Dua hari sebelum misi di lakukan, malam ini Rayden sudah bersiap untuk pergi bertemu dua rekannya di kediaman Antonio. Sejak Elina tidak ada di rumah, hari harinya ia habiskan di kelab malam.
Tak butuh waktu lama, Rayden sudah sampai di kediaman Antonio. Ia kembali di kejutkan dengan kehadiran Mei Shin.
"Sejak kapan Mei Shin ikut terlibat? ada apa ini?" tanya Rayden dalam hati.
"Mei Shin?" sapa Rayden.
"Hai," sahut Mei Shin duduk manis di sebelah Alan.
Rayden duduk di sofa menatap Antonio, ada keinginan untuk bertanya tentang Elina. Namun ia urungkan, karena sudah pasti Antonio sudah melenyapkan gadis itu.
"Bagaimana Ray?" tanya Antonio.
"Semua sudah siap, tinggal menunggu hari yang sudah di tentukan," jawab Rayden menatap wajah Antonio terlihat tidak fokus. Seperti ada yang di cemaskan olehnya.
"Aku harap, kali ini tidak gagal seperti tahun lalu." Alan menimpali. Sebagai ketua dari misi yang akan di kerjakan Rayden dan Antonio, dia meminta semua pekerjaan di lakukan dengan sempurna.
"Tunggu, beri aku penjelasan. Bagaimana Mei Shin bisa ikut terlibat dalam misi ini?" tanya Rayden.
Alan tertawa kecil menanggapi pertanyaan Rayden.
"Di sini, aku lah ketuanya. Jadi, aku yang menentukan siapa saja yang boleh terlibat."
"Berarti kau sudah keluar dari kesepakatan kita bertiga," sela Rayden.
"Mei Shin sudah masuk dalam organisasiku, Ray," bela Alan lagi.
"Oke." Rayden menatap tidak suka ke arah Mei Shin dan Alan. Ia merasa ada yang aneh dengan mereka berdua.
"Tenanglah, jangan ada keributan. Sebaiknya kita kaji ulang persiapan yang sudah kau lakukan," potong Antonio.
"Ide bagus," sahut Alan.
Rayden mengeluarkan dokumen berikut peta lalu di letakkan di atas meja. Ia mulai menjelaskan apa apa saja yang harus di lakukannya atau Antonio. Saat mereka tengah fokus mendengarkan penjelasan Rayden. Tiba tiba mereka di kejutkan dengan suara teriakan yang sangat familiar di telinga Rayden.
"Tuaaaaan! akhirnya kau menjemputku!"
"Bodoh! bagaimana bisa dia keluar dari ruang bawah tanah!" rutuk Antonio dalam hati menatap ke arah Elina yang berlari menghampiri Rayden.
Sementara Alan dan Mei Shin tercenung sesaat, bagaimana bisa Antonio membiarkan gadis itu dalam keadaan baik baik saja.
"Elina?kau-?" Rayden tidak melanjutkan ucapannya.
"Tuan, aku menunggumu. Kenapa kau baru menjemputku? aku kangen mbak Lastri, aku kangen tuan juga." Senyum Elina mengembang memeluk tubuh Rayden dengan spontan, membuat Mei Shin membuang mukanya ke samping.
"Elina, aku-?" rasanya ia ingin membalas pelukan Elina, rasa rindu yang di ucapkan Elina sama seperti yang ia rasakan. Namun ia tidak ingin terlihat bodoh di mata Alan dan Antonio.
"Kalian bilang, Elina sudah di lenyapkan?" tanya Rayden dakam bahasa asing.
"Antonio? jelaskan!" tanya Alan tidak suka melihat Antonio tidak fokus sesuai kesepakatan.
"Aku sudah berusaha melenyapkannya, tapi-?"
"Tapi apa?" potong Alan.
Antonio terdiam, ia tidak mungkin menjelaskan pada mereka semua. Ia mulai menyukai Elina dan tak mampu melukainya.
"Bodoh! melakukan pekerjaan itu saja kau tidak becus, ada apa denganmu Antonio?!" tanya Alan tidak mengerti, lalu ia berjalan mendekati Elina yang tengah memeluk Rayden. Menarik paksa tangan Elina menjauh dari Rayden.
"Kalau kau tidak mampu membunuhnya, biar kulakukan sendiri."
"Tuan? kau mau apa?" tanya Elina sama sekali tidak mengerti dengan bahasa yang mereka pergunakan.
"Diam!" seru Alan.
"A, appa?" ucap Elina kelu saat melihat Alan mengeluarkan senjata apinya lalu di arahkan ke wajahnya.
"Alan! kau tidak perlu membunuhnya, dia benar benar gadis bodoh! bela Antonio.
Alan menoleh sesaat ke arah Antonio, lalu kembali menatap tajam wajah Elina.
" Apa maksudmu?" tanya Alan.
"Jadikan dia pengikut, aku yakin dia tidak tahu apa apa!" bela Antonio lagi, membuat Rayden mengerutkan dahi tidak mengerti dengan pembelaan Antonio untuk Elina.
"Elina, kau punya dua pilihan. Ikut. Bergabung bersama kami atau kau kulenyapkan." Senyum seringai menghiasi bibir Alan membuat gadis itu begidik.
Sesaat Elina terdiam, detik berikutnya ia menentukan pilihan yang di pilihkan Alan. Meski ia tidak mengerti apa maksud dari pilihan itu. Dengan spontan dan senyum mengembang, tangannya terulur menunjuk ke arah Rayden.
"Aku ikut bersama majikanku!"
Alan dan Antonio menoleh ke arah Rayden.
"Kenapa kau memilih Rayden?" sela Antonio tidak suka.
"Dia majikanku, jadi aku harus ikut dia!" ungkap Elina jujur.
"Aku tidak setuju!" potong Mei Shin. "Gadis bodoh ini tidak boleh bergabung dengan Rayden. Lebih baik dia di lenyapkan!"
"Kenapa?" tanya Rayden.
"Apa kalian sudah gila? dia gadis bodoh dan ceroboh, itu yang kutahu selama bekerja di rumah Rayden. Jika dia ikut bergabung bersama kalian, apa itu tidak akan menimbulkan masalah?"
Alan dan Antonio saling pandang sesaat, lalu menatap ke arah Elina yang termangu tidak mengerti dengan ucapan mereka.
"Kau benar Mei, sebaiknya gadis ini kulenyapkan, masalah selesai."
"Klik!"
Alan menarik pelatuk senjata api di tangannya, namun Rayden mencegahnya. Ia berdiri di depan Elina menghadap ke arah Alan.
"Tidak, kau tidak bisa membunuhnya. Elina tidak tahu apa apa dan dia menjadi tanggung jawabku."
"Apa maksudmu?" tanya Alan menurunkan senjata apinya.
"Elina biar menjadi tanggungjawabku, kalian tidak perlu khawatir. Elina tidak akan membuat kekacauan." Rayden menghela napas panjang, ia tidak perduli lagi apa penilaian kedua rekannya. Rayden tidak mau kehilangan Elina untuk yang kedua kalinya. Satu hal yang ia sadari, kalau dirinya sangat membutuhkan kehadiran Elina di sampingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Zarida Jennifer
bnr2 gadis desa bodoh tp lucuuuu 🤣🤣🤣
2021-07-18
0
Citra Anggri
bagus Elina kau pilih rayden aku setujuuuu 😘😘😘
2021-02-13
1
🦃💎⃞⃟вѕᷞFLANILAᵃᵈʰʸⁿ🐁
lanjut mak...
2021-02-13
1