Seusai makan serta membayarnya, Aqeela mengantar Mayra kembali ke kantor.
Sesampainya di kantor,
"Aku pamit Umi...Terimakasih sudah mengantarku kembali ke kantor." Ucap Mayra.
"Iya sama-sama, selamat bekerja kembali!" Balas Aqeela.
"Assalamu'alaikum..." Ucap Mayra setelah menyalimi tangan Aqeela.
"Wa'alaikumsalam..." Jawab Aqeela.
Mobil yang ditumpangi Aqeela pun mulai melaju dan dari balik jendela mobil Aqeela melambaikan tangannya pada Mayra serta dibalas lambaian juga oleh Mayra.
Mayra langsung kembali ke meja kerjanya,"May? Habis darimana?" Tanya Dio Manajer keuangan di kantor ini.
"Tadi ada sedikit urusan." Jawab Mayra.
"Oh...Untungnya Pak Rafka tidak ada,kalau ada pasti kamu sudah dimarahi!" Tukas Dio.
"Aku tidak sembarangan pergi kok,aku pergi karena perintah Pak Beno." Bantah Mayra.
"Oh...Yasudah lanjutkan lagi pekerjaanmu!" Suruhnya sebagai seorang atasan pada bawahan.
Mayra terus berkutat dengan laptop dan berkas-berkas yang ada di meja kerjanya hingga tak terasa waktu cepat berlalu kini hari sudah petang sudah saatnya para staf pulang kecuali yang lembur.
Mayra bergegas langsung ke rumah sakit untuk memastikan keadaan Ibunya.
*
Di tempat lain tepatnya di kediaman keluarga Rafka,
"Umi? Sebenarnya tadi Umi habis darimana dan bertemu dengan siapa?" Tanya Syafa.
"Umi habis menemui calon menantu Umi!" Tegasnya,"Kalian tahu tidak? Orangnya cantik,sopan dan pastinya shalihah! Dia sesuai dengan kriteria menantu yang Umi idamkan selama ini." Lanjutnya terkagum-kagum.
"Benarkah? Siapa dia?" Kini Syifa yang bertanya.
"Gadis yang memberikan Rafka makanan yang tadi kita habiskan." Jelas Aqeela.
"Umi mengenal gadis itu?" Tanya Syafa.
"Tepatnya baru mengenal tapi hati kecil Umi sudah yakin bahwa dia memang cocok untuk Rafka." Jawabnya penuh penekanan.
"Aku jadi penasaran." Tukas Syafa.
"Aku juga." Timpal Syifa.
"Secepatnya kita akan khitbah gadis itu! Tapi sebelumnya Umi akan bicarakan persoalan ini terlebih dahulu pada Abi dan juga Rafka." Tegas Aqeela.
"Baiklah." Jawab twins girl bersamaan.
*
Mayra sudah sampai beberapa menit yang lalu dan kini ia tengah menyuapi Ibunya makan.
Tiba-tiba kondisi Ibunya tidak terkontrol seakan-akan mendadak drop.
"Bu? Ibu kenapa?" Tanya Mayra panik.
Titin tak menjawabnya,"Ya Allah...Ayah!" Mayra segera berlari keluar untuk mencari keberadaan Arif.
"Ada apa May?" Sahut Arif yang kebetulan habis dari kantin rumah sakit.
"Ibu! Ibu!" Jawab Mayra sangat panik.
"Ibu kenapa?" Tanya Arif ikut panik.
"Ibu drop lagi Ayah! Ayah tolong temani Ibu dulu! Aku akan memanggil dokter untuk memeriksa Ibu!" Jelas Mayra seraya berlalu dengan langkah yang terburu-buru.
Beberapa saat kemudian ia kembali dengan membawa seorang dokter yang menangani Ibunya dan Titin segera diperiksa olehnya.
"Kondisi Bu Titin semakin memburuk,kita harus segera melakukan tindak operasi untuk menyingkirkan batu yang ada pada ginjalnya."Jelas dokter.
"Innalillahi wainna ilahi raji'un..." Ucap Mayra seraya meneteskan air mata.
"Sekarang kami sudah memberi obat bius pada pasien supaya ia bisa lebih tenang." Ucap dokter,"Kami sarankan Bapak segera menindak lanjuti hal ini dengan menyetujui pelaksanaan operasi pasien." Lanjutnya.
"Biaya operasi itu pasti mahal! Saya tidak tahu harus mencari uang yang banyak darimana." Lirih Arif.
"Kira-kita berapa biaya operasinya?" Tanya Mayra.
"Sekitar 10 jutaan lengkap dengan obat-obatan pasien setelah dilakukan operasi." Jawab dokter,"Kalau begitu saya permisi! Masih ada pasien lain yang harus saya tangani." Lanjutnya seraya berlalu.
"Kita mau dapat uang sebanyak itu darimana May?" Tukas Arif bingung.
"Aku akan mengusahakannya Ayah,aku akan mencoba mengajukan pinjaman pada bosku." Tegas Mayra.
"Ayah tidak yakin May,kamu kan baru bekerja seminggu di kantor itu mana mungkin bosmu akan memberi pinjaman sebanyak itu." Tukas Arif.
"Bismillah...Ayah do'akan aku ya! Mudah-mudahan bosku bisa memberi pinjaman itu supaya Ibu bisa cepat dioperasi." Mayra meyakinkan Arif.
"Baiklah,Ayah akan selalu mendo'akan yang terbaik." Ucap Arif pasrah.
*
Malam harinya di kediaman keluarga Rafka,
Mereka sekeluarga baru saja selesai makan malam dan kini para orang dewasa tengah bersantai di ruang tamu karena di ruang tv anak-anak sedang berkumpul dan bermain.
"Rafka,Umi sudah menemukan calon istri untukmu!" Seru Aqeela.
Rafka menganga,"Bukannya kemarin Umi bilang belum ada yang cocok? Mengapa sekarang tiba-tiba sudah ada?" Tukasnya.
"Itukan kemarin! Sekarang beda lagi!" Aqeela menegaskannya.
"Siapa namanya?" Tanya mereka bersamaan.
"Mayra." Jawab Aqeela santai.
"Ma-mayra?" Rafka mengernyitkan keningnya,"Mayra yang mana?" Lanjutnya penasaran.
"Salah satu stafmu!" Aqeela mempeejelasnya.
"Umi yang benar saja?" Tukas Rafka tak terima.
"Iya. Pokoknya Umi tidak mau tahu kamu harus segera mengkhitbah Mayra!" Tegas Aqeela.
"Tapi mengapa harus dia?" Rafka membantahnya.
"Karena dia sesuai dengan kriteria menantu idaman Umi." Jawabnya.
"Mengapa Umi bisa seyakin itu padahal Umi belum tahu latar belakang dia itu seperti apa! Jangankan Umi yang belum bertemu dengan dia,aku saja yang sudah bertemu dengannya tidak begitu yakin." Rafka protes.
"Siapa bilang Umi belum bertemu dengannya? Justru karena Umi telah menemuinya, Umi bisa menyimpulkan bahwa dia cocok untuk jadi istrimu! Nah supaya lebih yakin istikharah dong sayang." Aqeela menasehatinya,"Umi tunggu kabar baiknya!" Lanjutnya mendesak.
"Ayo Abi kita tidur!" Ajak Aqeela.
"Iya." Jawab Nizam.
Aqeela dan Nizam berlalu ke kamar mereka,kini di ruang tamu hanya ada twins girl dengan suami-suami mereka serta Rafka.
"Kak twins tolong bantu aku!" Rafka memohon pada Syafa dan Syifa.
"Maaf sepertinya kami tidak bisa banyak membantu!" Sahut Syafa.
Twins girl mengajak anak-anak mereka untuk tidur karena sudah semakin malam dan disusul oleh para suami mereka.
Rafka mengusap wajahnya dengan kasar,"Mayra...Mengapa harus gadis tengil itu sih yang dipilih Umi?" Tukasnya frustasi.
Akhirnya ia memutuskan untuk tidur saja daripada berpusing-pusing memikirkan hal ini.
*
Keesokan harinya Rafka datang ke kantor lebih awal dibanding hari-hari biasanya sebab ia tak sabar ingin menemui Mayra.
"Mayra ke ruangan saya sekarang!" Suruhnya langsung tanpa perantara staf lain.
Mayra kaget namun berusaha tetap tenang dan mengikuti Rafka ke ruangannya.
Mereka duduk di sofa panjang di ruangan Rafka,"Kapan kamu bertemu dengan Umi saya?" Tanya Rafka to the point.
"Kemarin...Pak Rafka tahu darimana kalau kami bertemu?" Mayra balik bertanya.
"Apa saja yang kamu katakan pada Umi saya hingga ia bisa menyukai kamu?" Rafka menyelidikinya.
"Saya tidak berkata yang macam-macam. Apa saja yang Umi tanyakan saya jawab." Jelas Mayra.
"Saya tidak mau tahu pokoknya kamu harus tanggung jawab!" Tegas Rafka.
"Tanggung jawab untuk apa ya Pak?" Balas Mayra tidak mengerti.
"Karena kamu telah membuat Umi saya menyukai kamu! Lagi pula siapa yang menyuruh kamu bertemu dengan Umi saya? Jika kalian tidak bertemu masalah ini tidak akan terjadi! Jadi kamu harus bertanggung jawab atas perbuatan kamu ini!" Rafka memarahi Mayra.
Mayra hanya diam mendengar luahan kemarahan Rafka. Ia bingung harus menjelaskannya mulai darimana.
.
.
.
Semakin menegangkan dan membuat penasaran bukan? Tunggu kelanjutan kisahnya di episod selanjutnya😍😍See you next episode🙋💚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Zia_sya
aa songong vs neng tengil😂😂😂
2021-02-11
1
꧁༺Asyfa༻꧂
baru baca bbrp bab harus break dulu nih😢😢,,padahal penisirin bgt nih😢😢😢
2021-01-08
1
💐
Semangat kk Cantik😅😁😆ditunggu kelanjutannya kk✌🏻😁
2020-12-13
2