyala api keujung batang rokok yang ada dimulutnya itu, dan perempuan itu memejamkan kedua matanya saat menghembuskan asap rokoknya, sedangkan aku sesekali memainkan cajon dikamarnya itu. Tanaya berjalan mendekatiku. Tanaya mendorong pelan tubuhku dengan tersenyum penuh artian, kemudian dia memegang cajon yang artinya ingin memainkannya juga sepertiku, lalu, aku memilih untuk mengalah dari perempuan cantik itu.
Beruntung cantik wajahnya,
Kumaafkan.
Iya.
Dia menduduki cajon yang ingin kumainkan, lalu, aku diberikannya gitar yang ada disampingnya, kemudian aku duduk kedinginan dilantai sedangkan dia tertawa kecil melihatku, dan ternyata dia cukup mahir dalam memainkan cajon, terlebih disela jarinya itu terdapat sebatang rokok yang asapnya mengepul keatas. Membahagiakan. Aku menyukai semua orang yang berani atau memilih tampil berbeda, dan entahlah, kebanyakan dari orang yang dekat terhadapku itu justru mempunyai suatu keunikan tersendiri, Vanila menyukai reggae dan ska, Ferdi menyukai punk, Safira menyukai blues dan jazz, Adrian menyukai hardrock, lalu, perempuan disampingku itu menyukai rock slow dan gothic metal, sedangkan aku menyukai semua musik yang berdentum, bagiku, orang penyuka musik yang dipandang sebagai aliran gelap, misalnya rock itu tidaklah harus berpenampilan serba berwarna hitam, urakan, tatoan, serta yang lain sebagainya, justru apa yang tertanam didalam kitalah yang nantinya akan menjabarkan dari karakter tersebut kepada semua orang, kesamaan dari aku dengan semua temanku itu menyukai suatu musik indie.
Kalian melihatku berbeda. Aku melihat kalian itu serupa.
Hening.
Tanaya menekan keras rokoknya itu keasbaknya, dan membuangnya ketempat sampah didepan kamarnya, padahal batang rokoknya itu masih banyak yang belum terbakar, kemudian dia menundukkan kepalanya dipinggir kasurnya yang membuatku sempat bertanya - tanya. Aku berhenti memetik, lalu, menempatkan lenganku digitar. Tanaya menatapku dengan penuh artian, bahkan aku sampai merasa tidak nyaman dilihat olehnya terus menerus, dan cobalah kalian merasakan hal yang sama denganku, beberapa detik saja menatap lekat matanya pastilah akan jatuh cinta kepadanya, matanya itu begitu menghinoptis dengan mudah bagi siapapun yang menatapnya. Sudah banyak korban.
"Kenapa?" ucapku
Tanaya langsung melempar bungkus rokoknya, "Ngerasanya. Aku kayak cewek yang rusak banget didepanmu, padahal kamu juga cuman diem, dan malahan kamu itu kayak gak peduli"
"Aku. Cewek gak bener" ucap Tanaya
Aku menatap kosong,
"Cewek yang bener itu emang kayak gimana? Semua orang itu punya jalan dosanya masing - masing" ucapku, tersenyum kecut
"Barusan aku nanya" ucapku
Tanaya hanya terdiam,
"Aku gak tahu" ucap Tanaya, menggelengkan kepalanya
Aku mengalihkan pandanganku, dan tersenyum kecut, "Nilailah aku sesukamu. Orang itu cuman bisa menilai, tapi, bukan artinya dia lebih baik dari yang dinilainya. Tapi. Kebanyakan dari kita malah justru lebih buruk dari yang dinilainya, dan anehnya, kita gak merasa, padahal kita gak lebih baik dari yang udah dinilai"
"Kamu selalu benar" ucap Tanaya
"Enggak. Aku cuman gak mau salah" ucapku, tertawa pelan
"Jadilah diri sendiri. Orang lain jadi apa nantinya, kalau, semua orang bukan dirinya sendiri? Jangan kamu nyusahin orang lain" ucapku
"Bener" ucap Tanaya
Pastinya. Kita semua pernah melakukan suatu hal yang tidak ingin orang lain mengetahuinya, kemudian itu akan menjadi suatu rahasia yang terus kita simpan entah sampai kapan, dan pada dasarnya, kita memang terlahir untuk membuat banyak kesalahan, agar kita bisa mendapatkan pembelajaran dari kesalahan tersebut. Kenyataannya. Ada banyak hal yang tidak kita tahu ataupun mengerti terhadap orang lain, tidak peduli seberapa lama serta dekatnya kita terhadap orang lain, sebenarnya kita tidak akan pernah memahami sepenuhnya, itu semua terjadi karena diri kita sendiri yang tidak bisa membaca pikiran dan perasaan orang lain disetiap waktunya.
Aku memijat telapaknya yang berwarna kemerahan dan sedikit bengkak, karena dia yang terlalu bersemangat dalam memainkan cajon, kemudian tanganku malah digenggam olehnya dengan erat, lalu, aku langsung menarik pelan tanganku dengan spontan. Tanaya menatapku terkejut. Aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi, kemudian tertawa melihat ekspresi wajahnya itu, tapi, aku tetap memijat lengannya kembali setelahnya pindah kekakinya, dan rasanya aku seperti pelayan yang sedang memanjakan ratuku, seorang perempuan yang cantik itu mudah untuk meluluhkan semua orang, walaupun apa yang dilakukannya itu salah, tapi, kita seringkali akan tetap melakukan pembenaran terhadapnya.
"Jarinya" ucap Tanaya
...*********...
"Dengerin" ucap Tanaya
"Aku pengen cerita sama kamu. Faisal sering ngajakin aku terus, dan aku gak tahu, dia itu beneran suka aku apa cuman pengen mainin perasaanku. Menurut kamu dia itu gimana?" ucap Tanaya
"Faisal baik orangnya" ucapku
Tanaya menatapku lekat, "Kamu juga baik, dan bukan karena dia baik padamu, artinya dia suka denganmu. Nyatanya. Kamu itu baik, tapi, gak suka aku" ucapnya, tersenyum penuh artian
Terdiam dan membisu aku dibuatnya,
Hening.
"Semuanya itu tergantung dari cowoknya, dan cewek itu bisanya cuman ngasih jawaban, padahal kenyataannya itu sebenarnya cowok sukanya cewek yang inisiatif" ucap Tanaya, menopang dagu
"Aku bener gak?" ucap Tanaya
Kembali aku terdiam,
Disengaja. Tanaya menyemprotkan beberapa kali parfumnya kepakaianku dan entahlah apa maksudnya, kebanyakan temanku yang mencium aroma parfumnya langsung mencibirku, karena parfumnya itu aku dijauhi oleh teman perempuanku yang kutemui, sampai pada akhirnya kupilih tempat untukku menyendiri sembari berharap parfumnya itu cepat memudar ataupun menghilang. Parfum hanyalah sebagian. Wajahku pernah dirias lalu dipakaikan kerudung olehnya, dan pernah juga aku yang dimasker, kukuku yang dicat, krim pagi atau malam serta masih banyak lainnya yang dilakukan olehnya kepadaku, terkadang malahan aku melakukannya sendiri tanpa adanya dirinya, terlebih aku tertawa saat melakukannya itu seperti orang yang tidak waras. Menggelikan.
Tanaya mempunyai parfum kesukaan dan semua orang dilingkungannya sudah menghafalnya, makanya, aku lebih menghindar ataupun menjauh daripada mereka yang akan mencibirku, seharian itu aku menjadi seorang pendiam seperti tidak mempunyai teman seorangpun hanya karena aroma parfumnya. Tanaya berjalan mendekatiku. Tidak ada sedikitpun penyesalan diwajah cantiknya itu dan seperti biasanya dia tersenyum dengan alasan yang tidak kuketahui, bahkan aku masih terdiam serta tidak bergeming saat perempuan itu mencubit pipiku, terlebih dia yang menjadikan pahaku sebagai bantalnya, karena aku yang sedang duduk bersila dengan santainya, tapi, aku langsung menyingkirkan kepalanya itu yang membuatnya tertawa kecil melihat reaksiku menolaknya.
"Ngantuk" ucap Tanaya
Akhirnya,
Aku membiarkan pahaku dijadikan alas untuknya tidur pulas, aku merapikan rambutnnya serta memainkan hidungnya itu, dan lucunya, dia yang terbangun lalu berjalan pergi meninggalkanku dengan setengah kesadarannya itu, bahkan dia sampai berhenti hanya untuk memegangi ditembok. Sekedar aku mengingatkan. Seperti yang pernah aku ceritakan sebelumnya, kalian janganlah heran bahwa saat berada dikota besar melihat dua orang yaitu laki - laki dan perempuan terlihat berpegangan tangan, bermesraan serta lain sebagainya, mereka hanyalah berteman yang tidak mempunyai suatu hubungan yang lebih tinggi, satu hal yang membedakan antara pertemanan dengan percintaan itu terletak pada kejujurannya akan perasaannya. Tanaya menghilang dibelokan. Pada awalnya berada dikota besar membuatku seakan terlihat begitu polosnya, aku terlalu menilai sesuatu yang kulihat sebagai pertimbangan terbesar, padahal apa yang kulihat itu tidak menjelaskan semua yang terjadi, karena aku yang tinggal serta besar dikota kecil itu menganggapnya sebagai pemandangan yang memang tidak biasa dilingkunganku.
"Tidur" ucap Tanaya
...*********...
"Cantik" ucapku
Sekelompok adik tingkat berjalan melewatiku dan Tanaya, "Apa? Cantik, Nik. Yang mana coba? Pakai baju merah?" ucap Tanaya
Aku hanya terdiam,
Tanaya mengamati kembali, sembari tersenyum simpul, "Apa? Cantik, Nik. Yang mana coba? Pakai baju coklat?"
"Kamu bikin malu" ucapku
"Biarin" ucap Tanaya
Tanaya memang iseng. Pernah suatu ketika, diujung koridor aku melihat sepasang kekasih bergandengan tangan, kemudian Tanaya berjalan lurus dengan santainya dan tanpa dosanya, sampai pasangan itu akhirnya harus terpaksa melepaskan tangannya yang bergandengan sejenak, laki - laki itu hanya bisa tersenyum dengan tingkah lakunya, tapi, perempuan itu terlihat sedikit kesal diraut wajahnya. Tentunya aku berakting. Sepanjang koridor aku bertingkah seakan tidak pernah mengenal Tanaya, dan kalau bukan karena wajahnya yang cantik, pastilah sudah banyak orang yang marah dengan apa yang dilakukannya, tapi, pada kenyataannya hampir semua orang memaafkannya, perempuan yang mempunyai paras wajah menawan itu memang selalu dimaafkan terhadap apapun yang dilakukannya.
Aku membungkam mulutnya,
Terdiam.
Aku tidak ingin mendengar kata darinya lagi, dan juga, aku menutup hidungnya yang membuatnya kesusahan bernafas, kemudian tanganku itu dipukul olehnya dengan keras, lalu dia mengatur nafasnya setelah aku melepaskan tanganku darinya. Rasakanlah. Aku tidak menceritakan kepada Tanaya sedikitpun, kalau malam kemarin aku bertemu dengan Safira, dan lagipula, aku juga tidak ingin dia tahu apa yang terjadi dimalam yang diiringi rintik hujan itu, aku sangat menyadari bahwa pastinya tidak ada satupun orang dikehidupan yang ingin dibohongi, tapi, dihitungnya akupun tidak berbohong kepadanya, itu semua karena aku yang memang tidak mengatakan apapun kepadanya.
...Jangan pernah melakukan terhadap orang lain, apa yang tidak ingin kamu lakukan terhadap dirimu sendiri...
Semuanya yang kulakukan,
Penuh.
Dengan suatu keraguan.
Iya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Hendra Hermawan
0k lanjut
2021-09-24
1