"Kamu gak nawarin?" ucap Tanaya, tersenyum manis
Aku mengarahkan rotiku, "Mau?"
"Enggak" ucap Tanaya
Aku menatapnya lekat,
"Punten. Aku boleh ngomong kasar pakai bahasa jawa gak? Kamu ngeselin banget" ucapku, sedikit tersenyum
"Mau" ucap Tanaya
Matanya terlihat berbinar, "Suapin aku rotinya"
"Ini" ucapku
Aku beranjak dari tempatku duduk, kemudian disaat aku ingin menuruni anak tangga, perempuan itu melompat kearahku dengan tanpa bebannya, dan aku harus menuruni tangga sembari menggendongnya sampai kebawah, lalu, perempuan itu tidak kunjung melepaskan tangannya yang melingkar dileherku, padahal aku sudah menggendongnya sampai dibawah. Justru semakin eratnya. Aku merasakan punggungku basah oleh air matanya, tapi, aku bertingkah seolah tidak pernah menyadarinya, dan lucunya, dia selalu memalingkan wajahnya padahal aku sudah menyadari, kalau, dia memang terbukti menangis dipunggungku, tapi, dia memilih untuk menyembunyikannya dariku.
Sesukamu, sebebasmu, sepuasmu.
Lepaskan.
Selentingan yang beredar membuat semua orang mempunyai pikiran buruk dengan Tanaya, dan aku mengetahuinya sendiri, padahal kebanyakan dari mereka itu tidak mengenal, atau, mengetahui sedikitpun apa yang sebenarnya terjadi, seringkali, aku ingin menyanggah semua pernyataan dari suara tidak bertuan itu, tapi, semua yang kulakukan itu pastilah akan percuma nantinya. Entahlah. Aku yang hanya mendengar suara tidak bertuan itu saja merasakan sakit, apalagi, Tanaya yang menjadi bahan pembicaraan tersebut, dan sudah banyak kuhitung, berbagai macam tuduhan yang ditujukan kepadanya, maksudnya, tidak peduli seberapa banyaknya dia tersenyum disepanjang waktunya itu, bagiku, semua yang dilakukannya itu tidak akan pernah menutupi hatinya yang berantakan.
...Tuduhan kejam yang tidak berdasar...
Terlalu asyik sendiri. Tanaya membaca novelnya, kemudian aku duduk berada tepat disampingnya, Tanaya memindahkan biskuitnya itu ditengah kita duduk, dan aku langsung mengambil biskuitnya, sembari aku memperhatikan raut wajahnya yang terlihat begitu serius membaca novelnya itu. Tanaya suka membaca. Dirak mejanya itu terdapat banyak novel yang disusun rapi, dan semua novelnya itu selalu dalam penjualan yang terbaik, padahal dia belum menyelesaikan bacaannya, tapi, sudah membeli saja novel yang terbaru, kemudian aku seringkali berpikir kalau perempuan itu mempunyai kecenderungan berkhayal tinggi dalam hidupnya, lalu, perempuan itu bisa dengan mudahnya terbawa suasana novel bacaannya itu dalam jangka waktu yang cukup lama. Itulah.
Terlalu banyak harapan,
Menyusahkan.
Laki - laki dan perempuan itu sebenarnya memang tidak jauh berbeda, kemudian mereka itu memang diciptakan untuk saling melengkapi, laki - laki itu mempunyai kelemahan dimatanya, sedangkan, perempuan itu mempunyai kelemahan ditelinganya, entahlah, membicarakan tentang manusia itu adalah suatu permasalahan yang tidak ada habisnya sampai kapanpun. Terlalu rumit membahas. Aku menyenggol bahunya, tapi, perempuan cantik itu tidak bergeming sedikitpun, dan tetap saja dia membaca novelnya dengan seriusnya, kemudian beberapa lama dia meletakkan novelnya itu disampingnya, lalu, dia mengambil biskuit yang sedang kupegang, padahal dia bisa saja mengambil biskuit yang masih ada dibungkusnya itu.
Aneh.
"Kamu dicariin orang" ucapku
Tanaya menoleh kearahku, "Tahu. Aku bilang aja kamu pacarku, soalnya dia ngejar aku terus"
"Apa?" ucapku
Aku sedikit terkejut dengan ucapannya, "Apa gak ada orang lain? Kenapa aku yang harus bantuin kamu?"
"Bantuinlah" ucap Tanaya
Tanaya menatapku lekat,
"Soalnya. Kamu emang cocok banget dikorbanin, lagian, aku deketnya cuman sama kamu aja, masa pacarku orang yang gak aku kenal"
"Maaf" tambahnya, menghindari tatapanku
"Yaudah" ucapku
...*********...
"Tan" ucapku
Telunjuknya itu menempel tepat dibibirku,
"Diem" ucap Tanaya
Aku menatapnya lekat,
"Kita harus kayak beneran pacaran, biar dia percaya terus nyerah deketin akunya" ucap Tanaya, cemberut
"Tapi. Kita dilihatin sama banyak orang" ucapku, melihat sekeliling
Tanaya memalingkan wajahnya, dan tersenyum simpul, "Biarin. Aku suka dilihatin sama orang"
"Pemalu aku orangnya" ucapku
"Tahan" ucap Tanaya
"Iya" ucapku
Tanaya pergi meninggalkanku,
Sendirian.
Aku dipukul oleh laki - laki yang menyukai Tanaya, dan aku hanya tersenyum serta tidak ingin membalas pukulannya itu, walaupun aku sangat menginginkannya, aku tidak merasakan amarah sedikitpun dari tatapan matanya itu, melainkan rasa cintanya kepada Tanaya yang sangat besar. Aku merasa bersalah harus ada diantara mereka. Laki - laki itu mempunyai paras wajah yang tampan, dan juga, misalnya aku berubah menjadi seorang perempuan, kemungkinan besar aku pasti akan menyukainya, apalagi, laki - laki itu sudah mempunyai segalanya yang bisa memenuhi semua kebutuhan seorang perempuan.
Hening.
"Jangan pernah nyakitin dia sampai kapanpun" ucap laki - laki itu
Terdiam aku dibuatnya,
Benar.
Laki - laki itu membalikkan badannya lalu mencengkram kerah bajuku, dan kulihat, tatapan matanya yang begitu tajam, kemudian dia melepaskan cengkraman dikerah bajuku lalu berjalan pergi menjauhiku, setelah kepergiannya itu aku merapikan kerah bajuku yang berantakan, lalu aku kembali duduk bertingkah semuanya itu tidak pernah tetjadi sebelumnya. Tanaya datang menghampiriku. Tanaya memperhatikan ujung bibirku yang memerah, kemudian dia langsung menatapku dengan penuh curiga, dan tangannya itu menempel dipipiku, lalu, aku memalingkan wajahku untuk menghindari tatapan matanya yang sendu, tapi, malahan dia mencubit pipiku dengan kerasnya sampai aku kesakitan saat itu juga.
"Sakit" ucapku
Tanaya menundukkan kepalanya, "Maafin. Aku ngerasa bersalah udah bikin kamu masuk sama masalahku, padahal harusnya itu masalahku sama orang itu"
"Apasih. Aku tadi jatuh" ucapku
"Masa?" ucap Tanaya
"Iya" ucapku
Sepanjang hari itu aku melihatnya banyak terdiam, dan tersenyum pun terlalu dipaksakan olehnya, padahal aku tidak merasa keberatan saat menolongnya, tapi, dia malah seakan terus memikirkannya seharian, maksudku, kenapa dia harus memikirkan suatu hal yang memang seharusnya tidak perlu dipikirkannya. Tersenyum aku melihatnya. Pernah suatu waktu, aku bertemu dengan laki - laki yang menyukainya itu, dan kurasa, tatapannya itu terlihat seakan ingin membunuhku ditempat, tapi, setelahnya dia menunjukkan sedikit kekecewaan seperti meninju keras dinding yang dilewatinya, padahal aku ingin sekali mengatakan kepadanya, bahwa aku sebenarnya tidak mempunyai hubungan seperti yang sudah dipercayainya selama ini.
Tetaplah aku bersalah.
Biarkanlah,
Iya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Hendra Hermawan
semangat
2021-09-24
1
andromeda1802
smangat kk..udah aku feed back ya kk
thankyou saling support
2021-05-07
1
Irma Kirana
Aku sudah hadir Thor 😊🙏 boom like untuk mu
2021-05-06
1