Rayden sama sekali tidak mengerti, mengapa gadis seceroboh Elina bisa bekerja di rumahnya. Kini masalahnya sudah beda, kalau cuma dirinya masih bisa membungkam mulut Elina. Tetapi berbeda dengan kedua rekannya itu, mereka tidak akan mau tahu. Siapa saja yang mengetahui misi itu, di luar organisasinya maka hukumannya adalah mati. Atau menjadi pengikut untuk seumur hidup.
Rayden duduk di sofa menatap tajam Elina yang berdiri di hadapannya dengan raut wajah polosnya.
"Tuan, apa yang harus aku lakukan? sampai kapan aku berdiri seperti ini?" tanya Elina sesekali mengangkat kakinya lalu menggaruknya karena merasakan gatal dan pegal, sudah sejak lama berdiri.
Namun Rayden enggan menjawab tanya Elina. Ia terus memandang wajah Elina yang polos. Berkali kali ia menarik napas panjang, memikirkan bagaimana caranya meloloskan Elina dari kedua rekannya itu. Namun tetap saja hasilnya nihil, akhirnya ia memutuskan menyerahkan keputusan pada ke dua rekannya nanti..
"Elina."
"Ya tuan?" sahut Elina, dengan raut wajah cemberut.
"Kembali ke kamarmu."
"Baik tuan!" ujar Elina senang. Membungkukkan badan sesaat lalu melangkahkan kakinya kembali menuju kamarnya.
***
keesokan paginya, Elina bangun lebih awal karena ia tidak dapat menejamkan matanya semalaman.
"Elina kau kenapa?" tanya Lastri memperhatikan wajah Elina yang terlihat kusut.
"Tidak apa apa mbak, aku hanya kurang tidur semalam," jawab Elina duduk di kursi memperhatikan Lastri membersihkan meja.
"Kalau kurang enak badan, kau istrahat saja El. Biar aku kerjakan semuanya." Tangan Lastri terulur menyentuh kening Elina. "Dingin?"
"Mungkin aku mau mati," sahut Elina tertawa kecil.
"Hei! kalau bicara suka sembarangan!" sungut Lastri.
"Maaf mbak.."
"Elina!"
Elina dan Lastri menoleh ke arah pintu, nampak Rayden tengah berjalan menghampiri bersama dua pria kekar di belakangnya.
"Ya tuan!"
Elina berdiri di samping Lastri, keduanya membungkukkan badannya sesaat.
"Elina, sekarang juga kau ikut bersama mereka." Rayden menoleh ke arah dua pria di belakangnya.
"Kemana tuan?" tanya Elina.
"Untuk sementara kau pindah bekerja di rumah temanku, nanti kau kembali lagi ke sini," ucap Rayden menatap wajah Elina.
"Baik tuan!"
"Cepat, kau ikut mereka." Rayden menarik tangan Elina supaya mengikuti langkahnya keluar rumah di ikuti dua pria tadi.
"Tuan, apa kau juga ikut bersamaku?" tanya Elina tengadahkan wajahnya menatap Rayden.
"Aku akan menjengukmu tiap hari."
"Tuan tidak bohong?" tanya Elina menghentikan langkahnya.
"Aku janji," kata Rayden.
"Janji?" Elina mengulurkan jari kelingkingnya pada Rayden.
"Apa ini?"
"Janji kalau tuan tidak bohong, tuan akan menjemputku pulang!" jelas Elina tertawa kecil.
"Ah, baiklah. Aku berjanji." Rayden mengikuti permintaan Elina, ia tautkan jari kelingkingnya di jari Elina. "Aku berjanji akan menjemputmu."
"Terima kasih tuan!" senyum Elina mengembang lalu ia kembali melangkahkan kakinya mengikuti dua pria tadi masuk ke dalam mobil.
"Bisa bisanya gadis bodoh itu percaya ucapanku," gumam Rayden dalam hati. Ia melambaikan tangannya saat Elina melambaikan tangan ke arah Rayden.
"Tuan! jemput aku lagi ya!" seru Elina saat mobil mulai melaju meninggalkan rumah Rayden.
"Tuan, Elina mau di bawa kemana?"
Rayden menoleh ke belakang menatap Lastri sahabat Elina.
"Jangan banyak tanya, kau kembali bekerja!" perintah Rayden.
"Tapi tuan-?"
"Kembali bekerja atau aku memotong gajimu."
"Baik tuan."
Lastri menundukkan kepala sesaat, lalu kembali masuk ke dalam rumah. Sementara Rayden masih berdiri terpaku di halaman rumahnya.
"Ah sudahlah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
🦃💎⃞⃟вѕᷞFLANILAᵃᵈʰʸⁿ🐁
lanjut
2021-02-02
1
nina niawati
janji
2021-01-02
2
Patma Doremi
lumayan
2020-12-24
0