Part 8 - Setiap Orang Itu Punya Cerita

Safira mengulurkan tangannya, "Yaudah"

"Apa?" ucapku

Safira menatapku lekat, "Kamu harus maaf sama aku sekarang"

Aku menjabat tangannya,

"Kamu emang pendosa yang buruk, kamu ngilang gitu tanpa kabar dan selama itu, aku mikir apa salahku. Kamu jahat banget" ucap Safira

Aku tersenyum mengakuinya,

"Sekarang kita baikan" ucap Safira

"Iya" ucapku

Aku mengajak Safira datang kekosannya, dan itu bukan keinginanku, Tanaya yang melihatku bersama dengan Safira tidak menunjukkan ekspresi apapun diwajahnya, kemudian aku dipersilahkan masuk olehnya bersamaan dengan Safira yang berada dibelakangku, lalu, aku berjalan menjauh dari mereka berdua menuju kamar mandi. Tanaya dan Safira terlihat akrab. Aku seakan dilupakan oleh mereka berdua yang terus mengobrol, dan sudah lama juga, aku tidak melihat Tanaya yang sebahagia itu semenjak putus dari pacarnya, kemudian aku memutuskan untuk tidak mengganggu apa yang sedang mereka berdua lakukan itu.

Mataku terasa berat,

Tertidur.

Disaat aku terbangun. Aku tidak melihat siapapun dan kupikir, mereka berdua sedang pergi kesuatu tempat meninggalkanku dikamar sendirian, lalu, aku membuka bindernya yang terletak dimeja belajarnya, dihalaman pertamanya tertulis, "Seseorang hanya akan berhasil melukai perasaanmu, disaat kamu memperbolehkan ia melakukan itu terhadapmu". Aku menutup bindernya dan meletakkannya kembali semula. Aku berjalan menuju balkon, kemudian disaat yang bersamaan Tanaya hampir saja menabrakku, dan aku memegang lengannya sebelum dia terjatuh, lalu, aku terdiam melihat sikutnya yang memerah karena tergores oleh dinding. Sikutnya terlihat sedikit mengeluarkan luka.

"Perih" ucap Tanaya

Aku mencari obat untuk lukanya itu, dan kubawa obat itu kepadanya, aku tidak mengerti dengan tatapannya yang berbeda seperti biasanya, padahal aku sudah mengobati luka disikutnya itu, tapi, matanya itu seakan mengartikan sesuatu tentang diriku yang tidak diungkapkannya, kemudian aku mengembalikkan semula obat tersebut dilemarinya. Lukanya berhenti mengalir. Sebenarnya aku ingin menanyakan keberadaan Safira, tapi, suasana tidak begitu mendukung kalau aku menanyakannya, kemudian aku duduk terdiam menunggu waktu yang tepat untuk menanyakan kepadanya. Melamun.

"Safira udah pulang" ucap Tanaya

Tanaya mengamati sikutnya, kemudian tersenyum simpul, "Kamu tidurnya lama. Aku gak mau bangunin kamu yang lagi tidur nyenyak"

Aku hanya terdiam,

"Kecapekan?" ucap Tanaya

Aku menoleh kearahnya, "Enggak. Aku ngantuk aja"

"Kamu mau nginep?" ucap Tanaya

Aku melihatnya sedang merapikan kasurnya, "Emang boleh nginep? Lagian, tidur dimana nanti?"

"Disinilah" ucap Tanaya, merapikan kasurnya

"Mending aku pulang" ucapku

"Kirain mau nginep. Kasurku buat dua orang bisa" ucap Tanaya, menahan senyuman

"Enggak" ucapku

Aku melihat Tanaya menggigit bibirnya dibagian bawah, kemudian aku mendekat kearahnya, lalu memasangkan satu kancing bajunya yang lepas, dan Tanaya menatapku lekat, bahkan aku melihat genangan air dimatanya yang memantulkan cahaya, kemudian, dia memalingkan wajahnya setelah aku merapikan kerah bajunya. Aku berjalan keluar dari kamarnya. Dimeja balkon aku melihat bungkus rokok serta korek yang sengaja ditinggalkannya, dan bagiku terlihat miris, pacarnya itu yang mengajarkan semua kebiasaan dalam hidupnya, entahlah, atau malah sebenarnya dia sudah terbiasa jauh sebelum aku mengenalnya, Tanaya seringkali merokok disaat suasana hatinya dalam keadaan yang buruk, aku tidak memperdulikan semua kebiasaannya itu, karena bagiku semua yang rusak itu seharusnya diperbaiki bukan malah ditinggalkan begitu saja kemudian menemukan penggantinya.

Setiap orang punya ceritanya sendiri,

Entahlah.

Tanaya menundukkan kepalanya, seakan dia tidak berani sekedar menatapku, dan aku berjalan menuruni tangga, aku hanya tidak ingin dijadikan cibiran karena seringkali berada dikosannya sampai hampir larut malam, lagipula, memang aku juga mempunyai kosanku sendiri jadi harus kutempati. Seperti malam biasanya. Jalanan selalu dipenuhi oleh kendaraan yang berbaris panjang sampai diujung mata, dan terkadang, aku heran dengan pemikiran dari kebanyakan orang diluar sana, mereka bisa membeli kendaraan, tapi, malahan tidak mempunyai lahan parkirnya, terlebih mereka juga membelinya hanya karena ingin merasa dipandang. Itulah penyebab terjadinya.

...*********...

Berbagai macam lingkungan,

Kujalani.

Banyak orang yang sudah aku temui, dan banyak tempat yang sudah aku datangi, aku memilih terdiam daripada harus menanggapi orang yang tidak pernah sekalipun pergi jauh dalam hidupnya, atau keluar dari zona nyamannya sendiri, karena sikapku itulah aku dikenal sebagai orang yang pendiam. Sejak aku kecil. Aku berteman dengan banyak anak seusiaku yang dewasa lebih cepat dibandingkan umurnya, karena temanku itu yang sebagai korban perceraian, anak dari preman, anak dari biduan, dan lain sebagainya, entahlah, aku cenderung lebih dekat oleh anak yang seperti itu, daripada anak orang kaya atau anak yang tidak pernah mempunyai suatu masalah apapun dalam hidupnya, mereka tidak akan pernah mengerti bagaimana kehidupan yang sesungguhnya.

...Kita tidak bisa memilih hidup. Tapi. Kita berhak menolak...

Mulai dari sana. Aku terbentuk oleh suatu pemikiran yang tidak cepat menghakimi seseorang, dan begitulah, aku sering kesal dengan orang yang menghakimi seseorang begitu mudahnya, padahal dia belum melihat bagaimana kenyataan yang terjadi, ataupun sudut pandang orang yang dihakimi olehnya tersebut. Makanya. Aku yang tidak ingin berdebat walau menang dalam argumen sekalipun memilih untuk terdiam, dan anehnya, aku dinilai tidak ingin berteman oleh seseorang dalam obrolannya, aku hanya tersenyum mengetahui suara tidak bertuan tersebut, karena sejauh yang aku mengerti dalam kehidupan senyuman itu tindakan yang paling mendamaikan siapapun yang melihatnya.

Itulah.

"Nik" ucap Tanaya

Tanaya tersenyum kecil, "Kamu gak jelas. Kamu selalu ada dititik tengah, dan aku gak tahu, cuman aku sendiri apa semua orang yang mikirnya sama"

"Kamu ada diantara baik sama jahat" tambahnya

"Sekarang. Aku harus jahat" ucapku

Tanaya hanya terdiam,

Aku menghela nafas, "Kita itu emang gak bisa sepenuhnya bener atau salah, makanya, aku sendiri juga bingung apalagi kamu"

"Emang aku itu gak jelas" ucapku, tersenyum simpul

"Ngaku" ucap Tanaya

Tangga menuju keaula. Aku dan Tanaya seringkali duduk bersama disana, sembari melihat pemandangan taman yang berada disebrang jalan, dan kurasa, Tanaya sudah banyak mengalami kemajuan, walaupun aku seringkali melihatnya sedang menatap kosong, tapi, aku berusaha mengalihkan perhatiannya dengan bertingkah konyol atau melucu didepannya. Hanyalah aku temannya. Tanaya itu terlihat murung saat bersama teman sekelasnya, meskipun sesekali terlihat ceria itu bukanlah dari relung hatinya, dan ketika dia bersamaku, Tanaya bisa tersenyum atau tertawa dengan lepasnya sampai aku melihat air mata diujung matanya.

Kemudian,

Aku merasa tatapannya itu mempunyai arti lain kepadaku, dan terkadang, Tanaya hanya terdiam sembari menatapku lekat, sampai aku malu ditatap olehnya seperti itu, lagipula, semua orang pasti tersipu malu ditatap oleh perempuan secantik dirinya terlebih seorang laki - laki. Tanaya menatap kedepan. Kedua tangannya itu menyangga badannya dibelakang, dan aku sengaja menggeserkan posisi tangannya yang membuat badannya tidak seimbang, lalu, dia menahan senyuman saat badannya menempel dilantai, kemudian punggungku dipukul olehnya dengan begitu pelannya seakan tidak ingin atau takut akan menyakitiku.

"Kamu lucu banget" ucap Tanaya

Aku menoleh kearahnya,

Tanaya tersenyum simpul, "Kamu jadi motivator orang lain, tapi, sendirinya malah gak punya motivasi"

"Hidup penuh canda" ucapku, tersenyum kecut

"Iya" ucap Tanaya

Terpopuler

Comments

IM Lebelan

IM Lebelan

Penikmat jahat tingkat akut😁

nice thor.

2021-04-05

1

im_ha

im_ha

semangat....

2021-03-30

1

Amanda Pasha

Amanda Pasha

hai kak aku lagi mampir, hehe.. semangat kak...😊

2021-03-27

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Part 1 - Tunjuk Satu Bintang
3 Part 2 - Bintang dilangit malam
4 Part 3 - Haknya
5 Part 4 - Kepercayaan
6 Part 5 - Dunia Penuh Tanya
7 Part 6 - Hati
8 Part 7 - Teorinya Sangat Berbeda
9 Part 8 - Setiap Orang Itu Punya Cerita
10 Part 9 - Tuduhan
11 Part 10 - Air Mata Itu
12 Part 11 - Berhak Dalam Bahagia
13 Part 12 - Penilai
14 Part 13 - Manusia Sangat Perasa
15 Part 14 - Hatilah Yang Berjatuhan
16 Part 15 - Apa Maksudnya Itu?
17 Part 16 - Cinta
18 Part 17 - Merendah Dan Mengalah
19 Part 18 - Dendam?
20 Part 19 - Penyesalan
21 Part 20 - Cahaya Dari Lilin Yang Berpijar
22 Part 21 - Kolam
23 Part 22 - Jawaban Dari Perasaan
24 Part 23 - Belajarlah
25 Part 24 - Arah
26 Part 25 - Perhatian
27 Part 26 - Kerelatifan
28 Part 27 - Terjebak Pada Kehidupan
29 Part 28 - Kenangan
30 Part 29 - Terluka Dipecundangi Dunia
31 Part 30 - Berkunjung
32 Part 31 - Penghubung Bumi Dan Langit Dikehadirannya
33 Part 32 - Jangan Lupa Bahagia
34 Part 33 - Membantu Diri Sendiri
35 Part 34 - Tetaplah Mencintai Dengan Seperti Biasanya
36 Part 35 - Bertanggungjawablah
37 Part 36 - Pendapat
38 Part 37 - Penulis
39 Part 38 - Diantara
40 Part 39 - Cerita Yang Indah Dan Bahagia
41 Part 40 - Tertawa Bukan Artinya Tidak Bersedih
42 Part 41 - Kebenaran
43 Part 42 - Bercanda
44 Part 43 - Terlihat Begitu Kuatnya
45 Part 44 - Keadaan
46 Part 45 - Membenci
47 Part 46 - Indahkah Semuanya Yang Terlihat Berkilau?
48 Part 47 - Kesedihan
49 Part 48 - Takut Dan Berani
50 Part 49 - Pengaturan
51 Part 50 - Keajaiban
52 Part 51 - Kegelapan
53 Part 52 - Khawatir Yang Berlebihan
54 Part 53 - Mereka
55 Part 54 - Kesalahan
56 Part 55 - Kisah Tanpa Judul
57 Part 56 - Kembali Seperti Biasanya
58 Part 57 - Kepedulian Bukan Perasaan Yang Sebenarnya
59 Part 58 - Pernyataan
60 Part 59 - Tentangku
61 Part 60 - Teruslah Ada Disampingnya
62 Part 61 - Mendua
63 Part 62 - Menyukai Itu Pilihan
64 Part 63 - Langit Harus Beragam
65 Part 64 - Hujan
66 Part 65 - Benarkah Manusia Itu Merasa Istimewa?
67 Part 66 - Terlalu Bahagia Itu Sangat Melelahkan
68 Part 67 - Keadaan Yang Memaksa
69 Part 68 - Kebahagiaan
70 Part 69 - Didunia Yang Sempurna
71 Part 70 - Kehidupan Suatu Pengulangan
72 Part 71 - Pertemuan Mencerminkan Perpisahan
73 Part 72 - Menghilang Dan Berkesan Itu Keahlian
74 Part 73 - Hitam Dan Putih Itu Warna?
75 Part 74 - Mencintai Itu Secukupnya
76 Part 75 - Sebab Dan Akibat
77 Epilog
78 Pengumuman
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
Part 1 - Tunjuk Satu Bintang
3
Part 2 - Bintang dilangit malam
4
Part 3 - Haknya
5
Part 4 - Kepercayaan
6
Part 5 - Dunia Penuh Tanya
7
Part 6 - Hati
8
Part 7 - Teorinya Sangat Berbeda
9
Part 8 - Setiap Orang Itu Punya Cerita
10
Part 9 - Tuduhan
11
Part 10 - Air Mata Itu
12
Part 11 - Berhak Dalam Bahagia
13
Part 12 - Penilai
14
Part 13 - Manusia Sangat Perasa
15
Part 14 - Hatilah Yang Berjatuhan
16
Part 15 - Apa Maksudnya Itu?
17
Part 16 - Cinta
18
Part 17 - Merendah Dan Mengalah
19
Part 18 - Dendam?
20
Part 19 - Penyesalan
21
Part 20 - Cahaya Dari Lilin Yang Berpijar
22
Part 21 - Kolam
23
Part 22 - Jawaban Dari Perasaan
24
Part 23 - Belajarlah
25
Part 24 - Arah
26
Part 25 - Perhatian
27
Part 26 - Kerelatifan
28
Part 27 - Terjebak Pada Kehidupan
29
Part 28 - Kenangan
30
Part 29 - Terluka Dipecundangi Dunia
31
Part 30 - Berkunjung
32
Part 31 - Penghubung Bumi Dan Langit Dikehadirannya
33
Part 32 - Jangan Lupa Bahagia
34
Part 33 - Membantu Diri Sendiri
35
Part 34 - Tetaplah Mencintai Dengan Seperti Biasanya
36
Part 35 - Bertanggungjawablah
37
Part 36 - Pendapat
38
Part 37 - Penulis
39
Part 38 - Diantara
40
Part 39 - Cerita Yang Indah Dan Bahagia
41
Part 40 - Tertawa Bukan Artinya Tidak Bersedih
42
Part 41 - Kebenaran
43
Part 42 - Bercanda
44
Part 43 - Terlihat Begitu Kuatnya
45
Part 44 - Keadaan
46
Part 45 - Membenci
47
Part 46 - Indahkah Semuanya Yang Terlihat Berkilau?
48
Part 47 - Kesedihan
49
Part 48 - Takut Dan Berani
50
Part 49 - Pengaturan
51
Part 50 - Keajaiban
52
Part 51 - Kegelapan
53
Part 52 - Khawatir Yang Berlebihan
54
Part 53 - Mereka
55
Part 54 - Kesalahan
56
Part 55 - Kisah Tanpa Judul
57
Part 56 - Kembali Seperti Biasanya
58
Part 57 - Kepedulian Bukan Perasaan Yang Sebenarnya
59
Part 58 - Pernyataan
60
Part 59 - Tentangku
61
Part 60 - Teruslah Ada Disampingnya
62
Part 61 - Mendua
63
Part 62 - Menyukai Itu Pilihan
64
Part 63 - Langit Harus Beragam
65
Part 64 - Hujan
66
Part 65 - Benarkah Manusia Itu Merasa Istimewa?
67
Part 66 - Terlalu Bahagia Itu Sangat Melelahkan
68
Part 67 - Keadaan Yang Memaksa
69
Part 68 - Kebahagiaan
70
Part 69 - Didunia Yang Sempurna
71
Part 70 - Kehidupan Suatu Pengulangan
72
Part 71 - Pertemuan Mencerminkan Perpisahan
73
Part 72 - Menghilang Dan Berkesan Itu Keahlian
74
Part 73 - Hitam Dan Putih Itu Warna?
75
Part 74 - Mencintai Itu Secukupnya
76
Part 75 - Sebab Dan Akibat
77
Epilog
78
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!