Part 3 - Haknya

Aku mengajaknya kelantai paling atas kosanku, tempat yang memang seringkali aku kunjungi disepertiga malam, karena aku bisa melihat pemandangan kota dibalkon, kemudian disana juga terdapat kursi serta meja untuk bercengkrama dengan orang lain, tapi, selama ini aku tidak pernah memaksimalkan fungsinya tersebut. Malam ini berbeda. Safira berjalan mendekati tembok pembatas balkon, kemudian dia menopang dagunya sembari menatap jauh kedepan, sedangkan aku memilih duduk tidak jauh darinya, dan tidak berapa lama, aku memutuskan untuk melakukan hal yang sama dengannya, lalu, kita berdua terlarut dalam keindahan pemandangan kota dengan beberapa gedung tingginya itu.

Tunjuk satu bintang.

Setelahnya. Kita berdua lalu duduk bersebelahan, dan hanya ada keheningan, tidak ada satupun dari kita yang memulai suatu pembicaraan, kemudian aku melihat disudut matanya itu meneteskan air, tapi, dia langsung mengusapnya seakan berusaha keras menyembunyikannya. Aku mengalihkan pandanganku. Aku hanya tidak ingin dia mengetahui, kalau, sebenarnya aku sudah melihat air matanya itu, dan satu hal yang aku bisa lakukan hanyalah menghiburnya, ataupun, membuatnya lupa dengan kesedihannya itu, tapi, masalahnya aku belum mengenal lebih jauh tentangnya, kemudian aku hanya terdiam sampai air matanya itu mengering. Maafkan.

"Nik" ucap Safira

"Kamu tahu enggak?" ucap Safira

"Aku gak tahu apa - apa, dan aku gak mau tahu" ucapku, tertawa

Safira menyipitkan matanya,

"Yaudah. Aku gak jadi, padahal, aku udah serius" ucap Safira, menyenggol bahuku pelan

"Apa?" ucapku

"Lupakan" ucap Safira

"Mudah banget ngelupain" ucapku, tersenyum simpul

Safira melirik tajam, "Soalnya, terlalu sakit diinget, makanya, aku langsung ngelupain"

Aku hanya terdiam,

"Harusnya kamu ngebujuk" ucap Safira

"Males" ucapku

"Dasar" ucap Safira

Sengaja aku melakukannya. Aku tidak ingin dia berlarut dalam kesedihannya, hanya itulah yang bisa aku lakukan kepadanya, dan hanya karena aku tidak bisa membuatnya tersenyum atau tertawa, setidaknya, aku ingin dia melupakan kesedihannya walaupun hanya bertahan sebentar. Jangan pernah menangis. Safira itu menahan perasaannya, dan jadilah, seakan orang melihatnya itu pribadi yang kuat, padahal, apa yang sebenarnya terjadi pribadinya itu sangatlah rapuh, bahkan, aku bisa mengetahuinya dari pertama kali bertemu dengannya yang terlihat jelas dimatanya itu.

Semuanya itu kenyataan.

...Bohong memang haknya....

...Kewajibanku hanya bersandiwara tidak mengetahuinya...

Safira menepuk pahaku, kemudian dia beranjak dari tempatnya, dan begitulah, disetiap adanya pertemuan akan selalu menciptakan perpisahan nantinya, tidak peduli itu akan membutuhkan waktu yang lama ataupun cepat perpisahan tetap akan terjadi. Safira menuruni tangga. Aku mengantarkannya sampai didepan gerbang, kemudian seperti biasanya aku diperlihatkan oleh senyuman yang terlukis dibibirnya, dan setelah dipersimpangan jalan dia menghilang, kemudian aku berjalan menuju kamarku yang masih terkunci dengan rapat, sembari mengeluarkan kunci yang ada disaku jaketku, lalu, memainkannya dijari telunjukku sampai didepan pintu kamarku.

...*********...

Aku meninggalkan kelas,

Lagipula. Apa yang harus aku lakukan disana? Aku sudah menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen yang tidak bisa mengajar, dan juga, semua temanku itu masih sibuk mengerjakan soal tersebut, aku tidak ingin mengganggu apa yang sedang mereka lakukan. Aku terdiam dilobby dan tidak ada siapapun disana. Aku mengeluarkan buku didalam tasku, dan tentunya, aku langsung melanjutkan bacaan yang sudah kutandai halamannya dengan pembatas, menurutku, buku itu mempunyai sumber yang jelas, daripada selentingan yang tidak jelas siapa yang membawanya, kemudian itu sering aku dengarkan disetiap harinya. Dunia penuh canda.

Mungkin terkesan konvesional. Aku terkadang mendengarkan radio dari handphoneku, sembari membaca buku apapun jenisnya dikosan, ataupun, berada ditempat yang menurutku tidak ada orang lain disana selain diriku sendiri, dan begitulah, aku lebih banyak menghabiskan waktu dalam kesendirian, tapi, aku tetap memperdulikan semua yang terjadi dilingkungan sekitarku dalam kebisuanku. Temanku mengenalku pendiam. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaan, memberi harapan serta lain sebagainya kepada orang lain karena ucapanku, dan juga, aku memang tidak bisa melakukan sekedar menanyakan kabar, atau apapun itu yang menurutku tidak perlu dipertanyakan, intinya, aku seorang yang tidak bisa mengawali suatu pembicaraan dengan baik dalam membangun suatu komunikasi.

"Keruang band sekarang" ucap Adrian, menyentuh bukuku

Berjalan aku mengikutinya.

Dilobby sudah terlalu banyak orang, dan temanku itu datang memberikanku suatu pilihan yang tidak kujawab sekalipun, sampai diruang band aku hanya duduk melihat temanku itu bermain drumnya, entahlah, aku menjadi jarang berminat dalam bermusik setelah kelulusanku dari sekolah. Alasan yang lainnya. Aku pernah mengajarkan Vanila bermain gitar, dan setelah dia menguasainya, seringkali aku dinyanyikan olehnya disaat malam harinya, lalu, kita juga terkadang bermain musik bersama dengan alat musik yang berbeda, aku memainkan gitarku, sedangkan, dia memainkan pianonya sembari bernyanyi dengan merdunya. Kenangan yang membekas.

Sekarang. Hidupku itu tidak seindah disaat aku mendengarkannya bernyanyi, kemudian, aku tidak mengerti bagian mana yang kurang harmoni dalam kehidupanku, dan tidak peduli seberapa keras aku berusaha menemukan letak kesalahannya, irama kehidupan yang aku jalani tetaplah akan terdengar sumbang. Aku beranjak dari tempatku, lalu, aku berjalan keluar dari ruang band, dan pemandangan diluar sana justru lebih menarik perhatianku daripada bermusik, angin yang berhembus kencang membuat banyak daun berjatuhan dijalanan, serta langit yang terlihat cerah dengan awannya yang seakan berjalan pelan.

Semuanya itu menenangkanku.

Bagiku.

Setelah puas bermain. Temanku mengajakku kekantin, dan kita duduk dikursi yang bermeja bundar, serta, diatasnya terdapat payung, kemudian temanku itu memperhatikan seorang perempuan cantik yang sedang berjalan dikejauhan, aku kembali mengerjakan tugasku disaat temanku itu terpesona oleh kecantikan seorang perempuan. Tidak berapa lama. Perempuan yang dilihat temanku itu berjalan kearahku, lalu, temanku itu semakin menatapnya tanpa berkedip sekalipun, dan aku tersenyum simpul ditengah menghitung jawaban, apalagi, perempuan itu kulihat sedang merapikan rambutnya yang pastinya membuat temanku semakin lupa daratan.

"Nik" ucap Tanaya, tersenyum manis

"Hai" ucapku

Tanaya berdiri disampingku,

"Kamu lagi sibuk? Aku pengen ngomong sama kamu sebentar" ucap Tanaya, menatapku dengan lekatnya

Adrian hanya terdiam,

"Iya" ucapku

Terpopuler

Comments

ayang nya kuroo

ayang nya kuroo

aku udah mampir ya thor

2021-05-06

2

❤️⃟Wᵃfᴍ᭄ꦿⁱˢˢᴤᷭʜͧɜͤіͤιιᷠа ツ

❤️⃟Wᵃfᴍ᭄ꦿⁱˢˢᴤᷭʜͧɜͤіͤιιᷠа ツ

mmpir thor ttp smngt ya

2021-05-02

2

Aya Minna

Aya Minna

Saya sudah mampir thor.
Tunjuk Satu Bintang, jadi inget Sinetron Zaman saya SMA. Sinetron itu bagus banget ceritanya. Pemerannya Diri Riyadi, Vonny Cornellya dan Raffi Ahmad.

2021-04-05

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Part 1 - Tunjuk Satu Bintang
3 Part 2 - Bintang dilangit malam
4 Part 3 - Haknya
5 Part 4 - Kepercayaan
6 Part 5 - Dunia Penuh Tanya
7 Part 6 - Hati
8 Part 7 - Teorinya Sangat Berbeda
9 Part 8 - Setiap Orang Itu Punya Cerita
10 Part 9 - Tuduhan
11 Part 10 - Air Mata Itu
12 Part 11 - Berhak Dalam Bahagia
13 Part 12 - Penilai
14 Part 13 - Manusia Sangat Perasa
15 Part 14 - Hatilah Yang Berjatuhan
16 Part 15 - Apa Maksudnya Itu?
17 Part 16 - Cinta
18 Part 17 - Merendah Dan Mengalah
19 Part 18 - Dendam?
20 Part 19 - Penyesalan
21 Part 20 - Cahaya Dari Lilin Yang Berpijar
22 Part 21 - Kolam
23 Part 22 - Jawaban Dari Perasaan
24 Part 23 - Belajarlah
25 Part 24 - Arah
26 Part 25 - Perhatian
27 Part 26 - Kerelatifan
28 Part 27 - Terjebak Pada Kehidupan
29 Part 28 - Kenangan
30 Part 29 - Terluka Dipecundangi Dunia
31 Part 30 - Berkunjung
32 Part 31 - Penghubung Bumi Dan Langit Dikehadirannya
33 Part 32 - Jangan Lupa Bahagia
34 Part 33 - Membantu Diri Sendiri
35 Part 34 - Tetaplah Mencintai Dengan Seperti Biasanya
36 Part 35 - Bertanggungjawablah
37 Part 36 - Pendapat
38 Part 37 - Penulis
39 Part 38 - Diantara
40 Part 39 - Cerita Yang Indah Dan Bahagia
41 Part 40 - Tertawa Bukan Artinya Tidak Bersedih
42 Part 41 - Kebenaran
43 Part 42 - Bercanda
44 Part 43 - Terlihat Begitu Kuatnya
45 Part 44 - Keadaan
46 Part 45 - Membenci
47 Part 46 - Indahkah Semuanya Yang Terlihat Berkilau?
48 Part 47 - Kesedihan
49 Part 48 - Takut Dan Berani
50 Part 49 - Pengaturan
51 Part 50 - Keajaiban
52 Part 51 - Kegelapan
53 Part 52 - Khawatir Yang Berlebihan
54 Part 53 - Mereka
55 Part 54 - Kesalahan
56 Part 55 - Kisah Tanpa Judul
57 Part 56 - Kembali Seperti Biasanya
58 Part 57 - Kepedulian Bukan Perasaan Yang Sebenarnya
59 Part 58 - Pernyataan
60 Part 59 - Tentangku
61 Part 60 - Teruslah Ada Disampingnya
62 Part 61 - Mendua
63 Part 62 - Menyukai Itu Pilihan
64 Part 63 - Langit Harus Beragam
65 Part 64 - Hujan
66 Part 65 - Benarkah Manusia Itu Merasa Istimewa?
67 Part 66 - Terlalu Bahagia Itu Sangat Melelahkan
68 Part 67 - Keadaan Yang Memaksa
69 Part 68 - Kebahagiaan
70 Part 69 - Didunia Yang Sempurna
71 Part 70 - Kehidupan Suatu Pengulangan
72 Part 71 - Pertemuan Mencerminkan Perpisahan
73 Part 72 - Menghilang Dan Berkesan Itu Keahlian
74 Part 73 - Hitam Dan Putih Itu Warna?
75 Part 74 - Mencintai Itu Secukupnya
76 Part 75 - Sebab Dan Akibat
77 Epilog
78 Pengumuman
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
Part 1 - Tunjuk Satu Bintang
3
Part 2 - Bintang dilangit malam
4
Part 3 - Haknya
5
Part 4 - Kepercayaan
6
Part 5 - Dunia Penuh Tanya
7
Part 6 - Hati
8
Part 7 - Teorinya Sangat Berbeda
9
Part 8 - Setiap Orang Itu Punya Cerita
10
Part 9 - Tuduhan
11
Part 10 - Air Mata Itu
12
Part 11 - Berhak Dalam Bahagia
13
Part 12 - Penilai
14
Part 13 - Manusia Sangat Perasa
15
Part 14 - Hatilah Yang Berjatuhan
16
Part 15 - Apa Maksudnya Itu?
17
Part 16 - Cinta
18
Part 17 - Merendah Dan Mengalah
19
Part 18 - Dendam?
20
Part 19 - Penyesalan
21
Part 20 - Cahaya Dari Lilin Yang Berpijar
22
Part 21 - Kolam
23
Part 22 - Jawaban Dari Perasaan
24
Part 23 - Belajarlah
25
Part 24 - Arah
26
Part 25 - Perhatian
27
Part 26 - Kerelatifan
28
Part 27 - Terjebak Pada Kehidupan
29
Part 28 - Kenangan
30
Part 29 - Terluka Dipecundangi Dunia
31
Part 30 - Berkunjung
32
Part 31 - Penghubung Bumi Dan Langit Dikehadirannya
33
Part 32 - Jangan Lupa Bahagia
34
Part 33 - Membantu Diri Sendiri
35
Part 34 - Tetaplah Mencintai Dengan Seperti Biasanya
36
Part 35 - Bertanggungjawablah
37
Part 36 - Pendapat
38
Part 37 - Penulis
39
Part 38 - Diantara
40
Part 39 - Cerita Yang Indah Dan Bahagia
41
Part 40 - Tertawa Bukan Artinya Tidak Bersedih
42
Part 41 - Kebenaran
43
Part 42 - Bercanda
44
Part 43 - Terlihat Begitu Kuatnya
45
Part 44 - Keadaan
46
Part 45 - Membenci
47
Part 46 - Indahkah Semuanya Yang Terlihat Berkilau?
48
Part 47 - Kesedihan
49
Part 48 - Takut Dan Berani
50
Part 49 - Pengaturan
51
Part 50 - Keajaiban
52
Part 51 - Kegelapan
53
Part 52 - Khawatir Yang Berlebihan
54
Part 53 - Mereka
55
Part 54 - Kesalahan
56
Part 55 - Kisah Tanpa Judul
57
Part 56 - Kembali Seperti Biasanya
58
Part 57 - Kepedulian Bukan Perasaan Yang Sebenarnya
59
Part 58 - Pernyataan
60
Part 59 - Tentangku
61
Part 60 - Teruslah Ada Disampingnya
62
Part 61 - Mendua
63
Part 62 - Menyukai Itu Pilihan
64
Part 63 - Langit Harus Beragam
65
Part 64 - Hujan
66
Part 65 - Benarkah Manusia Itu Merasa Istimewa?
67
Part 66 - Terlalu Bahagia Itu Sangat Melelahkan
68
Part 67 - Keadaan Yang Memaksa
69
Part 68 - Kebahagiaan
70
Part 69 - Didunia Yang Sempurna
71
Part 70 - Kehidupan Suatu Pengulangan
72
Part 71 - Pertemuan Mencerminkan Perpisahan
73
Part 72 - Menghilang Dan Berkesan Itu Keahlian
74
Part 73 - Hitam Dan Putih Itu Warna?
75
Part 74 - Mencintai Itu Secukupnya
76
Part 75 - Sebab Dan Akibat
77
Epilog
78
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!