Alergi Udang

Mayra memperhatikan Rafka yang sedari tadi terus menggaruk-garuk beberapa bagian tubuhnya dan sesekali ia bersin.

"Aa tidak apa-apa?" Tanya Mayra.

"Entahlah rasanya tubuhku jadi gatal-gatal." Jawabnya.

"Rafka kamu kenapa?" Timpal Aqeela,"Kenapa leher kamu merah-merah begitu?" Lanjutnya panik.

"Itu seperti alergi." Nizam menyelidikinya.

"Rasanya semakin gatal, tapi jika digaruk terus jadi perih." Ucap Rafka.

"Mayra apa kamu menambahkan sesuatu pada makanan ini?" Tanya Aqeela.

"Tidak Umi, aku memasaknya seperti pada umumnya." Jawab Mayra pasti,"Hanya saja nasi gorengnya aku tambahkan udang karena namanya memang nasi goreng udang." Lanjutnya memberi penjelasan.

"Pantas saja! Aku ini alergi udang!" Rafka memarahi Mayra sembari berlalu ke kamarnya.

"Abi akan telpon dokter untuk datang kemari." Ucap Nizam seraya meraih ponselnya.

"Umi aku minta maaf, aku tidak tahu kalau A Rafka alergi udang." Mayra menangis karena khawatir.

"Sudah sayang tidak apa-apa! Kamu tidak usah merasa bersalah begini! Inikan tidak disengaja!" Aqeela menenangkan menantunya.

"Aku takut A Rafka kenapa-napa." Lirihnya.

"Rafka tidak akan kenapa-napa! Sebaiknya kita susul dia ke kamarnya!" Bantah Aqeela.

Beberapa saat kemudian dokter yang dipanggil Nizam pun datang lalu segera memeriksa keadaan Rafka.

Karena memang sudah diketahui penyebabnya yaitu alergi maka dari itu dokter hanya memberikan obat pereda alergi dan juga salep untuk Rafka.

Tak lupa mereka mengucapkan terimakasih pada dokter tersebut lalu Nizam mengantarnya hingga ke depan pintu utama rumah.

"Ini akibatnya jika kurang berkomunikasi! Seharusnya kalian saling terbuka mengenai apa yang kalian suka dan tidak." Tukas Aqeela,"Kalau sudah begini tidak ada yang bisa disalahkan! Karena ini salah kamu sendiri Rafka!" Aqeela mengomelinya seraya keluar dari kamar Rafka.

"Puas kamu? Kamu mau membunuhku ya? Sekarang Umi juga memarahiku!" Ketus Rafka.

"Aa jangan marah-marah atuh! Akukan nggak sengaja!" Lirih Mayra.

"Ah sudahlah! Sudah terjadi juga!" Tukas Rafka kesal.

"Aku janji akan merawat Aa sampai sembuh!" Mayra menelungkupkan kedua tangannya memohon.

"Bukan itu masalahnya! Sekarang masalahnya adalah lihat wajahku yang tadinya bersih dan tampan ini jadi ternoda!" Tegasnya.

"Kalau menurut aku wajah Aa tambah lucu kaya badut merah-merah begitu!" Mayra tertawa kecil.

"Kamu mengejekku?" Tuduhnya.

"Memang lucu! Mau aku foto terus aku perlihatkan ke Aa?" Mayra menawarinya.

Rafka melempar bantal ke tubuh Mayra,"Tutup mulutmu!" Titahnya menegaskan.

"Jangan marah-marah terus atuh! Nanti kalau Aa marah lagi, aku viralin nih foto Aa yang sedang mirip badut itu! Hahaa..." Mayra memiliki senjata baru.

"Kamu berani padaku?" Bentaknya.

"Tuh marah lagi! Jangan marah terus atuh nanti susah sembuhnya!"Mayra mengganti perkataannya.

Rafka terdiam melihat Mayra mendekatinya dan kini duduk di ranjang sampingnya.

"Mau apa kamu?" Tanyanya panik.

"Mau cium Aa!" Jawab Mayra seketika membuat Rafka jadi panas dingin,"Hahaa...Biasa saja kali A! Aku hanya mau mengolesi salep ke tanda-tanda merah itu!" Lanjutnya tertawa penuh kepuasan.

Mayra mulai mengoleskan salep ke bagian tubuh Rafka yang merah-merah akibat digaruk.

"Aa menggaruk-garuknya seperti macan jadi lukanya parah begini!" Ejeknya.

"Kamu cerewet sekali ya! Mentang-mentang sekarang aku sedang tidak berdaya!" Tukasnya kesal.

"Manfaatkanlah kesempatan sebaik mungkin." Ucap Mayra dengan santai.

"Dasar tengil!" Umpat Rafka.

"Lebih baik tengil daripada songong!" Mayra tidak mau kalah.

"Siapa yang kamu maksud songong?" Rafka mengernyitkan keningnya.

"Siapa lagi kalau bukan Aa!" Mayra hendak kabur namun Rafka keburu menahan lengannya.

"Kamu fikir kamu bisa kabur?" Rafka tersenyum sinis.

Mayra memberontak hingga ia terjatuh di atas tubuh Rafka karena Rafka tak berdaya menahan Mayra yang memberontak dengan kuat dalam kondisinya yang sedang lemah seperti sekarang.