SO 19

Tiga puluh menit berlalu, Elina, Lastri juga Hiroshi. Menunggu di luar kamar selama Dokter mengangkat peluru yang bersarang di punggung Rayden.

"Hiroshi, sebenarnya apa pekerjaan tuan Ray? Kenapa dia tertembak?"

Untuk pertama kalinya, Elina bertanya tentang pekerjaan pria yang selama ini menjadi majikannya. Namun Hiroshi enggan memberitahu Elina tanpa seizin Rayden.

"Aku tidak tahu, Nona," jawab Hiroshi.

"Kau sama bodohnya seperti aku," sahut Elina tertawa kecil mentertawakan dirinya sendiri. Lastri, sahabatnya hanya diam saja mendengarkan semua celotehan Elina. Sesekali Lastri menggelengkan kepalanya.

Tak lama kemudian, suara pintu kamar dibuka dari dalam. Nampak Dokter keluar dari kamar menghampiri mereka bertiga.

"Bagaimana Dok?" tanya Hiroshi.

"Tuan Ray baik baik saja, sekarang sedang istirahat."

"Terima kasih Dokter." Elina membungkukkan badan sesaat.

"Sama sama Nona."

Dokter membungkukkan badannya sesaat, lalu berpamitan untuk kembali pulang di antarkan Hiroshi. Sementara Lastri kembali ke dapur untuk membuatkan makan malam Rayden.

Perlahan Elina mengetuk pintu lalu membukanya. Ia berdiri tegap di ambang pintu kamar menatap ke arah Rayden yang tengah duduk di atas tempat tidur.

Elina memang tidak tahu apa apa, bahkan ia tidak tahu apa pekerjaan majikannya itu.

"Tuan baik baik saja?" tanya Elina masih berdiri di ambang pintu menatap ke arah Rayden yang tengah melamun.

"Elina, kemarilah!" perintah Rayden.

"Baik tuan."

Elina berjalan menghampiri Rayden, berdiri tegap. Namun Rayden menarik tangan Elina supaya duduk di sebelahnya.

"Duduklah, kau tunanganku. Bukan pembantuku lagi."

Elina hanya diam mengikuti perintah Rayden tanpa bisa mengerti apa yang di ucapkannya.

"Tuan tidak apa apa?" Elina mengulang pertanyaannya.

"Elina, aku-?"

Rayden terdiam cukup lama, memperhatikan wajah Elina. Ia teringat kejadian tadi siang, saat ia menjalankan misinya. Seharusnya ia pulang cepat karena pekerjaan itu mudah ia lakukan. Tetapi pekerjaannya menjadi sulit, karena ada pihak lain yang menginginkan nyawa Rayden. Ia sendiri belum tahu siapa dalang di balik itu semua, bahkan ia belum tahu apa motifnya. Apakah ada pengkhianatan? atau ada pihak lain?

"Tuan kenapa bengong?" tanya Elina membuyarkan lamunan Rayden.

"Tidak apa apa, Elina."

Rayden menarik tangan Elina supaya duduknya lebih dekat dengannya.

"Ada apa tuan?"

"Elina, aku mau kita menikah secepatnya," pinta Rayden.

"Menikah?" tanya Elina.

"Apa yang salah dengan permintaanku, Elina?" Kedua alis Rayden saling bertaut menatap wajah gadis di hadapannya.

"Tuan, aku tidak mengerti semua yang tuan katakan. Tapi kalau untuk menikah, aku tidak bisa tuan." Elina menundukkan kepalanya sesaat.

"Kenapa Elina?"

"Aku punya orang tua, aku harus ini, aku harus itu. Aku harus bla bla bla bla..." Elina menjelaskan panjang lebar tentang aturan menikah di kampungnya. Membuat Rayden berkali kali berdecak kesal mendengarkan Elina yang bercerita panjang lebar tentang adat istiadat di kampungnya yang harus di lakukan sebelum pernikahan di mulai.

"Elina cukup!!" seru Rayden kesal.

"Tapi tuan, itu aturannya yang harus tuan lakukan sebelum-?" Elina tidak melanjutkan kata katanya.

"ELINA HENTIKAN!" Pekik Rayden semakin kesal.

Elina tertawa kecil, berdiri tegap lalu membungkukkan badannya sesaat.

"Syukurlah tuan, kau sudah kembali sadar."

"Kau pikir aku gila?" timpal Rayden kesal.

"Aku tidak tahu tuan, tapi akhir akhir ini tuan sering bicara dan bersikap aneh," jawab Elina.

"Elina itu bukan keanehan, tapi cinta!" seru Rayden kesal.

"Cinta?"

Rayden menganggukkan kepalanya, tersenyum tipis menatap wajah gadis di hadapannya tengah menggaruk kepalanya sendiri.

"Sudahlah, lupakan Elina. Kau hanya membuatku kesal saja."

Rayden menarik selimutnya, lalu ia tutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. "Kembali saja ke kamarmu, Elina."

"Baik tuan."

Elina memutar tubuhnya, beranjak pergi meninggalkan kamar pribadi Rayden.

"Elina?" Rayden menyibakkan selimutnya.

"Elinaaaaa! kenapa kau sebodoh itu!!! pekik Rayden kesal.

"Aaarrrgghh dasar gadis bodoh! bodoh! bodoh!

"Kau sama sekali tidak mengerti Elina!

Sementara Elina tidak benar benar pergi, ia masih berdiri di depan pintu kamar, mendengarkan semua umpatan yang di ucapkan pria itu untuk dirinya.

"Benarkah tuan mencintaiku? tapi apa cinta itu? atau sekedar obsesi saja?" gumam Elina pelan.

Terpopuler

Comments

lie

lie

naaah kan tuh ..ngarti obsesi..Elina gak Bodoh tapi topeng doang buat menyelamatkan diri

2021-08-25

0

Zarida Jennifer

Zarida Jennifer

elina no school emg ngerti obsesi??!!

2021-07-18

0

Emilia Santi Mus

Emilia Santi Mus

thor...elina jg jgn terlalu bego kali..lah,jadi ga seimbang dgn majikannya yy sangat pintar itu

2021-03-19

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!