Terdiam aku dibuatnya,
Ditongkrongan. Laki - laki itu dengan bangganya memperlihatkan video ranjang bersama pacarnya, dan seluruh orang yang ada ditongkrongan langsung menontonnya, sedangkan aku hanya terdiam menikmati bandrek serta ubi rebusku, walapun, sebenarnya didalam hatiku membayangkan betapa hancurnya perasaan dari pacarnya itu jika mengetahui kenyataannya. Terjadilah. Disaat seorang perempuan sepenuhnya percaya kepada orang yang dicintainya, maka, semuanya yang mereka punya akan diberikan kepada orang tersebut, dan setelah itu akan membuat pikirannya terbalut oleh ketakutan atau kekhawatiran, bagaimana kalau orang yang sudah dipercayainya itu akan meninggalkannya nantinya. Mereka berdua temanku.
Pacarnya itu temanku.
Tanaya.
Malam yang dingin. Aku memilih untuk berada dipos satpam, daripada, aku yang berada ditongkrongan terus melihat hal yang membuat hati nuraniku tersayat, dan begitulah, aku menemani satpam yang mendapatkan piket malam diusia senjanya itu, kemudian sekitar hampir tengah malam aku memutuskan pulang berjalan sendirian. Bertahan saja disana akan menyakitkan. Aku membuka pintu kamarku lalu melepas jaket serta sepatuku, dan kamarku terasa hangat dibandingkan tubuhku yang begitu dingin, kemudian aku berbaring dikasurku yang menenangkanku, tapi, semuanya itu hanya bertahan sebentar karena aku melamun saat melihat langit kamarku. Terbaring aku memikirkannya.
Kepercayaan tidak pernah diberikan melainkan didapatkan, walaupun begitu terkadang setelah mendapatkan kepercayaan itu banyak orang terbuai memanfaatkannya, dan sampai pada akhirnya, kepercayaan itu mulai berubah menjadi kebencian dalam hati seseorang, kemudian apapun yang dilakukan oleh perusak kepercayaan itu semuanya terlihat salah dimatanya. Besok aku kesana. Aku hanya ingin sekedar bertemu dengannya, tapi, aku tidak bisa memberitahukan kepadanya apa yang terjadi, dan lagipula, aku tidak ingin menjadi penghancur hubungan yang mereka jalani, padahal aku sudah mengetahui kebenarannya. Maafkan aku Tanaya.
Keputusanku.
...*********...
"Sekarang dia berubah" ucap Tanaya
Tanaya memegang lenganku, "Kamu temen deketnya. Pasti kamu itu tahu sebabnya"
Aku menatapnya lekat,
"Nik" ucap Tanaya, hampir tidak kudengar
Aku masih terdiam,
Mengalir air dipipinya,
"Aku gak kenal dia lagi. Aku ngerasa dia kayak orang asing yang masuk dalam hidupku" ucap Tanaya, mengusap air matanya
"Aku gak tahu" ucapku
"Bohong" ucap Tanaya, memukul lenganku keras
"Kamu pasti bohong" ucap Tanaya
Berdiri aku dipintunya.
Sebelum aku mengetuknya. Pintu kamarnya itu terbuka perlahan, dan kulihat, wajahnya itu mengalami luka memar dengan matanya yang sembab, Tanaya menundukkan kepalanya, kemudian aku ditarik olehnya masuk kekamarnya, lalu, aku melihat kamarnya yang cukup berantakan. Dikasur kita duduk. Tanaya menoleh kearahku, dan tatapannya itu membuatku sedih saat melihatnya, kemudian aku hanya terdiam padahal ada berjuta kata yang ingin aku sampaikan kepadanya, tapi, disamping itu ada juga berjuta alasan untuk aku tidak menyampaikan kepadanya, lalu, aku memilih diam seribu bahasa, karena aku takut dalam mengambil keputusan yang nantinya akan mengubah besar arah dalam hidupnya.
Aku hanya bisa membantu dalam pengobatan luka diwajahnya, dan selain itu, aku tidak ingin mencampuri urusan mereka, padahal aku sebagai teman dekatnya sekalipun, aku menempelkan kapas bercampur dengan rivanol dilukanya, kemudian aku menyisir rambutnya yang sangat berantakan itu. Tanaya mulai tersenyum. Aku pergi membuatkan teh hangat didapur, setelahnya, aku meletakkannya dimeja kecilnya yang sering dipakai mengerjakan tugas, lalu, tanpa menunggu lama, Tanaya meminum teh yang kubuat dan terkadang menatap kosong.
"Nik" ucap Tanaya
Tanaya menatapku sendu, "Kamu pernah mukul cewek gak? Kamu pasti gak pernah mukul cewek. Kamu orang baik"
"Kamu pernah berantem sama cewek?" ucap Tanaya
Aku hanya terdiam,
Tanaya menangis pelan,
"Kenapa aku selalu dapet cowok yang nyakitin terus? Kenapa aku gak bisa gitu bahagia?" ucap Tanaya, mengepalkan tangannya
"Tan" ucapku
Tanaya menoleh kearahku,
"Kamu itu kuat. Kamu gak bisa dijatuhin semudah itu. Semua itu ujian" ucapku, tersenyum simpul
"Mungkin" ucap Tanaya
"Sabar" ucapku
"Sampai kapan sabarnya?" ucap Tanaya, memalingkan wajahnya
Aku menatap kedepan, "Menurutku. Sabar itu gak ada batasnya, manusia yang membatasinya"
"Percayalah" ucapku
"Iya" ucap Tanaya
...*********...
Terlalu susah untukku,
Orang yang baik itu selalu disakiti, lalu, kita tidak diperbolehkan mengungkit kebaikan yang pernah dilakukan, dan hal yang paling menyakitkan adalah kita tidak mendapatkan balasan apapun, kemudian mereka akan pergi meninggalkan disaat kita sekarat. Persetan. Dunia yang sempurna itu memang tidak akan pernah terwujud, dan hanya sekedar harapan semata, tapi, meskipun begitu masih ada banyak orang yang mengharapkannya, padahal, tidak peduli seberapa keras usaha mereka untuk mewujudkannya, mereka tidak akan pernah bisa mewujudkannya bahkan mendekatinya sekalipun, karena dunia mempunyai cara kerja yang tidak bisa dimengerti oleh akal serta pikiran manusia.
Ferdi memukulku keras,
Aku tersenyum sinis. Aku membalas pukulannya sampai dia tersungkur jatuh, kemudian sebelum dia berdiri dengan sempurna aku menedangnya didadanya, dan aku mengambil kaleng minuman bersoda yang ada dimeja, aku berjalan mendekatinya lalu meletakkan tepat disampingnya. Perkelahian bukanlah penyelesaian. Hanya terdapat dua kemungkinan yang terjadi, suatu kekalahan yang menyakitkan serta kemenangan yang semu, tapi, diluar sana masih banyak orang yang menyombongkan betapa hebatnya dia diperkelahian tersebut, padahal, sebenarnya tidak ada yang bisa dibanggakan apapun hasil dari perkelahian itu. Harusnya kita bijaksana.
Terkadang,
Ada orang yang hanya bisa sadar dengan pukulan.
"Kenapa aku dipukul?" ucapku
Ferdi tidak bergeming, dan tidak berapa lama, dia mengambil kaleng minuman bersoda itu lalu dengan susah payahnya berdiri, kemudian mencengkram dengan kuat sampai kaleng itu bentuknya tidak beraturan. Ferdi membuka kaleng, dan meminumnya sampai tumpah kelantai. Ferdi meletakkan kaleng minuman bersoda dimeja kecil, lalu, mengeluarkan bungkus rokok dari saku jaketnya, kemudian aku memberikannya korek yang sering kubawa, padahal aku bukanlah seorang perokok, dan lagipula, kebetulan memang aku membawa korek yang dititipkan oleh temanku, setelahnya, aku menatap kedepan menunggunya untuk berbicara dengan pikiran yang jernih.
"Kamu udah tahu" ucap Ferdi
Ferdi menoleh kearahku, "Tanaya minta putus. Sebelum minta putus dia ngehapus file dihandphoneku"
"Dimana letak kesalahanku?" ucapku, menatap kedepan
"Kamu pasti yang ngasih tahu" ucap Ferdi, menghembuskan asap rokok
Aku tertawa pelan,
"Alasan yang bodoh. Kenapa aku disalahin? Pikir sendiri yang kamu lakuin" ucapku, memalingkan wajah
"Pikir" ucapku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
『Minecraft』
kata katanya ngena bet keren tor
2021-11-02
1
Agustina RS
Sudah bom like kakak, terus semangat berkarya 💪😁
2021-05-06
1
im_ha
sudah mampir ya kak.
2021-03-27
1