Part 17 - Merendah Dan Mengalah

"Kalian itu mirip" ucap Adrian

Aku mencuci tanganku diwastafel, "Siapa?"

"Davina" ucap Adrian

Adrian bersandar ditembok, "Kalian mirip banget dari caranya mikir"

"Masa?" ucapku

"Terserah" ucap Adrian

Pendiam,

Sebenarnya. Aku tidak begitu pendiam dan justru orang yang memang dekat kepadaku malahan itu menganggapku terlalu berisik, aku hanya diam saat tidak ada lagi yang bisa menarik perhatianku, bahkan aku langsung begitu pendiam tanpa sepatah katapun terucap dariku. Terlebih. Aku hanya tidak ingin mengganggu orang lain yang sedang bercengkrama, dan bagiku, aku lebih menghindari untuk masuk kedalam suasana tersebut, karena aku hanya membawa suasana canggung saat berada ditengah mereka, aku mempersilahkan siapapun untuk berteman denganku, kemudian, aku juga mempersilahkan siapapun untuk pergi meninggalkan, kalau memang itu yang mereka inginkan.

Intinya,

Aku tidak begitu mempermasalahkan apapun yang terjadi dalam kehidupanku, terkadang, ada banyak orang yang menganggapku itu bukan seorang manusia, karena aku lebih banyak dalam bersikap dingin kepada orang lain, daripada bersikap hangat yang hanya disaat tertentu. Padahal. Aku malahan begitu memperhatikan suatu hal yang kecil dalam lingkungan, bahkan suatu hal yang mungkin tidak disangka orang lainnya, dan istilah lebih tepatnya itu akulah yang seorang pengamat, aku suka memperhatikan seseorang dalam hidupku, karena setiap orang itu pastinya mempunyai ceritanya tersendiri, walaupun orang itu mungkin sudah tidak mengenalku ataupun melupakanku.

"Pintar yang pemalas" ucap Tanaya

Tanaya menatapku lekat, "Kamu itu susah buat serius kebanyakan malah bercanda, tapi, semuanya bisa selesai"

"Heran" ucap Tanaya

"Aku itu bodoh. Makanya aku disekolahin biar pinter, kalau aku udah pinter ngapain juga sekolah" ucapku, tertawa kecil

"Ngapain serius banget? Konyollah. Dunia suka bercanda. Setiap orang itu pintar dijalannya tersendiri, pintar dan bodohnya orang itu hanya cepat atau lambatnya dalam memahami. Lagian. Emang semua orang pinter itu hidup bahagia? Enggaklah, aku berharap semua orang itu bisa menjalani kehidupannya dengan sepenuh hatinya. Bahagia. Hiduplah dari apa yang kamu cintai, maka, kamu akan mencintai kehidupan" ucapku, menatap kosong

"Tercerahkan" ucap Tanaya

"Kamu itu selalu punya cara yang unik disetiap keadaan, makanya, apapun yang kamu lakuin itu buat aku terkesan. Beneran. Kamu itu bisa menciptakan hal yang sederhana jadi bermakna" ucap Tanaya

"Banyak yang kupelajari" tambahnya

Tanaya menatapku lekat, "Jadikan setiap tempat itu sekolah, setiap orang itu guru, dan setiap waktu itu belajar"

"Bagus" ucapku

...Merendahlah dan mengalahlah kamu, sampai tidak ada satupun orang yang bisa merendahkanmu dan mengalahkanmu...

Menarik. Begitu indahkah semua kata yang kurangkai? Seindah itulah dimana aku dikecewakan oleh kehidupan, aku hanya bisa menuliskan semua keresahan yang ada didalam hatiku, dan bagiku, semua yang kutulis itu hanyalah kenyataan yang terjadi, waktu dimana aku yang tidak bisa melakukan apapun untuk mewujudkannya dengan sempurna. Tanaya melihat jendela. Berbagai kendaraan tetap menerjang hujan yang turun derasnya, kulihat, jarinya itu menyentuh kaca sembari mengikuti air yang mengalir turun, kemudian dia menatap kosong seakan memikirkan sesuatu dan juga, akupun hampir saja melakukan hal yang sama dengannya, aku mencoba dengan keras untuk mengabaikan apa yang kulihat serta kudengar dipemandangan itu. Tidaklah inginku terbuai dalam kehidupan.

"Kenapa?" ucapku

"Pengen banget pulang" ucap Tanaya

Aku tersenyum kecil, sembari melihat jendela, "Nantilah. Hujan masih deras. Bersabarlah"

"Bosen dikampus terus. Kamu gak bosen?" ucap Tanaya

"Enggak" ucapku

Tanaya langsung melihatku, "Masa? Kamu gak bosen? Padahal kamu itu seringnya dilobby sama dikelas, berarti kamu itu kayaknya bisa menciptakan sesuatu yang beda dikeadaan yang membosankan, atau, malahan udah nyaman"

"Jawab" ucap Tanaya

Aku sempat terdiam dan merenung,

"Setengahnya itu salah dan setengahnya itu bener. Aku gak selalu bisa menciptakan sesuatu yang beda dikeadaan yang berulang, dan juga, aku bukannya nyaman, tapi, lebih kayak pasrah. Kadang aku males buat apapun. Seringnya aku malesan" ucapku, tersenyum simpul

Aku terdiam dan merenung,

"Sama" ucap Tanaya

"Yaudah. Aku nyari lagi alesan biar gak sama. Bentar" ucapku

"Jangan. Biar kita sama" ucap Tanaya

Diluar,

Hujan turun deras.

Iya.

Disaat hujan sudah mulai reda kelihatannya, aku memberikan payungku kepada Tanaya, payungku itu ukurannya kecil dan lagipula akulah yang seharusnya menggunakannya, tapi, karena ada seorang perempuan yang berjalan disampingku maka terpaksa aku memprioritaskan dirinya. Begitulah. Aku dan Tanaya saat berada dikampus itu seakan tidak saling mengenal, bahkan disaat kita berdua berpapasan tidak ada yang menyapa sedikitpun, tapi, disaat kita berdua duduk bersama maka akan meruntuhkan semuanya itu, aku tidak mengerti dari tujuan dalam menyapa, karena, bagiku yang terpenting itu adalah bagaimana kita yang bisa saling memperhatikan ataupun memahami dalam artian yang sebenarnya.

Tanaya memutar payungku. Aku mengusap wajahku, lalu, aku menggoyangkan pohon yang ada didekatnya sebagai balas dendamku, tapi, dia memutar payungku kembali dan aku lupa payung itu masih dipegangnya, sampai aku harus mengusap wajahku lagi yang terkena air karena putaran dari payung. Dikosannya. Aku duduk tepat didepan kamarnya, dan menunggunya berganti pakaian itu cukuplah lama, bahkan aku sempat tertidur karena pintu kamarnya itu tidak kunjung terbuka, setelah menunggu beratus tahun lamanya dia keluar dari kamarnya serta pakaiannya tidak berganti, sebenarnya apa yang dia lakukan didalam kamarnya sampai aku harus menunggunya lama? Tanganku ditarik olehnya, kemudian pintu kamarnya itu ditutup rapat dan aku melihatnya tersenyum saat tangannya itu seakan ingin melepas pakaiannya keatas, lalu, dia tersenyum penuh artian kemudian mencubit kedua pipiku dengan gemasnya. Terkejut aku dibuatnya.

"Dasar semua cowok" ucap Tanaya

Tanaya menatapku lekat, "Kamu itu beda. Apa kamu gak suka cewek? Curiga aku jadinya. Masa cuman diem"

"Ditahan?" ucap Tanaya

...*********...

"Ini" ucap Tanaya

Aku menerima dan langsung membuka cokelatnya,

"Cokelat dari Faisal" ucap Tanaya

Aku berhenti memakannya, "Buat aku semua? Aku jadi kayak..."

"Habisin" ucap Tanaya

Tanaya menopang dagunya, kemudian menatap kosong, "Aku diajak nonton, terus aku dikenalin sama temen nongkrongnya, tapi, aku gak ada perasaan apapun sama dianya. Aku jahat gak? Menurutmu aku gimana?"

"Harusnya gak kuterima itu ajakannya" ucap Tanaya, bergumam

"Berarti kamu mulai ada perasaan" ucapku

"Enggaklah" ucap Tanaya

Aku melihat kearahnya, "Kamu nerima ajakannya itu pertanda"

"Bener" ucap Tanaya

Tanya menatapku lekat, "Kamu sebagai cowok ngelihat cewek itu kayak gimana? Aku pengen tahu"

"Penasaran" tambahnya

Aku menatap kedepan, sembari tersenyum simpul, "Mungkin. Cewek yang cantik wajahnya itu emang buat cowok menatap, tapi, cewek yang cantik hatinya itu justru buat cowok menetap"

"Jawabannya" ucap Tanaya, menepuk lenganku

Aku tidak bisa menahan tawaku,

"Bisaan" ucap Tanaya

Aku sulit memberikan jawaban yang pasti kepada orang lain, karena aku sendiripun juga dipenuhi oleh keraguan, dan kuperhatikan perempuan itu merenungi sekali apa yang kuucapkan, padahal aku hanya sekedar bercanda dengan pertanyaanku itu, tapi, matanya itu seakan melihat kedirinya yang terdalam. Hanya sementara waktu. Tanganku bergerak dengan sendirinya untuk merapikan rambut diwajahnya, kemudian aku menyelipkannya dibalik telinganya, dan Tanaya hanya menatapku, sembari tersenyum manis dengan apa yang kulakukan, setelahnya aku memalingkan wajahku darinya karena malu, terlebih suasana menjadi canggung sampai tidak ada diantara kita berdua yang mencairkannya, lalu, waktu seakan berjalan dengan lambatnya atau malah berhenti saat itu juga.

Setelahnya,

Tanaya mulai bercerita, sembari memetik gitarnya. Katanya dia merasa bersalah karena terus menolak ajakan, sampai pada akhirnya dia menerima ajakan dari Faisal untuk pertama kalinya, dan begitulah, aku harus mendengar cerita sehariannya bersama dengan laki - laki yang mengajaknya itu. Baguslah. Aku hanya ingin perempuan disampingku itu membangun lagi kepercayaannya terhadap seorang laki - laki, karena semenjak kejadian itu hatinya seakan tertutup dan sekarang mulai terbuka, walaupun aku sedikit terpikir bagaimana kalau dia tersakiti kembali nantinya, tapi, aku juga tidak ingin melihatnya yang menutup hatinya terus menerus, bahkan sampai orang lain tidak bisa mendekatinya sedikitpun.

Perlahan, tapi, pastilah,

Terbuka

Lagi.

"Nik" ucap Tanaya

Tanaya memberikan spidol yang permanen, "Tulis apapun digitarku biar jadi kenangan nantinya"

"Apapun yang bener" tambahnya

Selesai aku menulisnya,

Tanaya menoleh kearahku, sembari mengernyitkan dahinya,

"Aksara jawa, tapi, bahasa indonesia" ucapku

"Apa?" ucap Tanaya

"Cahaya" ucapku

Episodes
1 Prolog
2 Part 1 - Tunjuk Satu Bintang
3 Part 2 - Bintang dilangit malam
4 Part 3 - Haknya
5 Part 4 - Kepercayaan
6 Part 5 - Dunia Penuh Tanya
7 Part 6 - Hati
8 Part 7 - Teorinya Sangat Berbeda
9 Part 8 - Setiap Orang Itu Punya Cerita
10 Part 9 - Tuduhan
11 Part 10 - Air Mata Itu
12 Part 11 - Berhak Dalam Bahagia
13 Part 12 - Penilai
14 Part 13 - Manusia Sangat Perasa
15 Part 14 - Hatilah Yang Berjatuhan
16 Part 15 - Apa Maksudnya Itu?
17 Part 16 - Cinta
18 Part 17 - Merendah Dan Mengalah
19 Part 18 - Dendam?
20 Part 19 - Penyesalan
21 Part 20 - Cahaya Dari Lilin Yang Berpijar
22 Part 21 - Kolam
23 Part 22 - Jawaban Dari Perasaan
24 Part 23 - Belajarlah
25 Part 24 - Arah
26 Part 25 - Perhatian
27 Part 26 - Kerelatifan
28 Part 27 - Terjebak Pada Kehidupan
29 Part 28 - Kenangan
30 Part 29 - Terluka Dipecundangi Dunia
31 Part 30 - Berkunjung
32 Part 31 - Penghubung Bumi Dan Langit Dikehadirannya
33 Part 32 - Jangan Lupa Bahagia
34 Part 33 - Membantu Diri Sendiri
35 Part 34 - Tetaplah Mencintai Dengan Seperti Biasanya
36 Part 35 - Bertanggungjawablah
37 Part 36 - Pendapat
38 Part 37 - Penulis
39 Part 38 - Diantara
40 Part 39 - Cerita Yang Indah Dan Bahagia
41 Part 40 - Tertawa Bukan Artinya Tidak Bersedih
42 Part 41 - Kebenaran
43 Part 42 - Bercanda
44 Part 43 - Terlihat Begitu Kuatnya
45 Part 44 - Keadaan
46 Part 45 - Membenci
47 Part 46 - Indahkah Semuanya Yang Terlihat Berkilau?
48 Part 47 - Kesedihan
49 Part 48 - Takut Dan Berani
50 Part 49 - Pengaturan
51 Part 50 - Keajaiban
52 Part 51 - Kegelapan
53 Part 52 - Khawatir Yang Berlebihan
54 Part 53 - Mereka
55 Part 54 - Kesalahan
56 Part 55 - Kisah Tanpa Judul
57 Part 56 - Kembali Seperti Biasanya
58 Part 57 - Kepedulian Bukan Perasaan Yang Sebenarnya
59 Part 58 - Pernyataan
60 Part 59 - Tentangku
61 Part 60 - Teruslah Ada Disampingnya
62 Part 61 - Mendua
63 Part 62 - Menyukai Itu Pilihan
64 Part 63 - Langit Harus Beragam
65 Part 64 - Hujan
66 Part 65 - Benarkah Manusia Itu Merasa Istimewa?
67 Part 66 - Terlalu Bahagia Itu Sangat Melelahkan
68 Part 67 - Keadaan Yang Memaksa
69 Part 68 - Kebahagiaan
70 Part 69 - Didunia Yang Sempurna
71 Part 70 - Kehidupan Suatu Pengulangan
72 Part 71 - Pertemuan Mencerminkan Perpisahan
73 Part 72 - Menghilang Dan Berkesan Itu Keahlian
74 Part 73 - Hitam Dan Putih Itu Warna?
75 Part 74 - Mencintai Itu Secukupnya
76 Part 75 - Sebab Dan Akibat
77 Epilog
78 Pengumuman
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
Part 1 - Tunjuk Satu Bintang
3
Part 2 - Bintang dilangit malam
4
Part 3 - Haknya
5
Part 4 - Kepercayaan
6
Part 5 - Dunia Penuh Tanya
7
Part 6 - Hati
8
Part 7 - Teorinya Sangat Berbeda
9
Part 8 - Setiap Orang Itu Punya Cerita
10
Part 9 - Tuduhan
11
Part 10 - Air Mata Itu
12
Part 11 - Berhak Dalam Bahagia
13
Part 12 - Penilai
14
Part 13 - Manusia Sangat Perasa
15
Part 14 - Hatilah Yang Berjatuhan
16
Part 15 - Apa Maksudnya Itu?
17
Part 16 - Cinta
18
Part 17 - Merendah Dan Mengalah
19
Part 18 - Dendam?
20
Part 19 - Penyesalan
21
Part 20 - Cahaya Dari Lilin Yang Berpijar
22
Part 21 - Kolam
23
Part 22 - Jawaban Dari Perasaan
24
Part 23 - Belajarlah
25
Part 24 - Arah
26
Part 25 - Perhatian
27
Part 26 - Kerelatifan
28
Part 27 - Terjebak Pada Kehidupan
29
Part 28 - Kenangan
30
Part 29 - Terluka Dipecundangi Dunia
31
Part 30 - Berkunjung
32
Part 31 - Penghubung Bumi Dan Langit Dikehadirannya
33
Part 32 - Jangan Lupa Bahagia
34
Part 33 - Membantu Diri Sendiri
35
Part 34 - Tetaplah Mencintai Dengan Seperti Biasanya
36
Part 35 - Bertanggungjawablah
37
Part 36 - Pendapat
38
Part 37 - Penulis
39
Part 38 - Diantara
40
Part 39 - Cerita Yang Indah Dan Bahagia
41
Part 40 - Tertawa Bukan Artinya Tidak Bersedih
42
Part 41 - Kebenaran
43
Part 42 - Bercanda
44
Part 43 - Terlihat Begitu Kuatnya
45
Part 44 - Keadaan
46
Part 45 - Membenci
47
Part 46 - Indahkah Semuanya Yang Terlihat Berkilau?
48
Part 47 - Kesedihan
49
Part 48 - Takut Dan Berani
50
Part 49 - Pengaturan
51
Part 50 - Keajaiban
52
Part 51 - Kegelapan
53
Part 52 - Khawatir Yang Berlebihan
54
Part 53 - Mereka
55
Part 54 - Kesalahan
56
Part 55 - Kisah Tanpa Judul
57
Part 56 - Kembali Seperti Biasanya
58
Part 57 - Kepedulian Bukan Perasaan Yang Sebenarnya
59
Part 58 - Pernyataan
60
Part 59 - Tentangku
61
Part 60 - Teruslah Ada Disampingnya
62
Part 61 - Mendua
63
Part 62 - Menyukai Itu Pilihan
64
Part 63 - Langit Harus Beragam
65
Part 64 - Hujan
66
Part 65 - Benarkah Manusia Itu Merasa Istimewa?
67
Part 66 - Terlalu Bahagia Itu Sangat Melelahkan
68
Part 67 - Keadaan Yang Memaksa
69
Part 68 - Kebahagiaan
70
Part 69 - Didunia Yang Sempurna
71
Part 70 - Kehidupan Suatu Pengulangan
72
Part 71 - Pertemuan Mencerminkan Perpisahan
73
Part 72 - Menghilang Dan Berkesan Itu Keahlian
74
Part 73 - Hitam Dan Putih Itu Warna?
75
Part 74 - Mencintai Itu Secukupnya
76
Part 75 - Sebab Dan Akibat
77
Epilog
78
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!