"Niko" ucap Faisal, menyapaku
Terdiam,
Seperti aku biasanya. Aku hanya terdiam serta tidak menanggapi sapaan, lagipula, aku masih terheran dengannya yang bisa tenang setelah merusak perempuan, dan suara perempuan yang kudengar sebelumnya itu menjalin hubungan status, tapi, perempuan itu mempersilahkan tubuhnya untuk dijamah olehnya. Terlebih. Faisal itu hampir melakukan seperti itu kepada semua yang terpikat oleh pesonanya, kemudian mereka semua itu saling mengenal bahkan lebih dari itu, dan kupikir, semua orang yang ada ditongkrongan mengetahuinya, tapi, memilih untuk bungkam, atau malah tersenyum penuh artian saat diceritakan olehnya, lalu, menjadikannya sebagai panutan dalam hidupnya.
Ada hal yang bersifat mendasar dan kita seringkali tidak mengerti dalam mengartikannya, yaitu melakukan suatu hal dengan baik serta benar, aku lebih banyak melakukan suatu hal dengan baik, padahal seharusnya aku melakukannya dengan benar, dan itu terjadi karena aku yang terlalu menggunakan perasaanku, dibandingkan pemikiran yang dipenuhi oleh logika belaka. Entahlah. Manusia itu memanglah selalu dipenuhi oleh banyak keraguan dalam setiap apa yang dilakukannya, kemudian manusia juga tidak mempunyai suatu penilaian atas yang sudah dilakukannnya, dan begitulah, aku tidak mengerti apa yang kulakulan dengan Tanaya itu suatu hal yang baik atau benar, kuharap aku sudah melakukan keduanya itu kepadanya.
Keraguan.
"Kalian deket banget" ucap Adrian
Adrian terus menulis, "Kamu sama Tanaya. Hubungan kalian itu kayak gimana? Semua orang itu kayak penasaran"
"Nik" ucap Adrian
Aku menghentikan tulisanku, dan tertawa kecil,
"Ketawa" ucap Adrian
Kepalaku dipukul cukup keras oleh pena yang dipegangnya, lalu, aku menatapnya dengan lekat dan merentangkan kedua tanganku dengan lebarnya, kemudian aku melanjutkan kembali tulisanku yang sempat tertunda, seringkali, aku memikirkan atas dasarku saat menemaninya itu hanyalah perasaan bersalahku terhadapnya. Kupikir aku kejam. Seharusnya aku melakukannya karena ingin melakukannya, dan bukannya, karena aku yang seakan terpaksa merasa bertanggungjawab atas semua perlakuan temanku, lagipula, aku juga sudah lama tidak bertemu dengannya, aku penasaran dengan apa yang dirasakan Tanaya terhadapku.
Terakhir aku mendengar,
Entah itu benar.
Katanya. Ferdi dan semua temannya itu berkelahi dengan suatu kelompok, lalu, aku tidak mendengarkan kabar apapun tentangnya lagi, bahkan aku juga sangat penasaran dengan sikap Tanaya disaat mendengar temanku itu, tapi, dia selalu bisa menyembunyikan semuanya itu dariku. Pastilah. Tanaya sudah tidak ingin mengingat kembali semua yang berhubungan dengan temanku itu, dan juga, aku tidak ingin dia mengungkit ingatannya tersebut, makanya, selama ini aku tidak pernah menyinggung sedikitpun temanku itu didepannya, tidaklah berani aku menanyakan karena takut akan membuat ingatannya itu perlahan menyakitinya.
Terkadang. Aku ingin mengulang kembali waktu, dimana aku tidak pernah mengenalkan temanku itu kepadanya, dan sayangnya, penjelajah waktu itu hanyalah keinginan yang tidak akan pernah terwujudkan, kemudian waktu terus berjalan tanpa pernah berhenti. Penjelajah waktu itu kebohongan belaka. Hal yang paling menyakitkanku itu disaat harus berbohong kepadanya disetiap harinya, dan kutahu, dia juga melakukan kebohongan dengan terus menunjukkan senyuman manisnya didepanku, padahal aku sangat mengerti dia yang terus memendam perasaannya yang terluka dalam hatinya, terlebih apa yang dilakukannya bersama temanku itu sulit untuk dilupakan banyak orang.
Suatu waktu nanti,
Kutanyakan.
Pasti.
...*********...
Bagiku. Menilai seseorang itu sangatlah rumit, karena setiap apa yang dilakukannya itu pastilah mempunyai alasan, kemudian diikuti situasi serta kondisinya yang tidak bisalah kita mengerti hanya dengan melihat permukaannya, makanya, aku dibingungkan jika ada pribadi yang bisa dengan cepatnya menilai terhadap seseorang. Menurutku. Setiap orang itu mempunyai jalan kebaikan serta kejahatannya masing - masing, dan tidak mungkinlah seseorang sepenuhnya dalam kebaikan ataupun kejahatan sepanjang kehidupannya, aku lebih memilih untuk menunjukkan kebodohanku dengan terus belajar, dibandingkan merasa pintar dalam segala hal yang terjadi dalam kehidupan.
Kulihat. Adrian sedang berkelahi,
Menegangkan.
Semua orang hanya melihatnya tanpa melakukan apapun, dan langsung aku memisahkan perkelahian itu dengan susah payahnya, bahkan aku sempat menerima pukulan yang tidak kutahu siapa yang melakukannya, karena aku berada ditengah mereka berdua yang memungkinkanku untuk dipukul secara dua arah berlawanan. Tapi. Ada seseorang yang malah cenderung menghasut mereka berdua yang sudah kupisahkan untuk berkelahi kembali, lalu, aku mencengkram kerahnya sembari menekan tubuhnya ketembok dengan keras, kemudian aku melepas cengkramanku dengan tatapan yang penuh amarah, dan orang itu memutuskan berjalan pergi dari kerumunan, setelahnya perlahan semua orang mulai bepergian yang menyisakan aku dengan temanku.
"Berapa ronde berantem?" ucapku
Adrian menahan senyuman, "Dua. Sebelum aku dipisahin, padahal aku masih pengen mukul wajahnya, lagian dia ngeselin banget jadi orang"
"Dipisahin" ucap Adrian, bergumam
Aku dan Adrian sedang duduk santai, kemudian aku menoleh kearah belakang merasa ada seseorang yang memperhatikanku, lalu, Safira menunjukkan senyumannya yang begitu manis kepadaku, bahkan sampai temanku itu tidak berhenti menatapnya dengan penuh kekaguman. Safira memang cantik. Adrian langsung menggeser posisi duduknya seakan mempersilahkan perempuan cantik itu disampingnya, kemudian perempuan cantik itu memilih untuk duduk tepat disampingku, padahal temanku itu sudah menyiapkan ruang kosong untuknya, lalu, aku melihat wajah temanku itu yang sediki kecewa saat itu juga.
Adrian memilih pergi,
Tinggalah. Aku bersama Safira yang terasa canggung, karena aku sudah lama tidak bertemu dengannya, kemudian aku hanya terdiam dengan seribu bahasa disampingnya, lalu, tangannya itu menepuk pahaku yang membuatku semakin tidak ingin mengucapkan atau menyampaikan apapun kepadanya. Safira menoleh kearahku, dan aku masih terdiam. Sebenarnya ada banyak kata yang ingin aku sampaikan kepadanya, tapi, seakan ada sesuatu yang menahan suaraku keluar, padahal aku sudah berusaha dengan sekuat tenagaku untuk membuka obrolan dengannya, serta membangun suasana dengan perempuan yang sedang menyelipkan rambutnya yang cukup panjang dibalik telinganya.
"Aku pergi dulu" ucap Safira
Kulihat. Faisal berada dimotornya sedang menunggunya didepan pagar kampus, padahal aku ingin menanyakan kabar perempuan itu yang sudah lama tidak kutemui, tapi, semuanya itu seakan berjalan alami yang membuatku hanya bisa melihatnya pergi bersama dengannya. Terkadang. Aku terheran dengan perempuan yang menyukai laki - laki bajingan, dan setelah mereka disakiti atau bahkan dirusak oleh apa yang menjadi pilihannya itu, pada akhirnya mereka akan menyesalinya, lalu, mereka itu memilih dengan laki - laki yang bisa menerima adanya mereka itu, maksudnya, apa salah laki - laki yang baik itu sampai harus menerima perempuan yang sudah dijamah oleh bajingan, aku sangat tidak mengerti bagaimana pemikiran seorang perempuan saat menentukan pasangan hidupnya.
Aku dan Faisal saling menatap, kemudian dimatanya itu seakan dia merasa sudah memenangkan hati perempuan yang berada dibelakang motornya, sampai akhirnya mereka hilang dari pandanganku beserta suara motornya yang cukup menganggu pendengaran semua orang. Adrian juga melihatnya, dan walaupun hanya sekilas. Aku tersenyum simpul, karena diwajah temanku itu seakan menyesalkan perempuan yang dibonceng oleh bajingan itu, dan aku menyandarkan kepalaku ditembok lalu menutup kedua mataku, anehnya, aku tidak bisa dalam menghentikan senyumanku terhadap apa yang kulihat. Benar sangat ironis.
Mungkin.
Itulah.
...*********...
Bagiku. Vanila adalah perempuan yang berbeda dari kebanyakan lainnya diluar sana, karena rasanya aku hampir tidak menemukan kekurangan darinya, selain dari waktunya yang singkat dalam kehidupan, dan satu hal yang paling menyentuh hatiku itu kebaikannya terhadap semua orang, walau orang tersebut sudah menyakiti dirinya sekalipun. Tetaplah melakukan kebaikan. Vanila juga perempuan yang mematahkan pemikiranku, bahwa kehidupan itu cenderung membosankan dengan pola yang serupa, dan pastinya tidak banyak orang yang bisa melihat keindahan dunia melalui caranya sendiri, terlebih bisa mempengaruhi orang lain disekitarnya untuk melakukan seperti yang dilakukannya.
Aku menatap langit yang cerah, dan tersenyum kecut saat mengingat kembali, "Asam dan basa kehidupan"
"Tidak asam dan tidak basa" tambahku
"Netral" ucapku
...Dunia penuh tanya atas semua yang terjadi...
Aku masih belum mengerti bagian mana yang indah dalam kehidupan, padahal aku sudah berusaha keras untuk melihat keindahannya sesuai dengan penglihatannya, maksudnya, kenapa aku masih belum mengerti indahnya kehidupan, padahal aku sudah melihat suatu hal yang sama dengannya. Terkadang. Aku ingin bertanya kepada dirinya tentang keindahan menurutnya, tapi, dia malah pergi meninggalkan pertanyaanku yang belum sempat terjawab olehnya sampai dengan sekarang, itulah sebagian alasanku jarang tersenyum kepada apapun yang kujalani setelah kepergiannya.
Banyak orang memintaku untuk sering tersenyum, semuanya itu terjadi karena aku memang jarang tersenyum, dan aku lebih memilih tertawa dibandingkan tersenyum, bagiku, senyuman itu adalah kebohongan tertinggi yang dilakukan oleh manusia, sedangkan tertawa adalah kejujuran tertinggi yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya. Mungkin. Aku mempunyai pemahaman yang berbeda dari kebanyakan orang lainnya, tapi, itu semua terbentuk dari sudut pandangku terhadap kehidupan, dan memang begitulah adanya, terkadang aku malahan dianggap tidak waras dengan pemikiranku terhadap apapun, karena aku seringkali memutarbalikkan atau menciptakan suatu hal yang terjadi dan baru dalam kehidupan.
...Tertawa disaat bersedih, dan menangis disaat berbahagia...
Entahlah.
Kehidupan terlalu membingungkan.
Mungkin,
Iya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Nami😴
cuape pool
2021-04-29
1