Part 2 - Bintang dilangit malam

Tidak jauh dari kosan Safira. Temanku itu mengajakku makan nasi goreng, dan aku memang tidak mempunyai keinginan harus makanan tertentu dalam hidupku disetiap harinya, bagiku, setiap makanan adalah anugerah dari tuhan, lagipula, memang orang yang mempunyai uanglah yang bisa dengan mudah berkuasa. Selesai makan disana. Aku berjalan melewati trotoar sendirian, karena arah pulangku dan temanku itu tidak searah, sesekali aku mengamati jalanan yang dipenuhi oleh kendaraan tidak peduli itu disiang atau malam harinya selalu padat, sudah hampir dua tahun aku berada dikota besar, suara yang paling aku benci adalah deru mesin serta klakson yang ada dijalanan, maksudnya, dikota asalku jarang sekali aku mendapati adanya kemacetan apalagi sampai jauh membentang. Sejauh aku melihat.

Aku duduk termenung seperti biasanya dibalkon.

Semua orang mungkin sudah tertidur. Suara deru mesin seringkali terdengar, padahal seharusnya tidak ada lagi kegiatan disepertiga malam dan juga, kebanyakan orang pasti sudah tertidur nyenyak, tapi, kota besar memang sangat berbeda kehidupannya dengan pedesaan, bahkan aku tidak jarang melihat serta mendengar tim patroli yang berlalu - lalang dengan membawa senjatanya itu dijalanan. Masih aku terdiam. Sebenarnya apa yang selama ini aku sedang cari didunia, lalu, kenapa batas dalam kehidupan itu semakin tidak bisa dibedakan setiap harinya, dan sampai sekarang aku masih belum menemukan jawaban dari semua pertanyaanku itu, kemudian aku harus bagaimana untuk mencari jawaban tersebut.

...Seindah apapun bintang dilangit malam. Mereka pasti akan jatuh nantinya...

Vanila Citra Purbasari. Dialah yang terlalu baik untukku, dan akulah yang terlalu buruk untuknya, padahal waktu sudah berlalu, tapi, aku masih saja menyalahkan diriku sendiri yang jarang sekali membuatnya tersenyum ataupun tertawa. Kupikir. Tidak ada yang akan berubah seberapa banyaknya aku kembali dimasa lalu, dan bagiku, gambaran dimasa yang akan datang masih terlihat kabur, sedangkan dimasa sekarang aku tidak mengerti harus melangkah kearah mana, terlebih aku dibayangi oleh rasa bersalah yang tidak bisa membahagiakannya diwaktu terakhir kepergiannya. Begitulah. Penyesalan memang akan selalu terlambat, apalagi disaat kita tidak mempunyai kesempatan untuk memperbaikinya, dan perasaan itu akan terus melekat direlung hati yang paling dalam, kemudian nantinya kalian akan dipaksa dua pilihan yaitu memaafkan atau dimaafkan atas kesalahan tersebut.

Panggilan masuk dihandphoneku.

"Halo" ucapku

"Hai ini aku"

"Safira"

"Darimana tahu nomerku?" ucapku, mengernyitkan dahi

"Siapa lagi coba" ucap Safira

"Ferdi?" ucapku

"Katanya. Jam segini kamu belum tidur jadi aku telpon" ucap Safira

"Maaf aku ganggu" ucap Safira

"Enggak" ucapku

"Beneran?" ucap Safira

"Iya" ucapku

Belum pernah ada orang yang menelponku disepertiga malam terlebih itu perempuan, lalu mengobrol hampir selama dua jam, dan aku tidak sekalipun menanyakan alasan mengapa harus aku yang ditelponnya, karena itu akan menimbulkan bahwa aku sedang tidak ingin diganggu, padahal aku hanya sekedar penasaran tentang maksud serta tujuannya menelponku. Entahlah. Aku malah seakan merasakan ada kesedihan dibalik tertawa yang dipaksanya itu, dan kupikir, Safira hanya berniat mencari seseorang yang bisa mendengarkannya, kemudian temanku itu mengatakan aku yang pasti belum tidur ditengah malam yang dingin, lalu terjadilah semua yang diarahkan oleh temanku itu kepadanya. Mungkin ceritanya begitu.

Sejujurnya. Aku tidak bisa melihat kecantikan seorang perempuan yang sesungguhnya, dan senyuman yang ditunjukannya itu terkadang membuatku bertanya dalam hatiku, apakah itu bentuk dari riasan alami wajahnya, suatu bentuk dari sebuah penghinaannya terhadap dunia, atau kepalsuan terhadap dirinya sendiri. Aku begitu penasaran. Bagaimana caranya kalian menilai seorang perempuan itu cantik atau tidaknya dengan mudahnya? Sewaktu aku kecil, aku hanya mengenal dua tipe perempuan yaitu cantik atau tidaknya dari parasnya, dan setelah beranjak dewasa, menilai kecantikan seorang perempuan itu terdapat berbagai macam aspek didalamnya, bahkan, seorang perempuan yang terkesan lugu sekalipun bisa mempunyai tato ditubuhnya yang disembunyikan, semuanya yang aku lihat didunia membuatku semakin ragu dalam mengambil suatu keputusan.

"Makasih" ucap Safira

"Buat?" ucapku

"Makasih buat semuanya" ucap Safira

Aku hanya terdiam,

"Tiga"

"Dua"

"Satu"

Panggilan itu ditutupnya.

...*********...

Kuliah sudah berakhir. Aku masih berada dilobby kampus, dan sedikit mengantuk dikursi yang mempunyai sandaran, karena aku tidak ingin berjalan saat matahari berada diatas kepala, kemudian aku terbawa dalam kegelapan secara perlahan, lalu bertahap menuju kegelapan yang paling dalam. Aku mulai terbangun. Aku berjalan pulang dan langit senja sebentar lagi akan berubah menjadi gelap, kemudian aku seakan mendengar seseorang yang memanggilku ditengah perjalananku, aku menghentikan langkahku saat itu juga, lalu, membalikkan badanku kearah sumber dari suara tersebut. Safira tersenyum manis. Safira menurut penilaianku adalah seorang yang periang, suka bercanda dan murah senyum kepada semua orang, tapi, entah mengapa aku selalu merasakan kesedihan saat melihat senyumannya itu, terkadang, suaranya itu terdengar parau seakan kemarin menangis semalaman.

Temanku pernah bercerita. Safira itu merupakan primadona dijurusan, atau malah difakultasnya, dan begitulah, akupun juga mengagumi kecantikan wajahnya itu, tapi, aku tidak mengerti kenapa dia selalu mengatakan dirinya itu jelek kepadaku. Safira berjalan mendekatiku. Tidak peduli apapun pakaian yang dikenakannya, perempuan yang cantik pasti akan tetap memancarkan pesonanya, dan saat itu juga, beberapa orang terlihat mencuri pandang kearahnya, sampai aku menyadari bahwa kota dengan julukan kembang itu memang benar adanya, lalu, itu bukanlah hanya sekedar rumor yang beredar semata.

"Kamu mau kemana?" ucap Safira

"Balik" ucapku

"Ikut" ucap Safira

"Yuk" ucapku, bercanda

Safira menatapku lekat, "Aku lagi serius"

"Beneran?" ucapku

"Iya" ucap Safira

Sesampainya kita dikosanku,

Ketika aku membalikkan badanku setelah menutup gerbang, Safira duduk tenang dipinggiran teras dan akupun mengikuti seperti yang sedang dilakukannya itu, kemudian telunjuknya itu mengarah kepada bintang paling terang yang ada dilangit. Aku terdiam bisu. Apa yang dilakukannya itu mengingatkanku kepada seseorang yang pernah memberiku warna kehidupan, dan bedanya, aku hanya tidak diminta untuk melakukan hal yang sama dengannya, aku terus memperhatikannya sampai wajahnya itu berubah menjadi sepertinya. Safira itu Vanila. Aku masih bingung untuk bersikap kepada orang lain, karena aku tidak ingin menyakiti orang lain dengan sikap ketidakpedulianku, juga, aku tidak ingin disakiti orang lain dengan sikap kepedulianku itu, dunia memang penuh tanya sampai aku dibingungkan bagaimana caranya menjalani kehidupan yang baik dan benar.

Terkadang aku bertanya, seberapa gelapkah dunia tanpa adanya bulan serta bintang dimalam harinya? Aku menoleh kearah perempuan yang ada disampingku, dan kulihat, Safira menatap kosong kearah langit seakan memikirkan sesuatu, lalu, senyuman tipis merekah dibibirnya yang aku tidak mengerti penyebabnya. Suasana begitu heningnya. Aku masih terdiam, dan entahlah, sampai kapan aku harus menemaninya, sedangkan udara yang berhembus membuatku sedikit menggigil, apalagi dia yang hanya memakai baju yang bahannya itu terbilang cukup tipis. Malam yang dingin.

"Nik" ucap Safira

Safira menatap kebawah,

"Sekarang. Kamu pasti mikir ngapain aku ikut kekosanmu? Aku sendiri aja juga gak tahu motivasinya" ucap Safira, tertawa kecil

"Enggak sama sekali" ucapku

"Terus?" ucap Safira

Aku memainkan kunci ditanganku, "Aku cuman mikir. Kamu mau sampai kapan ada disini?" ucapku, tersenyum simpul

"Jadi. Kamu ngusir aku?" ucap Safira, melirikku

"Iyalah" ucapku, tertawa

"Aku gak pulang. Aku mau nginep" ucap Safira, menatapku lekat

"Makasih atas informasinya" ucapku

"Iya" ucap Safira

Terpopuler

Comments

Pujiyanti Mirna

Pujiyanti Mirna

ceritanyaa menarik so ga bosenin bacanya, aku masih cicil baca hehe, like and fav aku untuk kamu😉

2021-05-10

2

Maliya Lia

Maliya Lia

ok Thor.. lanjuuttt

2021-05-07

1

IM Lebelan

IM Lebelan

asik

2021-04-03

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Part 1 - Tunjuk Satu Bintang
3 Part 2 - Bintang dilangit malam
4 Part 3 - Haknya
5 Part 4 - Kepercayaan
6 Part 5 - Dunia Penuh Tanya
7 Part 6 - Hati
8 Part 7 - Teorinya Sangat Berbeda
9 Part 8 - Setiap Orang Itu Punya Cerita
10 Part 9 - Tuduhan
11 Part 10 - Air Mata Itu
12 Part 11 - Berhak Dalam Bahagia
13 Part 12 - Penilai
14 Part 13 - Manusia Sangat Perasa
15 Part 14 - Hatilah Yang Berjatuhan
16 Part 15 - Apa Maksudnya Itu?
17 Part 16 - Cinta
18 Part 17 - Merendah Dan Mengalah
19 Part 18 - Dendam?
20 Part 19 - Penyesalan
21 Part 20 - Cahaya Dari Lilin Yang Berpijar
22 Part 21 - Kolam
23 Part 22 - Jawaban Dari Perasaan
24 Part 23 - Belajarlah
25 Part 24 - Arah
26 Part 25 - Perhatian
27 Part 26 - Kerelatifan
28 Part 27 - Terjebak Pada Kehidupan
29 Part 28 - Kenangan
30 Part 29 - Terluka Dipecundangi Dunia
31 Part 30 - Berkunjung
32 Part 31 - Penghubung Bumi Dan Langit Dikehadirannya
33 Part 32 - Jangan Lupa Bahagia
34 Part 33 - Membantu Diri Sendiri
35 Part 34 - Tetaplah Mencintai Dengan Seperti Biasanya
36 Part 35 - Bertanggungjawablah
37 Part 36 - Pendapat
38 Part 37 - Penulis
39 Part 38 - Diantara
40 Part 39 - Cerita Yang Indah Dan Bahagia
41 Part 40 - Tertawa Bukan Artinya Tidak Bersedih
42 Part 41 - Kebenaran
43 Part 42 - Bercanda
44 Part 43 - Terlihat Begitu Kuatnya
45 Part 44 - Keadaan
46 Part 45 - Membenci
47 Part 46 - Indahkah Semuanya Yang Terlihat Berkilau?
48 Part 47 - Kesedihan
49 Part 48 - Takut Dan Berani
50 Part 49 - Pengaturan
51 Part 50 - Keajaiban
52 Part 51 - Kegelapan
53 Part 52 - Khawatir Yang Berlebihan
54 Part 53 - Mereka
55 Part 54 - Kesalahan
56 Part 55 - Kisah Tanpa Judul
57 Part 56 - Kembali Seperti Biasanya
58 Part 57 - Kepedulian Bukan Perasaan Yang Sebenarnya
59 Part 58 - Pernyataan
60 Part 59 - Tentangku
61 Part 60 - Teruslah Ada Disampingnya
62 Part 61 - Mendua
63 Part 62 - Menyukai Itu Pilihan
64 Part 63 - Langit Harus Beragam
65 Part 64 - Hujan
66 Part 65 - Benarkah Manusia Itu Merasa Istimewa?
67 Part 66 - Terlalu Bahagia Itu Sangat Melelahkan
68 Part 67 - Keadaan Yang Memaksa
69 Part 68 - Kebahagiaan
70 Part 69 - Didunia Yang Sempurna
71 Part 70 - Kehidupan Suatu Pengulangan
72 Part 71 - Pertemuan Mencerminkan Perpisahan
73 Part 72 - Menghilang Dan Berkesan Itu Keahlian
74 Part 73 - Hitam Dan Putih Itu Warna?
75 Part 74 - Mencintai Itu Secukupnya
76 Part 75 - Sebab Dan Akibat
77 Epilog
78 Pengumuman
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
Part 1 - Tunjuk Satu Bintang
3
Part 2 - Bintang dilangit malam
4
Part 3 - Haknya
5
Part 4 - Kepercayaan
6
Part 5 - Dunia Penuh Tanya
7
Part 6 - Hati
8
Part 7 - Teorinya Sangat Berbeda
9
Part 8 - Setiap Orang Itu Punya Cerita
10
Part 9 - Tuduhan
11
Part 10 - Air Mata Itu
12
Part 11 - Berhak Dalam Bahagia
13
Part 12 - Penilai
14
Part 13 - Manusia Sangat Perasa
15
Part 14 - Hatilah Yang Berjatuhan
16
Part 15 - Apa Maksudnya Itu?
17
Part 16 - Cinta
18
Part 17 - Merendah Dan Mengalah
19
Part 18 - Dendam?
20
Part 19 - Penyesalan
21
Part 20 - Cahaya Dari Lilin Yang Berpijar
22
Part 21 - Kolam
23
Part 22 - Jawaban Dari Perasaan
24
Part 23 - Belajarlah
25
Part 24 - Arah
26
Part 25 - Perhatian
27
Part 26 - Kerelatifan
28
Part 27 - Terjebak Pada Kehidupan
29
Part 28 - Kenangan
30
Part 29 - Terluka Dipecundangi Dunia
31
Part 30 - Berkunjung
32
Part 31 - Penghubung Bumi Dan Langit Dikehadirannya
33
Part 32 - Jangan Lupa Bahagia
34
Part 33 - Membantu Diri Sendiri
35
Part 34 - Tetaplah Mencintai Dengan Seperti Biasanya
36
Part 35 - Bertanggungjawablah
37
Part 36 - Pendapat
38
Part 37 - Penulis
39
Part 38 - Diantara
40
Part 39 - Cerita Yang Indah Dan Bahagia
41
Part 40 - Tertawa Bukan Artinya Tidak Bersedih
42
Part 41 - Kebenaran
43
Part 42 - Bercanda
44
Part 43 - Terlihat Begitu Kuatnya
45
Part 44 - Keadaan
46
Part 45 - Membenci
47
Part 46 - Indahkah Semuanya Yang Terlihat Berkilau?
48
Part 47 - Kesedihan
49
Part 48 - Takut Dan Berani
50
Part 49 - Pengaturan
51
Part 50 - Keajaiban
52
Part 51 - Kegelapan
53
Part 52 - Khawatir Yang Berlebihan
54
Part 53 - Mereka
55
Part 54 - Kesalahan
56
Part 55 - Kisah Tanpa Judul
57
Part 56 - Kembali Seperti Biasanya
58
Part 57 - Kepedulian Bukan Perasaan Yang Sebenarnya
59
Part 58 - Pernyataan
60
Part 59 - Tentangku
61
Part 60 - Teruslah Ada Disampingnya
62
Part 61 - Mendua
63
Part 62 - Menyukai Itu Pilihan
64
Part 63 - Langit Harus Beragam
65
Part 64 - Hujan
66
Part 65 - Benarkah Manusia Itu Merasa Istimewa?
67
Part 66 - Terlalu Bahagia Itu Sangat Melelahkan
68
Part 67 - Keadaan Yang Memaksa
69
Part 68 - Kebahagiaan
70
Part 69 - Didunia Yang Sempurna
71
Part 70 - Kehidupan Suatu Pengulangan
72
Part 71 - Pertemuan Mencerminkan Perpisahan
73
Part 72 - Menghilang Dan Berkesan Itu Keahlian
74
Part 73 - Hitam Dan Putih Itu Warna?
75
Part 74 - Mencintai Itu Secukupnya
76
Part 75 - Sebab Dan Akibat
77
Epilog
78
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!