"Hai" ucap Tanaya
Tanaya. Dia seringkali membawa bekal yang tidak ingin dimakannya, kemudian akulah yang diminta untuk menghabiskan bekalnya itu, dan kupikir, bekal yang selalu dibawanya itu memanglah khusus untukku, walaupun dia seringkali mengatakan banyak alasan kepadaku. Lagipula. Aku tidak pernah menolak bekal pemberiannya itu, dan juga, aku selalu menghabiskan bekal makanannya itu didepannya, tapi, pernah suatu kali aku tidak ingin memakan bekalnya itu, lalu dia menghindariku terus menerus seharian itu, bahkan dia melakukannya sampai beberapa hari kedepannya. Bingung aku dengannya.
Tatapannya penuh kekecewaan,
Mendalam.
Temanku itu melihatnya. Setelah aku dan Tanaya sedikit bertentangan, temanku itu berjalan mendekatiku yang sedang duduk sendirian, kemudian aku tidak menoleh kearahnya sedikitpun, lalu, temanku itu menawarkan rokok seperti biasanya kemudian aku menggelengkan kepalaku. Sudah banyak kutolak. Temanku itu seakan ingin mengarahkan aku sebagai perokok, agar dia mempunyai teman yang bisa menemaninya dengan kepulan asap rokoknya itu, terkadang, dia sengaja membuka bungkus rokoknya dengan lebar didepanku seakan ingin membujukku untuk merokok. Dasar teman sesat.
"Kalian itu marahan" ucap Adrian, merangkulku
Aku menahan senyuman,
Adrian menatap kearahku, "Pacarmu itu cantik. Sebagai teman yang baik itu apapun yang kita punya harus dibagi"
"Berbagi" tekannya
"Mikirlah. Tanaya gak bakalan mau pacaran sama orang kayak aku, dan lagian, kita emang gak pacaran" ucapku, tertawa pelan
Adrian menepuk pahaku, "Dia itu deketnya cuman sama kamu, terus, sama yang lainnya itu gak ditanggepin"
"Beneran aku ngomong" ucap Adrian
"Pengalaman banget ngomongnya" ucapku
"Korban" ucap Adrian
...*********...
Tidak peduli seberapa jantan seorang laki - laki saat berkelahi setengah mati, pasti mereka akan terlihat kesakitan saat dirawat oleh perempuan selesai berkelahi tersebut, padahal hanya sedikit bagian kain bercampur dengan rivanol yang menempel dilukanya itu. Meringis aku kesakitan. Aku berkelahi dengan seorang laki - laki yang menggodanya, dan sebabnya dia sudah terlalu berlebihan, sampai menarik tangan dengan kasarnya, kemudian aku memperingatkannya tapi orang itu malah langsung memukul wajahku, lalu, terjadilah aku yang berkelahi dengannya karena orang seperti itu hanya bisa disadarkan oleh kekerasan.
Tidak ada cara yang lain,
Perilaku.
Kupejamkan. Aku mendengar derap langkahnya yang berjalan melewatiku, dan aku membuka kedua mataku secara perlahan, kemudian dia menempelkan apel dipipiku yang terasa dingin, aku mengambil apel itu dari tangannya lalu memakannya, walaupun aku harus menahan rasa sakit dirahangku saat itu juga. Berhenti aku sejenak. Aku yang memakan apel dengan perlahan terus dilihat olehnya, kemudian dia malah tersenyum penuh artian dan tentunya, apa yang dilakukannya itu membuatku sedikit malu serta bertanya kepada diriku sendiri, lalu, dia memalingkan pandangannya kepada jendela dikamar kosannya. Tatapannya begitu kosong.
Memikirkan tentang sesuatu,
Mungkin.
Tanaya mengikat rambutnya. Tanaya memanglah cantik, dan banyak sekali laki - laki yang menyukainya, mulai dari yang secara langsung mengutarakannya, sampai mereka yang hanya sekedar pengagum rahasianya, tapi, dibalik itu banyak juga yang tidak menyukainya terlebih itu perempuan. Pernah suatu waktu. Aku tidak sengaja melihatnya berdebat dengan seorang perempuan dikoridor kampus, kemudian aku hanya terdiam melihat perdebatan mereka itu, sampai pada akhirnya tanganku ditarik pergi bersamanya meninggalkan perempuan itu, dan seharian itu, dia terlihat kesal terus menerus terhadap apapun disekelilingnya, kemudian apa yang bisa kulakukan hanyalah memberinya ruang serta waktunya sendiri, itupun ditolak keras olehnya yang membuatku semakin bingung terhadap situasi tersebut.
"Tanaya, kamu sering..." ucapku
Tanaya menatapku lekat, "Udah gak keitung"
Pikiranku terbaca olehnya,
"Kebanyakan cowok nganggep aku itu cewek yang gampangan, padahal aku cuman diem aja tetep digituin, bahkan aku pernah dibilang murahan sama cowok yang aku sendiri gak kenal. Aku gak tahu salahku itu apa coba" ucap Tanaya, menahan sedihnya
Terdiam aku dibuatnya,
Tanaya menundukkan kepalanya, "Aku diem malah dikira sombong, terus aku senyum malah dikira gampangan"
"Bingung harus gimana?" ucap Tanaya
"Semua yang aku lakuin itu salah" ucap Tanaya, menangis
"Udah" ucapku
Tanaya bercerita kepadaku. Tanaya dituduh ingin merebut pacar dari perempuan itu, dan kenyataan yang terjadi, Tanayalah yang selalu diajak oleh pacarnya itu padahal sudah menolak dengan berbagai alasan, kemudian dia menangis dipundakku lalu kembali aku hanya bisa terdiam serta tidak bisa melakukan apapun. Mengesalkan. Aku sangat membenci keadaan dimana hanya aku dan seseorang disuatu permasalahan, tapi, aku tidak bisa melakukan apapun untuk membantunya, kemudian aku pasti akan menyalahkan diriku sendiri terhadap saat dikeadaan itu nantinya, dan terlebih, perempuan itu menangis tanpa bersuara dipundakku yang membuatku semakin merasa bersalah terhadapnya, kemudian aku mengusap rambutnya yang cukup panjang itu.
Rambutnya itu berantakan,
Kurapikan.
Perempuan selalu mempunyai cara untuk melemahkan seorang laki - laki, padahal hanya air matanya yang mengalir dipipinya secara perlahan, dan tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya, tatapannya yang sendu itu sudah mengartikan semuanya dengan jelas, kemudian laki - laki yang melihatnya pasti akan berusaha untuk menenangkan perempuan itu dengan sendirinya. Tapi. Perempuan tidak pernah mengetahui kesedihan yang sebenarnya, dan laki - lakilah yang memendam kesedihan itu tanpa sekalipun mengungkapkannya, seakan kesedihan yang sebenarnya itu yang matanya tidak bisa meneteskan air setetespun, tidak peduli bagaimana dia berusaha keras untuk meneteskan air matanya itu.
Begitulah,
Cerita.
Tanaya mencubit kedua pipiku dengan gemasnya, dan terkadang, aku ingin membalas apa yang dilakukannya kepadaku, tapi, aku hanya bisa memendam keinginan itu dalam hatiku, padahal tanganku itu sudah bergerak dengan sendirinya, tapi, aku menahannya dengan sekuat tenagaku agar tidak melakukannya. Seperti dalam siklus. Tanya seringkali menangis, dan sesudahnya kembali ceria seperti sedia kala, lalu, suatu hari nantinya pasti akan kembali menangis, makanya, aku menyebutnya seperti dalam siklus yang terus berulang, kemudian aku berusaha menjadi pendengar setianya, walaupun aku tidak bisa melakukan apapun untuk segera menghentikan air matanya itu.
Menyebalkan.
Tanaya bergumam pelan, "Jangan pernah kamu pergi ninggalin"
"Kamu ngomong apa?" ucapku
"Daritadi aku cuman diem cantik. Kapan aku ngomong? Aku gak ngomong apa - apa" ucap Tanaya, memalingkan wajahnya
Aku hanya terdiam,
"Dasar" ucap Tanaya, menatapku tajam
"Lupain" ucapku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Sis Fauzi
lima likes 👍👍👍👍👍 buat kamu Thor ❤️
2021-03-26
1
Fitri Wulandari
halo aku mampir nih semangat ya up nya like sudah di berikan jgn lupa mampir ya see you😊
2021-01-02
1