Part 1 - Tunjuk Satu Bintang

^^^Kiaracondong,^^^

^^^Bandung, Jawa Barat^^^

Aku menuruni gerbong.

Aku berjalan kearah jalan keluar, dan mencari angkutan mana yang menuju daerah kosanku, kemudian aku duduk tenang dalam angkutan, sembari melihat pemandangan kota yang tidak berubah seperti pertama kali aku menginjakkan kakiku. Waktu berjalan cepat. Pertemuan yang tersisa serta ujian akhir semester empat itu berada ditengah liburan, padahal seharusnya aku bisa saja mendapatkan liburan sekitar dua bulan lebih, tapi, karena bertepatan dengan adanya bulan puasa itu membuat liburannya terpotong. Aku mendorong sedikit gerbang kosanku, kemudian aku mengeluarkan kunci sembari berjalan menuju kamarku, dan hal pertama yang aku lakukan adalah menghidupkan lampu dengan susah payah, karena aku tidak bisa melihat apapun selain kegelapan yang ada dikamarku, lalu aku langsung membersihkan kamarku setelah melepas sepatuku.

Manusia tidak berjiwa. Sejak aku kecil, tidak ada satupun hal dalam kehidupan yang membuatku tertarik sepenuh hatiku, dan hanya, seorang perempuan yang sempat membuatku percaya akan indahnya dunia, tapi, disaat aku mempunyai harapan dia malah pergi meninggalkanku. Semua tinggal kenangan. Aku melihat pemandangan kota yang indah saat malam harinya dibalkon lantai paling atas, padahal kamarku terletak dilantai yang paling bawah, dan entahlah, semenjak kepergiannya aku seringkali menyempatkan diriku melihat langit malam yang dipenuhi bintang, kemudian aku pasti akan teringat saat dia menunjuk satu bintang yang paling terang, tapi, bintang itu menyendiri dengan letaknya yang cukup jauh.

"Nik" ucap Vanila

Vanila menyentuh pipiku dengan jari telunjuknya, "Sekarang kamu tunjuk satu bintang"

Terdiam aku dibuatnya,

Aku langsung saja menggenggam jarinya yang menyentuh pipiku, setelah itu menatapnya lekat, "Harus banget gitu"

"Harus" ucap Vanila

"Iya" ucapku

Awalnya jariku menunjuk kearah langit, kemudian aku mengarahkannya pelan kewajahnya yang cantik itu, dan reaksinya hanya tersenyum, lalu pipiku malah dicubit olehnya cukup keras, tapi, setelahnya dia memeluk lenganku sangat erat sampai aku tidak bisa menggerakkannya. Kenangan itu menghantuiku. Semenjak aku menuruni gerbong, aku berharap memulai hidup dan cerita yang baru nantinya, tapi, walaupun begitu aku memang selalu terbayang kecantikan dirinya, dan suara lembutnya itu seringkali terngiang dalam kepalaku. Aku hanya terdiam. Ternyata hidup itu tidak seindah waktu aku mendengarnya bernyanyi, dan juga, tidak semua langit malam itu dipenuhi oleh bintang, kemudian tidak akan pernah ada pelangi setelah hujan dimalam harinya.

...*********...

Aku membuka pintu,

Kulihat. Tidak ada seorangpun selain diriku sendiri, kemudian aku berjalan menuju kursi dibarisan yang paliing belakang, dan memutar kursinya menghadap kearah jendela, lalu aku duduk menopang daguku sembari menatap langit yang sedikit gelap. Sekitar dua tahun sudah berlalu. Perempuan cantik yang senyumannya itu menusuk jiwaku, dan tatapan matanya yang teduh membuatku terpaku melihatnya, tiba - tiba aku mendengar suara pintu terbuka yang membuatku langsung membalikkan badanku, lamunanku itu pun menghilang bersamaan dengan itu, kemudian aku beranjak dari tempat duduk lalu berjalan menuju kursi yang biasanya kududuki selama perkuliahan yang berada dibarisan tengah. Aku tidak suka duduk dibarisan depan dan belakang, karena aku lebih suka melihat suatu hal dengan seimbang antara baik serta buruknya, bagiku, tidak ada suatu hal yang sepenuhnya benar ataupun salah dalam kehidupan, jadi berada ditengah adalah posisi yang tepat bagiku.

Aku tidur dengan kedua tanganku sebagai alasnya,

Pikiranku langsung melayang,

Tinggi.

Tidak berapa lama, aku terbangun dari tidurku setelah lenganku ditepuk oleh temanku, kemudian aku mengeluarkan buku serta bolpoin, padahal semua temanku itu menggunakan binder untuk menulis sesuatu, bagiku, menulis dibuku itu lebih nyaman daripada binder, karena aku tidak akan kesusahan saat menulis pada bagian ujung kertas. Terdiam aku mendengarkan. Selama perkuliahan berlangsung aku menopang pipiku dengan tangan kiriku, sedangkan tangan kananku memainkan bolpoin diatas kertas yang penutupnya sengaja tidak kulepas, dan begitulah kegiatanku dikelas, aku tidak mempunyai suatu alasan untuk tertarik dalam hal apapun dikehidupan, bahkan aku sudah tidak bisa merasakan apapun dalam hatiku. Semuanya itu kosong.

Perkuliahanku sudah berakhir. Disaat aku sedang berjalan pulang, ditrotoar aku bertemu dengan temanku yang bersama dengan seorang perempuan disampingnya, sampai pada akhirnya kita bertiga berada dikosan perempuan itu, padahal aku dan mereka itu berbeda kampus serta jurusan, kemudian temanku itu mengangkat panggilan dihandphonenya saat berada didalam kamar lalu pergi meninggalkanku. Hanya kita berdua. Aku mengamati kamarnya yang semuanya itu tersusun dengan rapi dan wangi, kemudian aku melihat bunga mawar, cokelat serta potongan kertas dimeja belajarnya yang menarik perhatianku, wajar, perempuan secantik dirinya itu pasti mempunyai banyak penggemar, tapi, dia juga pasti mempunyai banyak pembenci dalam hidupnya.

"Aku, Safira" ucapnya

"Niko" ucapku, menjabat tangannya

Aku menahan tersenyum, "Kamu itu pacarnya?"

Dia cukup terkejut,

"Bukan. Kita cuman temen sekelas yang satu kelompok" ucap Safira, memalingkan wajahnya

"Kirain" ucapku

"Udah. Temenin aku disini" ucap Safira, sembari menepuk kasur disampingnya seakan menggodaku

"Iya" ucapku

Aku mengikuti permintaannya. Aku langsung duduk tepat disampingnya, dan Safira tersenyum manis, kemudian aku mengingat saat masa awal perkuliahan, aku yang berasal dari kota yang kecil melihat secara langsung perempuan dikota besar yang merokok dengan santainya, membawa seorang laki - laki masuk kekamarnya, pergi kediskotik bersama dengan temannya, serta masih banyak lagi yang tidak ingin aku tuliskan disini, semua itu adalah pemandangan yang tidak biasa bagiku. Entahlah. Aku tidak mengerti, kenapa orang kota mengatakan kampungan untuk orang yang tidak mempunyai tata krama, padahal justru orang dari kampunglah yang mempunyai tata krama dibandingkan mereka, tapi, ada satu hal yang aku sukai dari orang kota yaitu keterbukaan dan kebebasan berekspresi mereka yang begitu adanya dan itu jarang ditemukan saat kalian berada disuatu kota yang kecil atau desa yang menjunjung tinggi adat istiadat.

Safira menatapku lekat, lalu beranjak dari tempatnya. Dia berjalan keluar dari kamarnya, dan aku mengambil novel yang ada dimeja belajarnya, beberapa saat kemudian dia kembali dengan membawa dua cokelat hangat ditangannya lalu meletakkannya dimeja kecil didepanku. Setelah lama menunggu. Akhirnya temanku datang, rasanya aku mulai paham dengan semua yang terjadi, dan aku menyimpulkan bahwa temanku itu tidak ingin bersama Safira dikamarnya, karena aku mengenal pacar temanku itu yang terlalu cemburuan terhadap siapapun, apalagi dengan Safira yang merupakan perempuan yang mempunyai paras cantik. Aku hanya terdiam sembari membaca novel. Mereka terlihat serius mengerjakan tugas, kemudian aku menutup dan meletakkan novel yang aku baca dimeja belajar, lalu aku ikut membaca soal dari tugas mereka yang tidak kupahami, karena aku memang tidak diajarkan materi pengantar dan lain sebagainya yang mereka pelajari dijurusannya.

Safira tertidur pulas. Ditengah aku membuat kerangka presentasi, aku mengambil selimut yang terlipat rapi disamping bantalnya, sembari memindahkan tangannya yang tertekan oleh tubuhnya sendiri, setelahnya aku menyelimutinya dari pundak sampai kakinya. Temanku hanya terdiam. Aku melanjutkan kembali dalam mengerjakan kerangka presentasi tersebut, dan aku hanya menurutinya, karena aku tidak paham bagian mana yang ingin dimasukkannya kedalam presentasi, sampai akhirnya kita selesai mengerjakan tugas itu lalu menyimpannya keflashdisk, kemudian aku bersama temanku menutup pintu kamar dengan pelannya, agar perempuan itu tidak terbangun dari tidur nyenyaknya. Aku menutup gerbang kosannya dengan rapat.

"Maaf" ucap Ferdi

Aku menahan tersenyum, "Gakpapa. Safira itu cantik"

Ferdi tertawa pelan,

"Safira emang cantik. Tapi. Kamu masih belum ngerti dia kayak gimana aslinya" ucap Ferdi, merangkul pundakku

"Maksudnya?" ucapku, menoleh kearahnya

"Kamu udah makan? Aku yang bayar" ucap Ferdi, seakan mengalihkan perhatian

"Aku ngikut aja" ucapku

"Oke" ucap Ferdi

Terpopuler

Comments

DHANIR K

DHANIR K

gimana mo ada pelangi kalo malam, coba..
kan gelap....

2021-11-05

2

Sekar Rasi Karimah

Sekar Rasi Karimah

Kebanyakan Prolog

2021-07-10

1

Ivi

Ivi

👍

2021-04-20

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Part 1 - Tunjuk Satu Bintang
3 Part 2 - Bintang dilangit malam
4 Part 3 - Haknya
5 Part 4 - Kepercayaan
6 Part 5 - Dunia Penuh Tanya
7 Part 6 - Hati
8 Part 7 - Teorinya Sangat Berbeda
9 Part 8 - Setiap Orang Itu Punya Cerita
10 Part 9 - Tuduhan
11 Part 10 - Air Mata Itu
12 Part 11 - Berhak Dalam Bahagia
13 Part 12 - Penilai
14 Part 13 - Manusia Sangat Perasa
15 Part 14 - Hatilah Yang Berjatuhan
16 Part 15 - Apa Maksudnya Itu?
17 Part 16 - Cinta
18 Part 17 - Merendah Dan Mengalah
19 Part 18 - Dendam?
20 Part 19 - Penyesalan
21 Part 20 - Cahaya Dari Lilin Yang Berpijar
22 Part 21 - Kolam
23 Part 22 - Jawaban Dari Perasaan
24 Part 23 - Belajarlah
25 Part 24 - Arah
26 Part 25 - Perhatian
27 Part 26 - Kerelatifan
28 Part 27 - Terjebak Pada Kehidupan
29 Part 28 - Kenangan
30 Part 29 - Terluka Dipecundangi Dunia
31 Part 30 - Berkunjung
32 Part 31 - Penghubung Bumi Dan Langit Dikehadirannya
33 Part 32 - Jangan Lupa Bahagia
34 Part 33 - Membantu Diri Sendiri
35 Part 34 - Tetaplah Mencintai Dengan Seperti Biasanya
36 Part 35 - Bertanggungjawablah
37 Part 36 - Pendapat
38 Part 37 - Penulis
39 Part 38 - Diantara
40 Part 39 - Cerita Yang Indah Dan Bahagia
41 Part 40 - Tertawa Bukan Artinya Tidak Bersedih
42 Part 41 - Kebenaran
43 Part 42 - Bercanda
44 Part 43 - Terlihat Begitu Kuatnya
45 Part 44 - Keadaan
46 Part 45 - Membenci
47 Part 46 - Indahkah Semuanya Yang Terlihat Berkilau?
48 Part 47 - Kesedihan
49 Part 48 - Takut Dan Berani
50 Part 49 - Pengaturan
51 Part 50 - Keajaiban
52 Part 51 - Kegelapan
53 Part 52 - Khawatir Yang Berlebihan
54 Part 53 - Mereka
55 Part 54 - Kesalahan
56 Part 55 - Kisah Tanpa Judul
57 Part 56 - Kembali Seperti Biasanya
58 Part 57 - Kepedulian Bukan Perasaan Yang Sebenarnya
59 Part 58 - Pernyataan
60 Part 59 - Tentangku
61 Part 60 - Teruslah Ada Disampingnya
62 Part 61 - Mendua
63 Part 62 - Menyukai Itu Pilihan
64 Part 63 - Langit Harus Beragam
65 Part 64 - Hujan
66 Part 65 - Benarkah Manusia Itu Merasa Istimewa?
67 Part 66 - Terlalu Bahagia Itu Sangat Melelahkan
68 Part 67 - Keadaan Yang Memaksa
69 Part 68 - Kebahagiaan
70 Part 69 - Didunia Yang Sempurna
71 Part 70 - Kehidupan Suatu Pengulangan
72 Part 71 - Pertemuan Mencerminkan Perpisahan
73 Part 72 - Menghilang Dan Berkesan Itu Keahlian
74 Part 73 - Hitam Dan Putih Itu Warna?
75 Part 74 - Mencintai Itu Secukupnya
76 Part 75 - Sebab Dan Akibat
77 Epilog
78 Pengumuman
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
Part 1 - Tunjuk Satu Bintang
3
Part 2 - Bintang dilangit malam
4
Part 3 - Haknya
5
Part 4 - Kepercayaan
6
Part 5 - Dunia Penuh Tanya
7
Part 6 - Hati
8
Part 7 - Teorinya Sangat Berbeda
9
Part 8 - Setiap Orang Itu Punya Cerita
10
Part 9 - Tuduhan
11
Part 10 - Air Mata Itu
12
Part 11 - Berhak Dalam Bahagia
13
Part 12 - Penilai
14
Part 13 - Manusia Sangat Perasa
15
Part 14 - Hatilah Yang Berjatuhan
16
Part 15 - Apa Maksudnya Itu?
17
Part 16 - Cinta
18
Part 17 - Merendah Dan Mengalah
19
Part 18 - Dendam?
20
Part 19 - Penyesalan
21
Part 20 - Cahaya Dari Lilin Yang Berpijar
22
Part 21 - Kolam
23
Part 22 - Jawaban Dari Perasaan
24
Part 23 - Belajarlah
25
Part 24 - Arah
26
Part 25 - Perhatian
27
Part 26 - Kerelatifan
28
Part 27 - Terjebak Pada Kehidupan
29
Part 28 - Kenangan
30
Part 29 - Terluka Dipecundangi Dunia
31
Part 30 - Berkunjung
32
Part 31 - Penghubung Bumi Dan Langit Dikehadirannya
33
Part 32 - Jangan Lupa Bahagia
34
Part 33 - Membantu Diri Sendiri
35
Part 34 - Tetaplah Mencintai Dengan Seperti Biasanya
36
Part 35 - Bertanggungjawablah
37
Part 36 - Pendapat
38
Part 37 - Penulis
39
Part 38 - Diantara
40
Part 39 - Cerita Yang Indah Dan Bahagia
41
Part 40 - Tertawa Bukan Artinya Tidak Bersedih
42
Part 41 - Kebenaran
43
Part 42 - Bercanda
44
Part 43 - Terlihat Begitu Kuatnya
45
Part 44 - Keadaan
46
Part 45 - Membenci
47
Part 46 - Indahkah Semuanya Yang Terlihat Berkilau?
48
Part 47 - Kesedihan
49
Part 48 - Takut Dan Berani
50
Part 49 - Pengaturan
51
Part 50 - Keajaiban
52
Part 51 - Kegelapan
53
Part 52 - Khawatir Yang Berlebihan
54
Part 53 - Mereka
55
Part 54 - Kesalahan
56
Part 55 - Kisah Tanpa Judul
57
Part 56 - Kembali Seperti Biasanya
58
Part 57 - Kepedulian Bukan Perasaan Yang Sebenarnya
59
Part 58 - Pernyataan
60
Part 59 - Tentangku
61
Part 60 - Teruslah Ada Disampingnya
62
Part 61 - Mendua
63
Part 62 - Menyukai Itu Pilihan
64
Part 63 - Langit Harus Beragam
65
Part 64 - Hujan
66
Part 65 - Benarkah Manusia Itu Merasa Istimewa?
67
Part 66 - Terlalu Bahagia Itu Sangat Melelahkan
68
Part 67 - Keadaan Yang Memaksa
69
Part 68 - Kebahagiaan
70
Part 69 - Didunia Yang Sempurna
71
Part 70 - Kehidupan Suatu Pengulangan
72
Part 71 - Pertemuan Mencerminkan Perpisahan
73
Part 72 - Menghilang Dan Berkesan Itu Keahlian
74
Part 73 - Hitam Dan Putih Itu Warna?
75
Part 74 - Mencintai Itu Secukupnya
76
Part 75 - Sebab Dan Akibat
77
Epilog
78
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!