Part 14 - Hatilah Yang Berjatuhan

Malam dihari sabtu,

Aku berdiri melihat pemandangan dijendela kamarku, dan sudah beberapa minggu aku menempati kosanku yang baru, tidak seperti kosanku yang selalu campur dengan perempuan serta laki - laki, sekarang kosanku itu dikhususkan untuk laki - laki yang menempatinya. Malam yang dingin. Angin yang kuat seringkali membuat gorden dijendelaku melayang, semua itu terjadi karena aku memang sengaja membiarkan angin masuk kekamarku dan terlebih kamarku yang terletak dilantai atas menciptakan suasana yang hening, semua penghuni kosku itu jarang kutemui, terkadang hanya aku seorang malahan yang berada dikos.

Dan,

Sekarang aku sendirian.

Menyedihkan.

Tidaklah perlu bertanya mengenai keadaan dijalanan, maupun, tempat lainnya dikota, karena pastinya dipenuhi oleh banyak orang yang ingin menghabiskan waktunya bersama seseorang diakhir pekan, terlebih orang itu memanglah yang spesial dalam hidupnya. Mungkin itu bahagia. Aku berjalan keluar dari kamarku serta membawa gelas yang terisi serbuk cokelat, dan mengisinya dengan air panas yang ada didispenser, lalu mengaduknya secara perlahan, kemudian ada seseorang yang mengetuk sekitar tiga kali pintu kosanku, aku meletakkan gelasku dimeja lalu berjalan menuruni tangga untuk membukakan pintu yang tidak kuketahui siapa yang mengetuknya. Aku mengeluarkan kunci yang ada disakuku.

Kubuka itu pintunya,

"Kamu" ucapku sedikit terkejut

Tubuhnya langsung menimpaku dan akupun menahan tubuhnya, kemudian membawanya kesofa ruang tamu lalu membaringkannya, aku mengambil minyak kayu putih kehidungnya agar perempuan itu terbangun dari pingsannya, lalu, aku kembali lagi kekamarku untuk mengambil selimutku. Aku merapikan rambutnya dan menyelipkannya dibelakang telinganya. Safira perlahan terbangun dari pingsannya, lalu, aku langsung menjauhkan tanganku dari wajah cantiknya itu, dan malahan perempuan itu tersenyum simpul, kemudian mengingat kondisinya yang begitu lemah serta maksud kedatangannya itu membuatku terdiam membisu. Aku meminum cokelatku tepat didepannya.

"Minta. Aku yang sakit. Dasar" ucap Safira

Aku tersenyum simpul dan mendekatkan gelasku kebibirnya, lalu menyerahkan ketangannya, "Aku lupa kamu emang suka cokelat"

"Semuanya itu buatku?" ucap Safira, tersenyum manis

Aku hanya diam,

"Kamu emang baik" gumamnya

"Makasih"

Awalnya terasa canggung sampai akhirnya dia menceritakan semuanya, dan sudah tiga hari dia memang belum sembuh, tapi, karena dia berada didekat kosanku lalu memutuskan untuk sekedar mengunjungiku, ditengah perjalanan dia merasa pusing yang ditahannya sembari mengetuk pintu kosanku. Safira menatap kosong. Aku tidak mengerti dengannya yang mengetahui dimana kosanku, sedangkan hanya satu orang temanku yang mengetahuinya, karena dia yang membantuku pindah, dan kutahu temanku itu tidak sekalipun mengenalnya, itulah yang membuatku dibingungkan oleh kedatangan perempuan cantik yang ada disampingku.

Lengannya terdapat goresan,

Berdarah.

Aku meneteskan obat luka kekapas lalu menempelkannya kelengannya, dan aku semakin bingung dengan semua yang terjadi, ada banyak hal yang tidak sesuai dengan ceritanya kepadaku, lagipula, dari awal aku memang sudah merasa dia membohongiku dengan cerita palsu. Safira menangis pelan, tapi, dengan cepat mengusapnya. Setidaknya aku bersyukur karena pernah menjadi petugas kesehatan tambahan, makanya, aku tidak panik ketika dihadapkan oleh seseoeang yang terluka atau pingsan secara kenyataan, bahkan aku bisa melakukan hal yang kubisa untuk sekedar memberinya pertolongan yang sederhana.

"Tanaya gimana kabarnya?" ucap Safira

Aku mengantarkan Safira dengan motor teman kosanku, dan beruntung teman kosanku itu pulang disaat aku kebingungan bagaimana mengantarkannya, Safira menempelkan kepalanya dipundakku selama perjalanan, lalu, sesampainya didepan kosannya dia malah terdiam. Aku menoleh kearahnya. Aku membantunya berjalan menuju kekamarnya dengan merangkul tangannya, setelahnya aku dimintanya untuk menemaninya dipinggir kasurnya, lalu, matanya itupun menutup dan aku memutuskan pulang, sembari melepaskan perlahan genggaman jemarinya ditanganku satu persatu, lalu, aku menutup pintu kaamarnya dengan pelan agar dia terjaga dalam mimpinya. Bulan yang indah.

Terangnya.

...*********...

Aku mengambil gitar temanku yang dititipkan kepadaku dipinggir kasurku, lalu, menyetemnya dua senar yang tidak sesuai nadanya, dan setelahnya kumainkan melodi petikan lagu, karena aku yang sudah terlalu lama tidak memainkan gitar dan kepekaanku terhadap nada berkurang drastis. Berhenti aku memetik. Selama perjalanan dari mengantarnya aku terpikir oleh kedatangannya, dan keadaannya yang seperti itu mengurungkan niatku untuk bertanya kepadanya, maksudku, siapa orang yang tidak dibingungkan oleh seseorang yang pingsan setelah dibukakan pintu, terlebih lengannya terluka dengan sebabnya yang tidak diketahui, aku benar dibingungkan oleh banyak hal yang menjadi banyak pertanyaan dikepalaku.

Rasanya. Aku ingin mengganti kepalaku yang terlalu banyak pertanyaan, aku meletakkan gitar temanku itu dipinggir kasur, dan entahlah, dua tahun ini aku masih tidak mengerti tentang bagaimana keindahan musik, karena aku seakan kehilangan suatu ketertarikan untuk menikmati suatu keindahan. Pikiranku kembali melayang. Pertemuan dengannya itu sungguh mengejutkan, dan benar malam dihari sabtu yang meresahkan, aku melihat pemandangan melalui jendelaku lalu merebahkan tubuhku dikasur sembari menjadikan tanganku sebagai bantal, kemudian menatap langit kamar yang sedikit terang dekat lampu, aku tidak pernah terpikir bahwa perempuan itu yang berdiri didepan kosanku, lagipula memang hanya sedikit orang yang mengetahui keberadaan dari kosanku yang pindah.

Handphoneku mulai berdering,

Kuterima.

"Makasih. Maafin aku ngerepotin" ucap Safira

Panggilan diputus olehnya.

Mendengar suaranya yang lembut itu sudah menenangkan hatiku, padahal masih banyak hal yang menggantung dari semuanya itu, tapi, aku seakan dipaksa olehnya untuk menuruti permintannya, dan juga, panggilannya itu langsung diputus olehnya yang berarti dia mengabaikan apapun tanggapanku kepadanya, serta aku yang harus menuruti permintaannya itu dengan sepihak. Hidup penuh tanya. Disetiap harinya kita selalu dihadirkan sesuatu yang mengejutkan, kemudian diposisi itu kita akan dibingungkan harus bagaimana untuk mengambil keputusan yang bijaksana, dan terkadang, kita merasa tidak mempunyai pilihan apapun dalam kehidupan, tapi, entahlah nantinya akan selalu ada jalan keluar dari semua permasalahan yang dipikir buntu. Hidup penuh misteri.

Hujan turun deras,

Angin berhembus dingin. Suatu waktu aku pernah melihat berbagai macam obat ditasnya Safira, dan akupun juga tidak pernah menanyakannya, walaupun aku sangat penasaran terhadap semua yang kulihat itu, padahal aku ingin sekali menanyakan kepadanya alasan membawa obat itu dimanapun serta kapanpun. Safira mengingatkanku Vanila. Aku teringat kembali saat pertemuan dengan Vanila pertama kalinya, dan siang itu hujan turun derasnya, aku yang sedang duduk malas untuk kembali pulang kerumah, padahal aku membawa payung kecil disamping kursiku, disaat itu aku melihat seorang perempuan yang seperti menangis ditengah guyuran air hujan, aku membuka payungku lalu berjalan mendekatinya, setelahnya aku memayungi sampai hampir seluruh tubuhku basah karena apa yang kulakukan itu.

"Ngapain?" ucapku

Vanilla menoleh kearahku, lalu menatap kosong, "Apakah kebohongan itu kejujuran yang tertunda?"

"Jujurlah" ucap Vanila, tersenyum simpul

Aku mengulangi kembali memayunginya, kemudian menunjuk kursi diteras studio, "Hujan. Mending kita disana"

"Neduh" ucapku

Sampai waktu sekarang. Aku tidak pernah mengerti alasannya saat mematung ditengah guyuran air hujan, padahal aku sempat menanyakannya, tapi, aku hanyalah mendapatkan senyumannya yang penuh artian, tidak sekalipun aku mendengar kata darinya untuk menjawab satu pertanyaanku tersebut. Terkadang. Aku menyukai kebohongan yang manis daripada kejujuran yang pahit, aku tidak ingin dia memperlihatkan kerapuhannya itu didepanku, makanya, aku lebih menyukai disaat kebohongannya tersenyum untuk menutupi semuanya itu, walaupun aku tahu itu hanyalah kebohongan semata. Teruslah aku dibohongi.

Pintaku.

Terkadang. Disaat aku melihat Vanila yang selalu bertingkah menyembunyikan penyakitnya itu, aku ingin sekali mengatakan kepadanya untuk sesekali beristirahatlah dalam kebohongannya dan janganlah merasa tegar didepanku, tapi, aku tidak kuasa saat menyinggungnya kearah sana. Akan selalu banyak sudut pandang. Apapun yang ada dalam kehidupan itu mengaburkan batas kebenaran, dan beberapa tahun berlalu semenjak kepergiannya, aku terkadang mengartikan hujan sebagai bentuk penyiksaan, misalnya seperti kata dihujani oleh kesedihan yang mendalam, arti kata sebenarnya dari hujan itu sendiri mulai berubah, kemudian seiring berjalannya waktu aku berusaha keras dalam memaknai semuanya dikehidupanku melalui berbagai sudut pandangan, bahkan disetiap katapun itu bisa mempunyai beragam makna yang terkandung.

Intinya,

Tersesatku dalam kehidupan.

...Hujan yang sunyi. Hatilah yang berjatuhan...

Benarlah.

Terpopuler

Comments

Nami😴

Nami😴

lagi lagi

2021-04-29

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Part 1 - Tunjuk Satu Bintang
3 Part 2 - Bintang dilangit malam
4 Part 3 - Haknya
5 Part 4 - Kepercayaan
6 Part 5 - Dunia Penuh Tanya
7 Part 6 - Hati
8 Part 7 - Teorinya Sangat Berbeda
9 Part 8 - Setiap Orang Itu Punya Cerita
10 Part 9 - Tuduhan
11 Part 10 - Air Mata Itu
12 Part 11 - Berhak Dalam Bahagia
13 Part 12 - Penilai
14 Part 13 - Manusia Sangat Perasa
15 Part 14 - Hatilah Yang Berjatuhan
16 Part 15 - Apa Maksudnya Itu?
17 Part 16 - Cinta
18 Part 17 - Merendah Dan Mengalah
19 Part 18 - Dendam?
20 Part 19 - Penyesalan
21 Part 20 - Cahaya Dari Lilin Yang Berpijar
22 Part 21 - Kolam
23 Part 22 - Jawaban Dari Perasaan
24 Part 23 - Belajarlah
25 Part 24 - Arah
26 Part 25 - Perhatian
27 Part 26 - Kerelatifan
28 Part 27 - Terjebak Pada Kehidupan
29 Part 28 - Kenangan
30 Part 29 - Terluka Dipecundangi Dunia
31 Part 30 - Berkunjung
32 Part 31 - Penghubung Bumi Dan Langit Dikehadirannya
33 Part 32 - Jangan Lupa Bahagia
34 Part 33 - Membantu Diri Sendiri
35 Part 34 - Tetaplah Mencintai Dengan Seperti Biasanya
36 Part 35 - Bertanggungjawablah
37 Part 36 - Pendapat
38 Part 37 - Penulis
39 Part 38 - Diantara
40 Part 39 - Cerita Yang Indah Dan Bahagia
41 Part 40 - Tertawa Bukan Artinya Tidak Bersedih
42 Part 41 - Kebenaran
43 Part 42 - Bercanda
44 Part 43 - Terlihat Begitu Kuatnya
45 Part 44 - Keadaan
46 Part 45 - Membenci
47 Part 46 - Indahkah Semuanya Yang Terlihat Berkilau?
48 Part 47 - Kesedihan
49 Part 48 - Takut Dan Berani
50 Part 49 - Pengaturan
51 Part 50 - Keajaiban
52 Part 51 - Kegelapan
53 Part 52 - Khawatir Yang Berlebihan
54 Part 53 - Mereka
55 Part 54 - Kesalahan
56 Part 55 - Kisah Tanpa Judul
57 Part 56 - Kembali Seperti Biasanya
58 Part 57 - Kepedulian Bukan Perasaan Yang Sebenarnya
59 Part 58 - Pernyataan
60 Part 59 - Tentangku
61 Part 60 - Teruslah Ada Disampingnya
62 Part 61 - Mendua
63 Part 62 - Menyukai Itu Pilihan
64 Part 63 - Langit Harus Beragam
65 Part 64 - Hujan
66 Part 65 - Benarkah Manusia Itu Merasa Istimewa?
67 Part 66 - Terlalu Bahagia Itu Sangat Melelahkan
68 Part 67 - Keadaan Yang Memaksa
69 Part 68 - Kebahagiaan
70 Part 69 - Didunia Yang Sempurna
71 Part 70 - Kehidupan Suatu Pengulangan
72 Part 71 - Pertemuan Mencerminkan Perpisahan
73 Part 72 - Menghilang Dan Berkesan Itu Keahlian
74 Part 73 - Hitam Dan Putih Itu Warna?
75 Part 74 - Mencintai Itu Secukupnya
76 Part 75 - Sebab Dan Akibat
77 Epilog
78 Pengumuman
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
Part 1 - Tunjuk Satu Bintang
3
Part 2 - Bintang dilangit malam
4
Part 3 - Haknya
5
Part 4 - Kepercayaan
6
Part 5 - Dunia Penuh Tanya
7
Part 6 - Hati
8
Part 7 - Teorinya Sangat Berbeda
9
Part 8 - Setiap Orang Itu Punya Cerita
10
Part 9 - Tuduhan
11
Part 10 - Air Mata Itu
12
Part 11 - Berhak Dalam Bahagia
13
Part 12 - Penilai
14
Part 13 - Manusia Sangat Perasa
15
Part 14 - Hatilah Yang Berjatuhan
16
Part 15 - Apa Maksudnya Itu?
17
Part 16 - Cinta
18
Part 17 - Merendah Dan Mengalah
19
Part 18 - Dendam?
20
Part 19 - Penyesalan
21
Part 20 - Cahaya Dari Lilin Yang Berpijar
22
Part 21 - Kolam
23
Part 22 - Jawaban Dari Perasaan
24
Part 23 - Belajarlah
25
Part 24 - Arah
26
Part 25 - Perhatian
27
Part 26 - Kerelatifan
28
Part 27 - Terjebak Pada Kehidupan
29
Part 28 - Kenangan
30
Part 29 - Terluka Dipecundangi Dunia
31
Part 30 - Berkunjung
32
Part 31 - Penghubung Bumi Dan Langit Dikehadirannya
33
Part 32 - Jangan Lupa Bahagia
34
Part 33 - Membantu Diri Sendiri
35
Part 34 - Tetaplah Mencintai Dengan Seperti Biasanya
36
Part 35 - Bertanggungjawablah
37
Part 36 - Pendapat
38
Part 37 - Penulis
39
Part 38 - Diantara
40
Part 39 - Cerita Yang Indah Dan Bahagia
41
Part 40 - Tertawa Bukan Artinya Tidak Bersedih
42
Part 41 - Kebenaran
43
Part 42 - Bercanda
44
Part 43 - Terlihat Begitu Kuatnya
45
Part 44 - Keadaan
46
Part 45 - Membenci
47
Part 46 - Indahkah Semuanya Yang Terlihat Berkilau?
48
Part 47 - Kesedihan
49
Part 48 - Takut Dan Berani
50
Part 49 - Pengaturan
51
Part 50 - Keajaiban
52
Part 51 - Kegelapan
53
Part 52 - Khawatir Yang Berlebihan
54
Part 53 - Mereka
55
Part 54 - Kesalahan
56
Part 55 - Kisah Tanpa Judul
57
Part 56 - Kembali Seperti Biasanya
58
Part 57 - Kepedulian Bukan Perasaan Yang Sebenarnya
59
Part 58 - Pernyataan
60
Part 59 - Tentangku
61
Part 60 - Teruslah Ada Disampingnya
62
Part 61 - Mendua
63
Part 62 - Menyukai Itu Pilihan
64
Part 63 - Langit Harus Beragam
65
Part 64 - Hujan
66
Part 65 - Benarkah Manusia Itu Merasa Istimewa?
67
Part 66 - Terlalu Bahagia Itu Sangat Melelahkan
68
Part 67 - Keadaan Yang Memaksa
69
Part 68 - Kebahagiaan
70
Part 69 - Didunia Yang Sempurna
71
Part 70 - Kehidupan Suatu Pengulangan
72
Part 71 - Pertemuan Mencerminkan Perpisahan
73
Part 72 - Menghilang Dan Berkesan Itu Keahlian
74
Part 73 - Hitam Dan Putih Itu Warna?
75
Part 74 - Mencintai Itu Secukupnya
76
Part 75 - Sebab Dan Akibat
77
Epilog
78
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!