Part 4 - Kepercayaan

Terdiam aku dibuatnya,

Ditongkrongan. Laki - laki itu dengan bangganya memperlihatkan video ranjang bersama pacarnya, dan seluruh orang yang ada ditongkrongan langsung menontonnya, sedangkan aku hanya terdiam menikmati bandrek serta ubi rebusku, walapun, sebenarnya didalam hatiku membayangkan betapa hancurnya perasaan dari pacarnya itu jika mengetahui kenyataannya. Terjadilah. Disaat seorang perempuan sepenuhnya percaya kepada orang yang dicintainya, maka, semuanya yang mereka punya akan diberikan kepada orang tersebut, dan setelah itu akan membuat pikirannya terbalut oleh ketakutan atau kekhawatiran, bagaimana kalau orang yang sudah dipercayainya itu akan meninggalkannya nantinya. Mereka berdua temanku.

Pacarnya itu temanku.

Tanaya.

Malam yang dingin. Aku memilih untuk berada dipos satpam, daripada, aku yang berada ditongkrongan terus melihat hal yang membuat hati nuraniku tersayat, dan begitulah, aku menemani satpam yang mendapatkan piket malam diusia senjanya itu, kemudian sekitar hampir tengah malam aku memutuskan pulang berjalan sendirian. Bertahan saja disana akan menyakitkan. Aku membuka pintu kamarku lalu melepas jaket serta sepatuku, dan kamarku terasa hangat dibandingkan tubuhku yang begitu dingin, kemudian aku berbaring dikasurku yang menenangkanku, tapi, semuanya itu hanya bertahan sebentar karena aku melamun saat melihat langit kamarku. Terbaring aku memikirkannya.

Kepercayaan tidak pernah diberikan melainkan didapatkan, walaupun begitu terkadang setelah mendapatkan kepercayaan itu banyak orang terbuai memanfaatkannya, dan sampai pada akhirnya, kepercayaan itu mulai berubah menjadi kebencian dalam hati seseorang, kemudian apapun yang dilakukan oleh perusak kepercayaan itu semuanya terlihat salah dimatanya. Besok aku kesana. Aku hanya ingin sekedar bertemu dengannya, tapi, aku tidak bisa memberitahukan kepadanya apa yang terjadi, dan lagipula, aku tidak ingin menjadi penghancur hubungan yang mereka jalani, padahal aku sudah mengetahui kebenarannya. Maafkan aku Tanaya.

Keputusanku.

...*********...

"Sekarang dia berubah" ucap Tanaya

Tanaya memegang lenganku, "Kamu temen deketnya. Pasti kamu itu tahu sebabnya"

Aku menatapnya lekat,

"Nik" ucap Tanaya, hampir tidak kudengar

Aku masih terdiam,

Mengalir air dipipinya,

"Aku gak kenal dia lagi. Aku ngerasa dia kayak orang asing yang masuk dalam hidupku" ucap Tanaya, mengusap air matanya

"Aku gak tahu" ucapku

"Bohong" ucap Tanaya, memukul lenganku keras

"Kamu pasti bohong" ucap Tanaya

Berdiri aku dipintunya.

Sebelum aku mengetuknya. Pintu kamarnya itu terbuka perlahan, dan kulihat, wajahnya itu mengalami luka memar dengan matanya yang sembab, Tanaya menundukkan kepalanya, kemudian aku ditarik olehnya masuk kekamarnya, lalu, aku melihat kamarnya yang cukup berantakan. Dikasur kita duduk. Tanaya menoleh kearahku, dan tatapannya itu membuatku sedih saat melihatnya, kemudian aku hanya terdiam padahal ada berjuta kata yang ingin aku sampaikan kepadanya, tapi, disamping itu ada juga berjuta alasan untuk aku tidak menyampaikan kepadanya, lalu, aku memilih diam seribu bahasa, karena aku takut dalam mengambil keputusan yang nantinya akan mengubah besar arah dalam hidupnya.

Aku hanya bisa membantu dalam pengobatan luka diwajahnya, dan selain itu, aku tidak ingin mencampuri urusan mereka, padahal aku sebagai teman dekatnya sekalipun, aku menempelkan kapas bercampur dengan rivanol dilukanya, kemudian aku menyisir rambutnya yang sangat berantakan itu. Tanaya mulai tersenyum. Aku pergi membuatkan teh hangat didapur, setelahnya, aku meletakkannya dimeja kecilnya yang sering dipakai mengerjakan tugas, lalu, tanpa menunggu lama, Tanaya meminum teh yang kubuat dan terkadang menatap kosong.

"Nik" ucap Tanaya

Tanaya menatapku sendu, "Kamu pernah mukul cewek gak? Kamu pasti gak pernah mukul cewek. Kamu orang baik"

"Kamu pernah berantem sama cewek?" ucap Tanaya

Aku hanya terdiam,

Tanaya menangis pelan,

"Kenapa aku selalu dapet cowok yang nyakitin terus? Kenapa aku gak bisa gitu bahagia?" ucap Tanaya, mengepalkan tangannya

"Tan" ucapku

Tanaya menoleh kearahku,

"Kamu itu kuat. Kamu gak bisa dijatuhin semudah itu. Semua itu ujian" ucapku, tersenyum simpul

"Mungkin" ucap Tanaya

"Sabar" ucapku

"Sampai kapan sabarnya?" ucap Tanaya, memalingkan wajahnya

Aku menatap kedepan, "Menurutku. Sabar itu gak ada batasnya, manusia yang membatasinya"

"Percayalah" ucapku

"Iya" ucap Tanaya

...*********...

Terlalu susah untukku,

Orang yang baik itu selalu disakiti, lalu, kita tidak diperbolehkan mengungkit kebaikan yang pernah dilakukan, dan hal yang paling menyakitkan adalah kita tidak mendapatkan balasan apapun, kemudian mereka akan pergi meninggalkan disaat kita sekarat. Persetan. Dunia yang sempurna itu memang tidak akan pernah terwujud, dan hanya sekedar harapan semata, tapi, meskipun begitu masih ada banyak orang yang mengharapkannya, padahal, tidak peduli seberapa keras usaha mereka untuk mewujudkannya, mereka tidak akan pernah bisa mewujudkannya bahkan mendekatinya sekalipun, karena dunia mempunyai cara kerja yang tidak bisa dimengerti oleh akal serta pikiran manusia.

Ferdi memukulku keras,

Aku tersenyum sinis. Aku membalas pukulannya sampai dia tersungkur jatuh, kemudian sebelum dia berdiri dengan sempurna aku menedangnya didadanya, dan aku mengambil kaleng minuman bersoda yang ada dimeja, aku berjalan mendekatinya lalu meletakkan tepat disampingnya. Perkelahian bukanlah penyelesaian. Hanya terdapat dua kemungkinan yang terjadi, suatu kekalahan yang menyakitkan serta kemenangan yang semu, tapi, diluar sana masih banyak orang yang menyombongkan betapa hebatnya dia diperkelahian tersebut, padahal, sebenarnya tidak ada yang bisa dibanggakan apapun hasil dari perkelahian itu. Harusnya kita bijaksana.

Terkadang,

Ada orang yang hanya bisa sadar dengan pukulan.

"Kenapa aku dipukul?" ucapku

Ferdi tidak bergeming, dan tidak berapa lama, dia mengambil kaleng minuman bersoda itu lalu dengan susah payahnya berdiri, kemudian mencengkram dengan kuat sampai kaleng itu bentuknya tidak beraturan. Ferdi membuka kaleng, dan meminumnya sampai tumpah kelantai. Ferdi meletakkan kaleng minuman bersoda dimeja kecil, lalu, mengeluarkan bungkus rokok dari saku jaketnya, kemudian aku memberikannya korek yang sering kubawa, padahal aku bukanlah seorang perokok, dan lagipula, kebetulan memang aku membawa korek yang dititipkan oleh temanku, setelahnya, aku menatap kedepan menunggunya untuk berbicara dengan pikiran yang jernih.

"Kamu udah tahu" ucap Ferdi

Ferdi menoleh kearahku, "Tanaya minta putus. Sebelum minta putus dia ngehapus file dihandphoneku"

"Dimana letak kesalahanku?" ucapku, menatap kedepan

"Kamu pasti yang ngasih tahu" ucap Ferdi, menghembuskan asap rokok

Aku tertawa pelan,

"Alasan yang bodoh. Kenapa aku disalahin? Pikir sendiri yang kamu lakuin" ucapku, memalingkan wajah

"Pikir" ucapku

Terpopuler

Comments

『Minecraft』

『Minecraft』

kata katanya ngena bet keren tor

2021-11-02

1

Agustina RS

Agustina RS

Sudah bom like kakak, terus semangat berkarya 💪😁

2021-05-06

1

im_ha

im_ha

sudah mampir ya kak.

2021-03-27

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Part 1 - Tunjuk Satu Bintang
3 Part 2 - Bintang dilangit malam
4 Part 3 - Haknya
5 Part 4 - Kepercayaan
6 Part 5 - Dunia Penuh Tanya
7 Part 6 - Hati
8 Part 7 - Teorinya Sangat Berbeda
9 Part 8 - Setiap Orang Itu Punya Cerita
10 Part 9 - Tuduhan
11 Part 10 - Air Mata Itu
12 Part 11 - Berhak Dalam Bahagia
13 Part 12 - Penilai
14 Part 13 - Manusia Sangat Perasa
15 Part 14 - Hatilah Yang Berjatuhan
16 Part 15 - Apa Maksudnya Itu?
17 Part 16 - Cinta
18 Part 17 - Merendah Dan Mengalah
19 Part 18 - Dendam?
20 Part 19 - Penyesalan
21 Part 20 - Cahaya Dari Lilin Yang Berpijar
22 Part 21 - Kolam
23 Part 22 - Jawaban Dari Perasaan
24 Part 23 - Belajarlah
25 Part 24 - Arah
26 Part 25 - Perhatian
27 Part 26 - Kerelatifan
28 Part 27 - Terjebak Pada Kehidupan
29 Part 28 - Kenangan
30 Part 29 - Terluka Dipecundangi Dunia
31 Part 30 - Berkunjung
32 Part 31 - Penghubung Bumi Dan Langit Dikehadirannya
33 Part 32 - Jangan Lupa Bahagia
34 Part 33 - Membantu Diri Sendiri
35 Part 34 - Tetaplah Mencintai Dengan Seperti Biasanya
36 Part 35 - Bertanggungjawablah
37 Part 36 - Pendapat
38 Part 37 - Penulis
39 Part 38 - Diantara
40 Part 39 - Cerita Yang Indah Dan Bahagia
41 Part 40 - Tertawa Bukan Artinya Tidak Bersedih
42 Part 41 - Kebenaran
43 Part 42 - Bercanda
44 Part 43 - Terlihat Begitu Kuatnya
45 Part 44 - Keadaan
46 Part 45 - Membenci
47 Part 46 - Indahkah Semuanya Yang Terlihat Berkilau?
48 Part 47 - Kesedihan
49 Part 48 - Takut Dan Berani
50 Part 49 - Pengaturan
51 Part 50 - Keajaiban
52 Part 51 - Kegelapan
53 Part 52 - Khawatir Yang Berlebihan
54 Part 53 - Mereka
55 Part 54 - Kesalahan
56 Part 55 - Kisah Tanpa Judul
57 Part 56 - Kembali Seperti Biasanya
58 Part 57 - Kepedulian Bukan Perasaan Yang Sebenarnya
59 Part 58 - Pernyataan
60 Part 59 - Tentangku
61 Part 60 - Teruslah Ada Disampingnya
62 Part 61 - Mendua
63 Part 62 - Menyukai Itu Pilihan
64 Part 63 - Langit Harus Beragam
65 Part 64 - Hujan
66 Part 65 - Benarkah Manusia Itu Merasa Istimewa?
67 Part 66 - Terlalu Bahagia Itu Sangat Melelahkan
68 Part 67 - Keadaan Yang Memaksa
69 Part 68 - Kebahagiaan
70 Part 69 - Didunia Yang Sempurna
71 Part 70 - Kehidupan Suatu Pengulangan
72 Part 71 - Pertemuan Mencerminkan Perpisahan
73 Part 72 - Menghilang Dan Berkesan Itu Keahlian
74 Part 73 - Hitam Dan Putih Itu Warna?
75 Part 74 - Mencintai Itu Secukupnya
76 Part 75 - Sebab Dan Akibat
77 Epilog
78 Pengumuman
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
Part 1 - Tunjuk Satu Bintang
3
Part 2 - Bintang dilangit malam
4
Part 3 - Haknya
5
Part 4 - Kepercayaan
6
Part 5 - Dunia Penuh Tanya
7
Part 6 - Hati
8
Part 7 - Teorinya Sangat Berbeda
9
Part 8 - Setiap Orang Itu Punya Cerita
10
Part 9 - Tuduhan
11
Part 10 - Air Mata Itu
12
Part 11 - Berhak Dalam Bahagia
13
Part 12 - Penilai
14
Part 13 - Manusia Sangat Perasa
15
Part 14 - Hatilah Yang Berjatuhan
16
Part 15 - Apa Maksudnya Itu?
17
Part 16 - Cinta
18
Part 17 - Merendah Dan Mengalah
19
Part 18 - Dendam?
20
Part 19 - Penyesalan
21
Part 20 - Cahaya Dari Lilin Yang Berpijar
22
Part 21 - Kolam
23
Part 22 - Jawaban Dari Perasaan
24
Part 23 - Belajarlah
25
Part 24 - Arah
26
Part 25 - Perhatian
27
Part 26 - Kerelatifan
28
Part 27 - Terjebak Pada Kehidupan
29
Part 28 - Kenangan
30
Part 29 - Terluka Dipecundangi Dunia
31
Part 30 - Berkunjung
32
Part 31 - Penghubung Bumi Dan Langit Dikehadirannya
33
Part 32 - Jangan Lupa Bahagia
34
Part 33 - Membantu Diri Sendiri
35
Part 34 - Tetaplah Mencintai Dengan Seperti Biasanya
36
Part 35 - Bertanggungjawablah
37
Part 36 - Pendapat
38
Part 37 - Penulis
39
Part 38 - Diantara
40
Part 39 - Cerita Yang Indah Dan Bahagia
41
Part 40 - Tertawa Bukan Artinya Tidak Bersedih
42
Part 41 - Kebenaran
43
Part 42 - Bercanda
44
Part 43 - Terlihat Begitu Kuatnya
45
Part 44 - Keadaan
46
Part 45 - Membenci
47
Part 46 - Indahkah Semuanya Yang Terlihat Berkilau?
48
Part 47 - Kesedihan
49
Part 48 - Takut Dan Berani
50
Part 49 - Pengaturan
51
Part 50 - Keajaiban
52
Part 51 - Kegelapan
53
Part 52 - Khawatir Yang Berlebihan
54
Part 53 - Mereka
55
Part 54 - Kesalahan
56
Part 55 - Kisah Tanpa Judul
57
Part 56 - Kembali Seperti Biasanya
58
Part 57 - Kepedulian Bukan Perasaan Yang Sebenarnya
59
Part 58 - Pernyataan
60
Part 59 - Tentangku
61
Part 60 - Teruslah Ada Disampingnya
62
Part 61 - Mendua
63
Part 62 - Menyukai Itu Pilihan
64
Part 63 - Langit Harus Beragam
65
Part 64 - Hujan
66
Part 65 - Benarkah Manusia Itu Merasa Istimewa?
67
Part 66 - Terlalu Bahagia Itu Sangat Melelahkan
68
Part 67 - Keadaan Yang Memaksa
69
Part 68 - Kebahagiaan
70
Part 69 - Didunia Yang Sempurna
71
Part 70 - Kehidupan Suatu Pengulangan
72
Part 71 - Pertemuan Mencerminkan Perpisahan
73
Part 72 - Menghilang Dan Berkesan Itu Keahlian
74
Part 73 - Hitam Dan Putih Itu Warna?
75
Part 74 - Mencintai Itu Secukupnya
76
Part 75 - Sebab Dan Akibat
77
Epilog
78
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!