Mayra mengerjap lalu perlahan membuka sebelah matanya untuk melihat jam yang terpasang di dinding dekat lemari.
"Jam 2 siang, berarti aku sudah tidur selama 1 jam." Ucap Mayra kemudian beranjak dari tempat tidurnya.
"A Rafka juga belum kembali, ah sebaiknya aku turun saja! Aku tidak enak sejak dari acara akad tadi aku diam terus di kamar terus sudah seperti ayam bertelur saja!" Mayra menggerutu pada dirinya sendiri.
Kini Mayra mulai menuruni tangga dan dilihatnya kedua mertua serta suaminya sedang bersantai di ruang tv.
"Heh! Tuan putri baru bangun!" Sindir Rafka.
"Maaf semuanya, tadi aku tidurnya kenyenyakan." Ucap Mayra merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa kok sayang! Kami faham kamu pasti kelelahan berjam-jam berdiri di acara resepsi tadi." Bantah Aqeela,"Umi juga pernah merasakannya, dulu kaki Umi sampai sedikit bengkak." Lanjutnya.
"Jika kamu masih mengantuk tidur lagi saja nak." Titah Nizam.
"Tidak Abi, aku sudah tidak ingin tidur lagi." Mayra menolaknya.
"Baiklah." Balas Nizam.
"A Rafka tadi kemana?" Mayra beralih pada suaminya.
"Dari ujung dunia." Jawabnya sembari berlalu sepertinya hendak ke kamar.
"May? Duduk sayang!" Seru Aqeela.
"Iya Umi." Sahutnya sembari duduk di dekat Aqeela.
"Umi minta maaf jika Rafka terkesan bersikap cuek padamu." Aqeela mengusap lembut bahu Mayra.
"Tidak apa-apa Umi, mungkin A Rafka belum terbiasa dengan kehadiran aku di hidupnya! Umi tidak perlu khawatir, aku berjanji akan membuat A Rafka mencintaiku." Ucap Mayra penuh keyakinan.
"Syukurlah...Umi juga sebenarnya heran, mengapa Rafka berbeda dari kakak-kakaknya? Rafka cenderung bersikap cuek pada setiap orang sedangkan kakak twinsnya selalu care pada setiap orang." Tutur Aqeela,"Kami sebagai orang tuanya pun selalu care pada setiap orang mungkin Rafka seperti itu karena darah Opanya yang mengalir dalam dirinya! Dulu sewaktu ngidam Umi sering menyusahkan Opanya itu, jadi kemungkinan besar wataknya menurun pada Opanya yang cuek itu." Lanjutnya.
"Hehe iya Umi, Opa yang dimaksud Umi itu Pak Alvin?" Tanya Mayra memastikan.
"Iya." Jawab Aqeela.
Hening sesaat....
"Umi, bisa tunjukkan dapurnya dimana?" Mayra meminta tolong.
"Mau apa ke dapur?" Aqeela tak langsung menjawabnya.
"Mau membuat teh untuk Umi dan Abi." Jawabnya.
"Tidak usah nak, di dapur ada Mbok Minten jadi jika Umi dan Abi mau apa-apa tinggal panggil dia saja." Aqeela melarangnya,"Mbok!" Lanjutnya memanggil dengan setengah berteriak.
"Iya nyonya?" Sahutnya.
"Kenalkan ini Mayra menantu saya! Dan Mayra kenalkan ini Mbok Minten!" Seru Aqeela memperkenalkan keduanya.
Keduanya pun bersalaman dan setelahnya,"Tolong buatkan 3 cangkir teh serta bawakan biskuitnya juga!" Suruh Aqeela.
"Siap nyonya." Jawabnya sembari berlalu.
Mereka pun bersantai sembari mengobrol dan menikmati teh serta biskuitnya.
*
Malam harinya setelah shalat isya juga makan malam. Mayra membantu Minten membereskan bekas makan malam lalu mencuci piring kotor.
Meskipun Minten sudah berulang kali melarang Mayra, namun Mayra tetap ingin melakukannya sebab ini sudah biasa baginya.
Setelah semuanya selesai, Mayra menyusul Rafka ke kamar.
Dilihatnya Rafka sedang sibuk memainkan ponselnya dengan posisi ponsel dimiringkan, sepertinya ia sedang main game.
Mayra mulai mendekati Rafka,"Aa sedang apa?" Tanya Mayra.
"Main game." Jawabnya sembari tetap fokus pada layar ponselnya.
Dari kecil main game online memang sudah menjadi hobbynya. Meskipun sekarang ia telah dewasa tetapi tetap saja disela-sela kesibukannya sebagai seorang CEO ia selalu menyempatkan dirinya untuk main game selama kurang lebih 1 jam dengan alasan ingin merilekskan fikirannya yang cenderung terlalu fokus pada pekerjaan hingga membuat otaknya mumet.
"Sudah malam, ayo tidur!" Ajaknya,"Besok kan kita ke kantor." Lanjutnya.
"Kalau mau tidur duluan saja! Dua hari ke depan kita libur ngantor." Jawabnya.
"Libur?" Mayra bertanya dengan antusias.
"Hm..." Sahutnya.
Mayra naik ke atas ranjang lalu membuka hijabnya, Rafka sekejap meliriknya,"Hei! Apa yang kamu lakukan?" Tukasnya.
"Sudah malam begini ya mau tidur masa mau main bola?!" Jawab Mayra sembari tersenyum menyindir.
"Saya tahu kamu mau tidur, tapi mengapa buka hijab?" Rafka memperjelasnya dengan perasaan yang tidak karuan.
"Kalau mau tidur tidak masalah kan buka hijab? Apalagi di depan suami sendiri yang jelas-jelas mahrom kita." Tegas Mayra.
"Apa kamu tidak takut saya apa-apakan?" Rafka mengancamnya.
"Kenapa harus takut Aa teh kan sudah resmi menjadi suami aku di mata negara juga agama." Mayra terlihat santai sekali menjawab pertanyaan Rafka.
"Ah sudahlah terserah kamu saja! Ingat jaga jarak jangan sampai kamu melewati batas guling itu!" Rafka memperingatinya,"Jangan mengharapakan apa-apa karena tidak akan ada malam pertama di malam ini!" Lanjutnya.
"Hmm...Aa tenang saja aku tahu diri kok!" Seru Mayra penuh penekanan.
Mayra membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan tetap menjaga jarak. Perlahan matanya mulai tertutup dan ia pun terlelap dalam tidurnya.
Beberapa saat kemudian Rafka juga mulai mengantuk dan ia pun menyusul Mayra ke atas ranjang.
*
Dini hari tepatnya pukul 02.30 Mayra terbangun dan ia pun segera bergegas ke kamar mandi mengambil air wudhu.
Mayra baru saja selesai berwudhu dan hendak keluar dari kamar mandi.
"Astagfirullah..." Ucap Mayra kaget sebab Rafka ada di depan pintu.
"Heh! Kondisikan ekspresimu itu! Saya bukan hantu!" Tukas Rafka.
"Aa mengagetkanku!" Mayra mengela nafasnya.
"Minggir! Saya mau masuk!" Suruhnya.
"Iya-iya." Mayra keluar dan Rafka masuk ke kamar mandi itu.
Mayra baru saja selesai mengenakan mukenanya, saat hendak mulai shalat ia melihat Rafka mengenakan sarung dan juga pecinya hingga membuat ia mengurungkan niatnya untuk memulai shalat.
"Aa mau shalat tahajud juga?" Mayra memastikannya.
"Menurut kamu?" Rafka balik bertanya.
"Sepertinya sih iya." Mayra tersenyum tipis.
"Mau munfarid atau berjama'ah dengan saya?" Tanyanya.
"Berjama'ah!" Jawab Mayra dengan cepat serta sangat antusias.
"Oke..." Rafka membeberkan sajadahnya di depan Mayra kemudian mereka memulai shalat malam itu.
Seusainya tepatnya setelah salam,"Aa? Boleh aku mencium tangan Aa?" Tanya Mayra.
Rafka tak menjawabnya namun ia menyodorkan tangan kanannya, Mayra langsung mencium tangan suaminya.
Setelah itu mereka menengadahkan kedua tangan mereka untuk berdo'a yang dipimpin langsung oleh Rafka sebagai imamnya dan Mayra sebagai makmum yang mengaamiinkannya.
"Alhamdulillah aku bersyukur bisa menikah dengan Aa..." Ucap Mayra.
"Kenapa? Apa karena baru saja saya shalat tahajud dengan kamu?" Tebaknya.
"Karena Aa lelaki yang saleh." Jawab Mayra,"Apa Aa sudah biasa melaksanakan shalat tahajud?" Lanjutnya balik bertanya.
"Dalam al-qur'an dijelaskan tentang perintah melaksanakan shalat tahajud yang ayatnya seperti ini."
ومن اليل فتهجد به نافلةلك عسى ان يبعثك ربك مقا ما محمود
"Dan pada sebagian malam,lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu (Allah) mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (Q.S.Al-Isra[17]:79).
"MasyaaAllah Aa sampai hafal dalilnya!" Puji Mayra.
"Abi itu seorang Ustadz, dia banyak mengajariku tentang segala hal yang berkaitan dengan agama." Jelas Rafka.
"Hehee iya deh anaknya Pak Ustadz, calon Ustadz juga." Ejek Mayra.
Rafka hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat reaksi Mayra yang sepertinya sudah sangat mengidolakannya.
.
.
.
Bungkuss satu yang salehnya kaya Aa Rafka😁😁Halumu sungguh luar biasaaaaahhh😆😅
Jangan lupakan like,komen dan vote seikhlasnya☺Ajak kerabat yang suka baca novel mampir ke kesini!☺
See you next😄🙋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Perjuangan cinta Tuan Muda
rafka yg sholih. syuka ceritamu kak. 3 like lg dariku. dkunganku utkmu. salam dari Asisten Pribadi Tuan Muda.
2021-04-12
0
Pice Korvina
kok seperti bertolak belakang ya thor. tau agama. sholeh tpi kok kasar sekali omongannya.
2021-02-12
1
💐
lanjut kk Semangat😍😍😍
2020-12-16
2