Part 13 - Manusia Sangat Perasa

"Nik"

Aku masih terdiam, sembari membaca buku,

Tanaya mengambil bukuku, "Nik tahu gak? Faisal masih tetep ngajak terus, padahal aku selalu nolak ajakan dia, sampai capek aku nolak ajakannya"

"Kembaliin itu bukuku" ucapku

"Makanya aku didengerin" ucap Tanaya

"Males" ucapku

Tanaya bercerita kepadaku. Faisal itu seakan ingin merebutnya dariku, padahal kamipun juga tidak mempunyai suatu hubungan yang lebih selain pertemanan, tapi, dia itu menceritakannya seakan aku harus menjaga serta mempertahankannya, dan memang aku siapanya, bahkan dia sampai memberikanku handphonenya agar aku yang menanggapi pesan dari orang itu. Tanaya itu mempunyai dua handphone. Kulihat semua pesan masuk yang ada dihandphonenya, kebanyakan yang mengiriminya pesan itu adalah laki - laki, dan mereka itu kebanyakan mengajaknya berkenalan, entahlah mereka itu mendapatkan kontaknya darimana, perempuan cantik memang seakan dipermudah hidupnya dalam hal apapun, terutama dalam percintaan yang seharusnya mudah untuknya menarik perhatian.

Perempuan yang cantik itu biasanya sulit didapatkan hatinya, tapi, disaat kalian sudah mendapatkan hatinya mereka akan susah berpaling, dan mereka sampai melakukan apapun dalam berkorban, lalu, kesempatan itulah yang seringkali dimanfaatkan oleh laki - laki untuk keuntungan pribadinya sendiri. Setelah dia bercerita. Aku melihatnya berjalan kearahku membawa perlengkapan dari permainan yang dimana kita bisa membeli suatu negara, dan membangun rumah ataupun hotel dinegara tersebut, lalu, kalian bisa masuk penjara kalau mendapatkan enam angka dadu sejumlah tiga kali, permainan itu ditemukan olehnya dilaci lemarinya, setelahnya kami berdua seringkali memainkannya.

"Tanaya" ucapku

Aku mengocok dadu, "Mending kita taruhan"

"Taruhan?" ucap Tanaya

Aku menahan tertawa saat menjelaskan, "Kalau aku menang, kamu harus nikah sama aku nantinya"

"Terus. Kalau aku kalah?" ucap Tanaya, menatapku dengan lekatnya

"Aku harus nikah sama kamu nantinya" ucapku

Tanaya memalingkan wajahnya, "Pantesan banyak cewek yang dikecewain. Kamu ngasih mereka semua harapan"

"Bercanda" ucapku

"Harusnya cewek tertentu yang denger bercandanya" ucap Tanaya, melirikku

"Maaf" ucapku

...*********...

Diperjalanan. Aku menolong seorang perempuan yang terjatuh dipinggir jalan, dan wajahnya begitu pucat, kemudian aku duduk menemaninya sampai orangtuanya itu datang, kemudian, orangtuanya itu berterimakasih kepadaku sudah menolong anaknya, lalu, mengantarkan anaknya itu kerumah sakit, padahal aku hanya membantu anaknya itu bangkit dari jatuhnya. Setelahnya kulanjutkan perjalanan. Dikampus aku harus menaiki tangga, karena mahasiswa itu memang tidak boleh menggunakan lift, awalnya, mahasiswa diharuskan memprioritaskan ibu hamil, lansia serta difabel, sekarang dipasang larangan bagi mahasiswa didinding yang berada didekat lift, dan kenyataannya masih banyak mahasiswa yang menggunakan lift tanpa merasa bersalah, sedangkan aku sudah tidak menggunakan lift semenjak disindir secara halus oleh dosenku, kemudian temanku yang berjalan dengannya mendengar aku dibilang tidak mempunyai otak.

Begitulah singkat ceritanya,

Makanya. Setiap kali aku melihat lift didepanku, aku langsung teringat bahwa diriku tidak mempunyai otak, dan itulah yang seakan menjadi pengingat agar aku menggunakan tangga dikampus, walaupun aku terkadang sesekali menggunakan lift disaat tidak ada orang. Aku melewati koridor yang cukup panjang, kemudian menemukan kelasku yang didepannya terdapat bangku berwarna biru, dan aku membuka pintu, kemudian, menjabat tangan dosenku lalu berjalan menuju kursi dibarisan kedua seperti biasanya, aku duduk memperhatikan papan tulisku yang sudah dipenuhi oleh berbagai macam rumus disana.

"Telat aja terus" ucap Adrian

"Baru sekali telat. Tidak ada kata terlambat dalam menuntut ilmu" ucapku, mengarahkan telunjuk keatas

Aku meletakkan tasku, "Tadi. Nyasar aku dijalan"

"Dimana?" ucap Adrian

Aku mengeluarkan buku serta bolpoinku, sembari menahan tersenyum, "Dijalan namanya kehidupan"

"Kirain beneran nyasar" ucap Adrian

"Enggaklah" ucapku

Setelah perkuliahan selesai. Aku dan Adrian duduk santai dibangku yang ada didepan kelas, sembari mengamati adik tingkat yang lewat, kemudian temanku itu menunjuk setiap perempuan yang menurutnya cantik, bagiku, memperlakukan perempuan seperti itu seakan menyamakannya dengan piala bergilir yang akan diperebutkan. Tapi. Jurusanku itu memang gudangnya perempuan cantik, padahal kotanya sudah terkenal dengan kembangnya, dan rasanya, seakan mereka semua itu dikumpulkan kedalam jurusanku, wajarlah, ada banyak orang yang mempunyai suatu hubungan karena seringnya bertemu dikampus, bagiku, malahan aku semakin terbiasa melihat kecantikan seorang perempuan.

Memang ada banyak perempuan cantik, dan mereka itu mempunyai pesonanya serta karakternya tersendiri, kalau terus melihat kecantikan dari seorang perempuan itu tidak akan pernah berakhir, jadi, seharusnya kalian tidak membandingkannya karena dari awal memanglah sudah berbeda. Mengertilah. Aku duduk tenang sembari membaca buku dikursi panjang, dan belakangnya tepat jendela, aku seringkali berada dilantai tiga kampusku hanya untuk berdiam diri ataupun melakukan hal yang lainnya, suasana dilantai tiga itu sangat mendukung bagiku karena jarang dilewati oleh kebanyakan orang, sekaligus aku bisa melihat pemandangan jalanan yang ada dibawah kampusku dijendela.

"Nik"

"Kamu sendirian terus" ucap Tanaya

Tanaya lalu tersenyum, "Kita diomongin sama banyak orang"

Aku menoleh kearahnya,

Tanaya langsung duduk, kemudian melirik bukuku "Kayaknya. Apapun yang aku lakuin gak pernah bener dimata semua orang. Ngeselin"

"Semua jadi gosip. Kita dibilang pacaran" ucap Tanaya

"Kamu denger gak?" ucap Tanaya

"Denger" ucapku

Kembali dia tersenyum. Aku yang sedang membaca buku tentang potongan kehidupan sulit mendalaminya, karena suaranya itu mengacaukan ketenanganku dalam membaca, dan juga, dia melihatku terus menerus yang membuatku ingin menepuk pipinya dengan pelan, kemudian mengarahkan wajahnya kearah yang lainnya selain diriku. Terlihat dia bosan. Aku menutup bukuku lalu meletakkannya disampingku, kemudian aku menepuk pahanya yang membuatnya sedikit terkejut, dan tersenyum aku dibuatnya, kulihat pupil dimatanya itu membesar yang menandakan, bahwa aku seperti pahlawan yang menyelamatkannya dari keheningan suasana, kemudian dia mengubah posisi duduknya agar condong kearahku. Antusias.

Benarkah?

Terkadang kita hanya ingin didengarkan,

Mungkin itu benar.

Iya.

Padahal aku tidak begitu tertarik sekalipun dengan topik pembicaraan itu, tapi, rasanya dia ingin mengetahui bagaimana tanggapanku mengenai gosip yang beredar tersebut, sedangkan akupun juga sama dengannya ingin mengetahui bagaimana tanggapannya. Setiap kali melihatnya, dan setiap kali mendengarnya. Tanaya selalu membuatku lupa segalanya tentang hidupku, walaupun itu hanya bekerja dalam waktu yang sebentar, terkadang, aku penasaran tentang bagaimana perasaanku kepadanya dan mungkinkah aku mempunyai perasaan yang lebih kepadanya, atau, malahan hanya sekedar aku yang dipenuhi oleh perasaan bersalah terhadapnya selama ini, rasanya aku ingin menjaga serta melindunginya.

Entahlah.

...Manusia tidak akan bisa mengendalikan perasaannya. Manusia hanya akan bisa menahan perasaannya...

"Siapa yang bilang?" ucapku

Tanaya menatapku lekat, "Apanya? Orang yang bilang kita pacaran?"

Aku mengangguk pelan,

"Banyak" ucap Tanaya, tersenyum simpul

Aku beranjak dari tempat dudukku, sembari menahan tawaku, "Yaudah. Marilah kita akhiri obrolan ini"

"Kebiasaan" ucap Tanaya

"Enggak. Bercanda" ucapku, tertawa melihatnya kecewa

"Lucu" ucap Tanaya

Terpopuler

Comments

Nami😴

Nami😴

sepi amat komen aje

2021-04-29

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Part 1 - Tunjuk Satu Bintang
3 Part 2 - Bintang dilangit malam
4 Part 3 - Haknya
5 Part 4 - Kepercayaan
6 Part 5 - Dunia Penuh Tanya
7 Part 6 - Hati
8 Part 7 - Teorinya Sangat Berbeda
9 Part 8 - Setiap Orang Itu Punya Cerita
10 Part 9 - Tuduhan
11 Part 10 - Air Mata Itu
12 Part 11 - Berhak Dalam Bahagia
13 Part 12 - Penilai
14 Part 13 - Manusia Sangat Perasa
15 Part 14 - Hatilah Yang Berjatuhan
16 Part 15 - Apa Maksudnya Itu?
17 Part 16 - Cinta
18 Part 17 - Merendah Dan Mengalah
19 Part 18 - Dendam?
20 Part 19 - Penyesalan
21 Part 20 - Cahaya Dari Lilin Yang Berpijar
22 Part 21 - Kolam
23 Part 22 - Jawaban Dari Perasaan
24 Part 23 - Belajarlah
25 Part 24 - Arah
26 Part 25 - Perhatian
27 Part 26 - Kerelatifan
28 Part 27 - Terjebak Pada Kehidupan
29 Part 28 - Kenangan
30 Part 29 - Terluka Dipecundangi Dunia
31 Part 30 - Berkunjung
32 Part 31 - Penghubung Bumi Dan Langit Dikehadirannya
33 Part 32 - Jangan Lupa Bahagia
34 Part 33 - Membantu Diri Sendiri
35 Part 34 - Tetaplah Mencintai Dengan Seperti Biasanya
36 Part 35 - Bertanggungjawablah
37 Part 36 - Pendapat
38 Part 37 - Penulis
39 Part 38 - Diantara
40 Part 39 - Cerita Yang Indah Dan Bahagia
41 Part 40 - Tertawa Bukan Artinya Tidak Bersedih
42 Part 41 - Kebenaran
43 Part 42 - Bercanda
44 Part 43 - Terlihat Begitu Kuatnya
45 Part 44 - Keadaan
46 Part 45 - Membenci
47 Part 46 - Indahkah Semuanya Yang Terlihat Berkilau?
48 Part 47 - Kesedihan
49 Part 48 - Takut Dan Berani
50 Part 49 - Pengaturan
51 Part 50 - Keajaiban
52 Part 51 - Kegelapan
53 Part 52 - Khawatir Yang Berlebihan
54 Part 53 - Mereka
55 Part 54 - Kesalahan
56 Part 55 - Kisah Tanpa Judul
57 Part 56 - Kembali Seperti Biasanya
58 Part 57 - Kepedulian Bukan Perasaan Yang Sebenarnya
59 Part 58 - Pernyataan
60 Part 59 - Tentangku
61 Part 60 - Teruslah Ada Disampingnya
62 Part 61 - Mendua
63 Part 62 - Menyukai Itu Pilihan
64 Part 63 - Langit Harus Beragam
65 Part 64 - Hujan
66 Part 65 - Benarkah Manusia Itu Merasa Istimewa?
67 Part 66 - Terlalu Bahagia Itu Sangat Melelahkan
68 Part 67 - Keadaan Yang Memaksa
69 Part 68 - Kebahagiaan
70 Part 69 - Didunia Yang Sempurna
71 Part 70 - Kehidupan Suatu Pengulangan
72 Part 71 - Pertemuan Mencerminkan Perpisahan
73 Part 72 - Menghilang Dan Berkesan Itu Keahlian
74 Part 73 - Hitam Dan Putih Itu Warna?
75 Part 74 - Mencintai Itu Secukupnya
76 Part 75 - Sebab Dan Akibat
77 Epilog
78 Pengumuman
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
Part 1 - Tunjuk Satu Bintang
3
Part 2 - Bintang dilangit malam
4
Part 3 - Haknya
5
Part 4 - Kepercayaan
6
Part 5 - Dunia Penuh Tanya
7
Part 6 - Hati
8
Part 7 - Teorinya Sangat Berbeda
9
Part 8 - Setiap Orang Itu Punya Cerita
10
Part 9 - Tuduhan
11
Part 10 - Air Mata Itu
12
Part 11 - Berhak Dalam Bahagia
13
Part 12 - Penilai
14
Part 13 - Manusia Sangat Perasa
15
Part 14 - Hatilah Yang Berjatuhan
16
Part 15 - Apa Maksudnya Itu?
17
Part 16 - Cinta
18
Part 17 - Merendah Dan Mengalah
19
Part 18 - Dendam?
20
Part 19 - Penyesalan
21
Part 20 - Cahaya Dari Lilin Yang Berpijar
22
Part 21 - Kolam
23
Part 22 - Jawaban Dari Perasaan
24
Part 23 - Belajarlah
25
Part 24 - Arah
26
Part 25 - Perhatian
27
Part 26 - Kerelatifan
28
Part 27 - Terjebak Pada Kehidupan
29
Part 28 - Kenangan
30
Part 29 - Terluka Dipecundangi Dunia
31
Part 30 - Berkunjung
32
Part 31 - Penghubung Bumi Dan Langit Dikehadirannya
33
Part 32 - Jangan Lupa Bahagia
34
Part 33 - Membantu Diri Sendiri
35
Part 34 - Tetaplah Mencintai Dengan Seperti Biasanya
36
Part 35 - Bertanggungjawablah
37
Part 36 - Pendapat
38
Part 37 - Penulis
39
Part 38 - Diantara
40
Part 39 - Cerita Yang Indah Dan Bahagia
41
Part 40 - Tertawa Bukan Artinya Tidak Bersedih
42
Part 41 - Kebenaran
43
Part 42 - Bercanda
44
Part 43 - Terlihat Begitu Kuatnya
45
Part 44 - Keadaan
46
Part 45 - Membenci
47
Part 46 - Indahkah Semuanya Yang Terlihat Berkilau?
48
Part 47 - Kesedihan
49
Part 48 - Takut Dan Berani
50
Part 49 - Pengaturan
51
Part 50 - Keajaiban
52
Part 51 - Kegelapan
53
Part 52 - Khawatir Yang Berlebihan
54
Part 53 - Mereka
55
Part 54 - Kesalahan
56
Part 55 - Kisah Tanpa Judul
57
Part 56 - Kembali Seperti Biasanya
58
Part 57 - Kepedulian Bukan Perasaan Yang Sebenarnya
59
Part 58 - Pernyataan
60
Part 59 - Tentangku
61
Part 60 - Teruslah Ada Disampingnya
62
Part 61 - Mendua
63
Part 62 - Menyukai Itu Pilihan
64
Part 63 - Langit Harus Beragam
65
Part 64 - Hujan
66
Part 65 - Benarkah Manusia Itu Merasa Istimewa?
67
Part 66 - Terlalu Bahagia Itu Sangat Melelahkan
68
Part 67 - Keadaan Yang Memaksa
69
Part 68 - Kebahagiaan
70
Part 69 - Didunia Yang Sempurna
71
Part 70 - Kehidupan Suatu Pengulangan
72
Part 71 - Pertemuan Mencerminkan Perpisahan
73
Part 72 - Menghilang Dan Berkesan Itu Keahlian
74
Part 73 - Hitam Dan Putih Itu Warna?
75
Part 74 - Mencintai Itu Secukupnya
76
Part 75 - Sebab Dan Akibat
77
Epilog
78
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!