Part 6 - Hati

Langsung kubuka pintunya,

Safira mengangkat bajunya. Aku tidak mengerti tentang pakaian yang dikenakannya, tapi, Safira memang selalu mengenakan pakaian yang seksi disetiap harinya, dan aku langsung memalingkan pandanganku serta menutup pintu kamarnya, lalu, aku berjalan menuju balkon karena momen canggung tersebut. Safira berjalan menghampiriku. Safira langsung menyikutku setelah duduk bersamaku, kemudian aku menahan senyuman saat dia menatapku dengan lekatnya, dan aku sudah mengakui bahwa itu murni kesalahanku, aku membuka pintu kamarnya tanpa mengetuknya terlebih dahulu, lalu, aku selalu berusaha untuk tidak menatapnya saat mengobrol, bahkan tanpa adanya momen yang canggung pun aku jarang sekali menatap seseorang. Safira menunjuk handphoneku.

Panggilan tak terjawab,

Tanaya,

Handphoneku kembali berdering, kemudian, aku langsung bergegas menuju kosannya, dan firasatku mengatakan hal yang buruk akan terjadi nantinya, Tanaya seringkali membicarakan kematian saat mengobrol bersamaku, aku pergi meninggalkan Safira begitu saja tanpa mengucapkan apapun kepadanya. Maafkan. Aku mengambil semua keputusan itu, karena tidak ada suara yang terdengar saat aku menerima panggilannya, dan belakangan, Tanaya sering menatap kosong ditambah membicarakan kematian yang membuatku sangat mengkhawatirkannya, tapi, semua pesanku yang aku kirimkan selalu diabaikannya yang semakin membuatku takut dengan kemungkinan tersebut.

Aku tidak peduli dengan nafasku yang menyesakkan dadaku, kemudian aku menabrak pintunya dengan cukup keras, dan kulihat, dia sedang memegang pecahan gelas yang bagian atasnya lancip dengan matanya yang sembab, aku berjalan mendekatinya perlahan sembari mengatur nafasku, tapi, disamping itu dia juga berjalan mundur seirama dengan langkahku. Menetes air matanya. Aku sudah tidak bisa berpikir jernih, dan tubuhnya itu gemetaran, kemudian aku langsung mencengkram tangannya yang memegang pecahan gelas, tatapan matanya itu menggambarkan jelas kesedihannya serta keputusasaannya, lalu, aku seakan bisa merasakan apa yang sedang dirasakanya itu. Begitu menggetarkan hatiku.

Sungguh.

"Tan" ucapku

Aku memegang pundaknya, "Kamu yang kuat. Aku akan terus nemenin kamu, tapi, buang kaca itu sekarang"

Tanaya langsung menjatuhkannya,

Aku mencoba bercanda,

"Kamu tahu gak? Aku cuman mau temenan sama kamu yang cantik kayak biasanya, aku gak mau temenan sama cewek yang gak cantik. Beneran" ucapku, tersenyum simpul

"Maafin aku ngecewain" ucap Tanaya, memaksa tersenyum

Aku menggelengkan kepalaku, "Aku gak akan maafin kamu, kalau, aku ngelihat kamu nangis. Kamu itu cantik"

"Minggir" ucap Tanaya

Tanaya merapikan rambutnya yang berantakan itu dengan sisirnya, kemudian dia memasang jepit berbentuk permen dirambutnya, dan entah kenapa aku tidak bisa memalingkan pandanganku darinya, setidaknya dia sudah berusaha tampil cantik seperti yang aku minta darinya, walaupun, aku masih menyimpan ketakutan misalnya dia mempunyai kesempatan untuk mengakhiri hidupnya kembali. Mungkin. Kebanyakan orang pasti lebih memilih kejujuran yang pahit daripada kebohongan yang manis, tapi, aku memilih yang sebaliknya, karena, aku sudah terlalu banyak menerima kejujuran dalam hidupku, dan wajarlah aku mengharapkan sesuatu yang berbeda, aku membutuhkan komposisi yang tepat agar hidupku itu mempunyai arti yang bermakna nantinya.

Aku merasa bersalah,

Secara tidak langsung akulah orang yang menghubungkan keduanya, akulah yang mengenalkan Tanaya kepada temanku itu, dan sekarang, aku merasa harus bertanggungjawab atas semua yang menimpa hidupnya, seandainya aku tidak mengenalkan kepada temanku itu pasti sekarang dia tersenyum seperti biasanya. Semenjak mereka berpacaran. Aku mendengar bahwa temanku itu seringkali memukulnya, tapi, aku hanya bisa terdiam karena tidak mempunyai hak apapun untuk mencampuri urusannya, walaupun itu adalah orang terdekatku sekalipun, dan aku sediki mengerti, Tanaya selama ini terus membohongi dirinya sendiri saat bersamaku dengan senyuman palsunya itu, kemudian dia juga tidak ingin aku terlibat dalam hubungannya tersebut.

...*********...

Menungguku.

Tanaya duduk manis didepan ruang kelasku,

Aku duduk bersamanya disaat semua teman kelasku berjalan melewatiku, dan mereka sekilas melihatku, aku sudah berjanji akan terus menemani dia untuk menebus kesalahanku, dan terkadang malahan aku terjebak dikosannya, padahal aku terbiasa langsung pulang saat perkuliahan berakhir, kemudian semua orang yang melihatku itu menganggapku berpacaran dengannya. Tertawa aku mendengarnya. Aku sudah putus hubungan dengan temanku, dan kupikir, memang itulah awal yang bagus untuk menjadi seorang musuhnya, masalahnya, bagaimana jika aku terlalu mendalami peran tersebut? Aku juga bahkan tidak bisa memperkirakan sampai kapan mengakhirinya,

Terkadang. Aku menyalahkan terus diriku sendiri, karena aku tidak menyesali apapun yang sudah kulakukan dan malahan, kalau aku tidak melakukannya justru membuatku semakin menyesalinya seumur hidupku, tapi, aku mengabaikan semua orang yang terlibat disekitarku menerima akibatnya. Maafkan aku mengecewakan. Hampir kurang sebulan aku tidak berhubungan dengan Safira, dan pastilah, Safira berpikir aku sudah melupakannya karena tidak pernah memberikan kabar sekalipun kepada dirinya, serta membuat jutaan pertanyaan disaat aku pergi begitu saja meninggalkannya. Sekali lagi maafkan.

Kesalahanku.

...Salahku punya hati terus melukai....

...Tanpa hati aku bisa hidup...

...*********...

"Nik" ucap Safira

Safira menatapku tajam,

"Kalau emang kamu benci aku, cukup sakiti aku, jangan sakiti hatiku karena disana ada kamu" ucap Safira, memalingkan wajahnya

"Kamu gak salah, tapi, apa yang kamu lakuin itu yang salah" ucap Safira

Aku hanya terdiam,

"Yaudah. Namanya bukan kesalahan, kalau, orangnya gak nyadar" ucap Safira, berjalan masuk kekosannya

"Dimaafin" ucap Safira

Bersandar aku ditembok. Wangi parfumnya membekas, dan entahlah aroma parfumnya itu sudah bisa menjelaskan semua tentang dirinya, mulai dari kecantikan paras wajahnya sampai tingkah lakunya yang menggemaskan, padahal kurasa sudah cukup lama aku bersandar tapi parfumnya itu belum menghilang. Tatapan penuh kecewa. Ada suatu hal yang tidak bisa dijelaskan oleh rangkaian kata, dan begitulah, keadaan dimana seseorang hanya terdiam, karena mengucapkan satu katapun itu sangatlat berat dilakukan, padahal ada banyak hal yang ingin kujelaskan padanya, serta bagaimana jalan keluarnya. Masih aku terdiam.

Safira pernah melihatku bersama dengan Tanaya, dan aku tidak sempat menjelaskan apapun kepada dirinya, kemudian aku termenung memikirkan apa maksud dengan adanya aku didalam hatinya, padahal aku ingin sekali mengejarnya, tapi, keadaannya tidak mendukung untukku menjelaskan semuanya kepada dirinya. Aku berjalan menjauhi kosannya itu sembari menatap kedepan, dan kuhentikan langkah kakiku, aku harus menjelaskan semuanya itu, kemudian aku membalikkan badanku lalu berjalan menuju kosannya yang belum cukup jauh, sampai disana kulihat dia berada didepan kosannya menatap kosong. Aku meraih tangannya.

Renggang.

"Maaf" ucapku

Aku menatapnya lekat,

"Maafin aku ngecewain. Dengerin aku jelasin, kenapa aku ngilang gak ada kabar apapun" ucapku, tersenyum simpul

Safira masih terdiam,

"Disini kita duduk" ucapku, mengandeng tangannya

"Iya" ucap Safira

Terpopuler

Comments

IM Lebelan

IM Lebelan

kesalahan yang disengaja itu memang jahat,😂

2021-04-05

2

Sis Fauzi

Sis Fauzi

hadir Thor ❤️

2021-03-26

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Part 1 - Tunjuk Satu Bintang
3 Part 2 - Bintang dilangit malam
4 Part 3 - Haknya
5 Part 4 - Kepercayaan
6 Part 5 - Dunia Penuh Tanya
7 Part 6 - Hati
8 Part 7 - Teorinya Sangat Berbeda
9 Part 8 - Setiap Orang Itu Punya Cerita
10 Part 9 - Tuduhan
11 Part 10 - Air Mata Itu
12 Part 11 - Berhak Dalam Bahagia
13 Part 12 - Penilai
14 Part 13 - Manusia Sangat Perasa
15 Part 14 - Hatilah Yang Berjatuhan
16 Part 15 - Apa Maksudnya Itu?
17 Part 16 - Cinta
18 Part 17 - Merendah Dan Mengalah
19 Part 18 - Dendam?
20 Part 19 - Penyesalan
21 Part 20 - Cahaya Dari Lilin Yang Berpijar
22 Part 21 - Kolam
23 Part 22 - Jawaban Dari Perasaan
24 Part 23 - Belajarlah
25 Part 24 - Arah
26 Part 25 - Perhatian
27 Part 26 - Kerelatifan
28 Part 27 - Terjebak Pada Kehidupan
29 Part 28 - Kenangan
30 Part 29 - Terluka Dipecundangi Dunia
31 Part 30 - Berkunjung
32 Part 31 - Penghubung Bumi Dan Langit Dikehadirannya
33 Part 32 - Jangan Lupa Bahagia
34 Part 33 - Membantu Diri Sendiri
35 Part 34 - Tetaplah Mencintai Dengan Seperti Biasanya
36 Part 35 - Bertanggungjawablah
37 Part 36 - Pendapat
38 Part 37 - Penulis
39 Part 38 - Diantara
40 Part 39 - Cerita Yang Indah Dan Bahagia
41 Part 40 - Tertawa Bukan Artinya Tidak Bersedih
42 Part 41 - Kebenaran
43 Part 42 - Bercanda
44 Part 43 - Terlihat Begitu Kuatnya
45 Part 44 - Keadaan
46 Part 45 - Membenci
47 Part 46 - Indahkah Semuanya Yang Terlihat Berkilau?
48 Part 47 - Kesedihan
49 Part 48 - Takut Dan Berani
50 Part 49 - Pengaturan
51 Part 50 - Keajaiban
52 Part 51 - Kegelapan
53 Part 52 - Khawatir Yang Berlebihan
54 Part 53 - Mereka
55 Part 54 - Kesalahan
56 Part 55 - Kisah Tanpa Judul
57 Part 56 - Kembali Seperti Biasanya
58 Part 57 - Kepedulian Bukan Perasaan Yang Sebenarnya
59 Part 58 - Pernyataan
60 Part 59 - Tentangku
61 Part 60 - Teruslah Ada Disampingnya
62 Part 61 - Mendua
63 Part 62 - Menyukai Itu Pilihan
64 Part 63 - Langit Harus Beragam
65 Part 64 - Hujan
66 Part 65 - Benarkah Manusia Itu Merasa Istimewa?
67 Part 66 - Terlalu Bahagia Itu Sangat Melelahkan
68 Part 67 - Keadaan Yang Memaksa
69 Part 68 - Kebahagiaan
70 Part 69 - Didunia Yang Sempurna
71 Part 70 - Kehidupan Suatu Pengulangan
72 Part 71 - Pertemuan Mencerminkan Perpisahan
73 Part 72 - Menghilang Dan Berkesan Itu Keahlian
74 Part 73 - Hitam Dan Putih Itu Warna?
75 Part 74 - Mencintai Itu Secukupnya
76 Part 75 - Sebab Dan Akibat
77 Epilog
78 Pengumuman
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
Part 1 - Tunjuk Satu Bintang
3
Part 2 - Bintang dilangit malam
4
Part 3 - Haknya
5
Part 4 - Kepercayaan
6
Part 5 - Dunia Penuh Tanya
7
Part 6 - Hati
8
Part 7 - Teorinya Sangat Berbeda
9
Part 8 - Setiap Orang Itu Punya Cerita
10
Part 9 - Tuduhan
11
Part 10 - Air Mata Itu
12
Part 11 - Berhak Dalam Bahagia
13
Part 12 - Penilai
14
Part 13 - Manusia Sangat Perasa
15
Part 14 - Hatilah Yang Berjatuhan
16
Part 15 - Apa Maksudnya Itu?
17
Part 16 - Cinta
18
Part 17 - Merendah Dan Mengalah
19
Part 18 - Dendam?
20
Part 19 - Penyesalan
21
Part 20 - Cahaya Dari Lilin Yang Berpijar
22
Part 21 - Kolam
23
Part 22 - Jawaban Dari Perasaan
24
Part 23 - Belajarlah
25
Part 24 - Arah
26
Part 25 - Perhatian
27
Part 26 - Kerelatifan
28
Part 27 - Terjebak Pada Kehidupan
29
Part 28 - Kenangan
30
Part 29 - Terluka Dipecundangi Dunia
31
Part 30 - Berkunjung
32
Part 31 - Penghubung Bumi Dan Langit Dikehadirannya
33
Part 32 - Jangan Lupa Bahagia
34
Part 33 - Membantu Diri Sendiri
35
Part 34 - Tetaplah Mencintai Dengan Seperti Biasanya
36
Part 35 - Bertanggungjawablah
37
Part 36 - Pendapat
38
Part 37 - Penulis
39
Part 38 - Diantara
40
Part 39 - Cerita Yang Indah Dan Bahagia
41
Part 40 - Tertawa Bukan Artinya Tidak Bersedih
42
Part 41 - Kebenaran
43
Part 42 - Bercanda
44
Part 43 - Terlihat Begitu Kuatnya
45
Part 44 - Keadaan
46
Part 45 - Membenci
47
Part 46 - Indahkah Semuanya Yang Terlihat Berkilau?
48
Part 47 - Kesedihan
49
Part 48 - Takut Dan Berani
50
Part 49 - Pengaturan
51
Part 50 - Keajaiban
52
Part 51 - Kegelapan
53
Part 52 - Khawatir Yang Berlebihan
54
Part 53 - Mereka
55
Part 54 - Kesalahan
56
Part 55 - Kisah Tanpa Judul
57
Part 56 - Kembali Seperti Biasanya
58
Part 57 - Kepedulian Bukan Perasaan Yang Sebenarnya
59
Part 58 - Pernyataan
60
Part 59 - Tentangku
61
Part 60 - Teruslah Ada Disampingnya
62
Part 61 - Mendua
63
Part 62 - Menyukai Itu Pilihan
64
Part 63 - Langit Harus Beragam
65
Part 64 - Hujan
66
Part 65 - Benarkah Manusia Itu Merasa Istimewa?
67
Part 66 - Terlalu Bahagia Itu Sangat Melelahkan
68
Part 67 - Keadaan Yang Memaksa
69
Part 68 - Kebahagiaan
70
Part 69 - Didunia Yang Sempurna
71
Part 70 - Kehidupan Suatu Pengulangan
72
Part 71 - Pertemuan Mencerminkan Perpisahan
73
Part 72 - Menghilang Dan Berkesan Itu Keahlian
74
Part 73 - Hitam Dan Putih Itu Warna?
75
Part 74 - Mencintai Itu Secukupnya
76
Part 75 - Sebab Dan Akibat
77
Epilog
78
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!