Malam ini Rayden mengajak Elina makan malam di luar. Ia ingin malam ini menjadi malam istimewa, untuk pertama kali Rayden merasakan jatuh cinta terhadap seorang wanita. Dan wanita itu asisten rumah tangganya sendiri, gadis kecil lugu dan polos. Tapi Rayden menganggapnya bodoh dan ceroboh.
"Tuan, kita pergi ke mana?" tanya Elina menoleh ke arah Rayden yang duduk di sampingnya.
"Kita makan malam Elina."
"Makan?" Elina langsung memegang perutnya yang rata, tersenyum membayangkan makanan yang enak enak. Rayden melirik ke arah Elina, menggelengkan kepalanya.
"Ya Tuhan, apa tidak ada yang salah dengan otakku? bisa bisanya aku menyukai gadis bodoh seperti Elina," ucapnya pelan. Namun jelas terdengar oleh Elina.
"Aku mendengarnya tuan!" sahut Elina.
Rayden tertawa kecil, mencubit gemas hidung Elina.
"Ya, kau memang bodoh Elina."
"Tuan aku tidak bodoh, Ibuku bilang kalau aku itu masa bodoh dan sedikit kurang pintar."
"Hahahahaha! Rayden tertawa terbahak bahak mendengar penuturan Elina.
"Hahahaha!"
Melihat Rayden tertawa, Elina ikut tertawa mentertawakan sesuatu yang tidak dia mengerti. Kepolosan, ketulusan, itu yang di butuhkan. Bukan kepura-puraan, pura pura pintar hanya untuk menarik simpati orang lain.
Sepanjang perjalanan, Rayden tidak berhenti tertawa karena tingkah dan ucapan konyol Elina. Hingga tak terasa mereka telah sampai di halaman sebuah restoran mewah.
"Elina, kita sudah sampai."
Rayden keluar dari pintu mobil di susul Elina.
"Tuan, kita makan di sini?" tanya Elina.
"Iya Elina," jawab Rayden lalu menggenggam tangan Elina, melangkahkan kakinya. Namun baru saja beberapa langkah. Mereka berpas pasan dengan Mei Shin juga Alan yang baru saja keluar dari dalam Restoran.
"Ray?" sapa Mei Shin menatap Rayden sekilas, lalu menatap Elina dengan tatapan benci. "Kau makan malam dengan pembantumu yang bodoh ini?" ejek Mei Shin. Tertawa mencemooh di ikuti Alan.
Rayden melirik ke arah Elina yang terlihat santai, sama sekali tidak terpengaruh oleh ucapan Mei Shin.
"Jaga ucapanmu Mei, aku mau mengajak siapapun itu bukan urusanmu." Rayden membela Elina.
"Sejak kapan kau menyukai gadis seperti dia? apa wanita-wanita di outfit sudah tidak membuatmu berselera Ray?" sindir Alan.
"Tutup mulutmu, Elina tidak bisa di samakan dengan wanita wanita itu!" ucap Rayden kesal.
"Hei tuan, jangan marah. Biarkan saja mereka mau bicara apa. Mulut mulut mereka kok, ayo kita masuk. Aku sudah lapar!" sela Elina.
"Kau benar Elina, ayo kita masuk."
Rayden melangkahkan kakinya berjalan bersama Elina memasuki restoran. Mei Shin hatinya terbakar cemburu melihat perlakuan istimewa Rayden pada Elina. Sebelumnya, Ray tidak pernah memperlakukan Mei Shin seperti itu, meskipun semua yang Mei Shin miliki ia tawarkan. Rayden tetap menolaknya, bahkan cintanya pun Rayden tolak.
"Aku benci gadis itu!" sungut Mei Shin.
"Mei Shin, apa yang harus kulakukan supaya kau tidak kesal?" tanya Alan.
"Aku mau gadis itu mati saja!" sungut Mei Shin.
"Kalau gadis itu mati, kau kembali pada Rayden. Begitu?" tanya Alan.
"Ah tidak Alan, mana mungkin aku kembali pada Rayden?" kedua tangan Mei Shin melingkar di leher Alan.
"Lalu?"
"Aku hanya ingin membalaskan rasa sakit hatiku, atas penolakan dan penghinaan yang di lakukan Rayden padaku juga Ayahku," ungkap Mei Shin.
"Tenang Mei Shin, apapun akan kulakukan untukmu. Tapi tidak sekarang, ada waktunya." Alan mengecup pipi Mei Shin sekilas.
"Janji?
" Ya, aku janji."
Mei Shin tersenyum, membayangkan Elina mati. Kemudian mereka masuk ke dalam mobil meninggalkan halaman restoran.
Sementara Rayden dan Elina tengah asik berbincang sembari menikmati makan malamnya. Setelah selesai makan, Rayden mengeluarkan kotak kecil dari dalam saku bajunya.
"Apa itu tuan?" tanya Elina menatap kotak kecil di tangan Rayden.
"Elina, ini cincin tunangan. Aku ingin kau memakainya sebagai pengikat kalau kau milikku."
Rayden mengeluarkan dua buah cincin lalu ia berikan satu buah ke Elina.
"Buat apa tuan?" tanya Elina lagi.
"Pakaikan di jari manisku." Perintah Rayden.
Elina menganggukkan kepalanya, lalu cincin itu ia sematkan di jari manis Rayden.
"Sekarang giliranmu, sayang."
"Sayang? tuan panggil sayang siapa?" Elina menoleh ke kiri dan ke kanan.
Rayden berdecak kesal. "Sudahlah tidak penting, ayo kemarikan tanganmu."
Elina mengulurkan tangannya, mengikuti perintah Rayden. "Ini tuan."
"Kau milikku Elina, hari ini dan selamanya, seumur hidupku dan hidupmu."
Elina mengerutkan dahi menatap bibir Rayden, coba mencerna kata katanya. Namun tetap saja ia tidak mengerti. Ia alihkan pandangannya pada cincin yang sudah tersemat di jari manisnya. Terdapat ukiran nama 'Rayden'
Elina tertawa kecil hendak mencopot kembali cincin itu dari jarinya. Namun Rayden mencegahnya.
"Jangan kau lepas sampai kapanpun Elina!"
"Tapi tuan, cincin ini tertukar, lihat! di sini ada nama tuan. Pasti cincin di jari tuan ada namaku," ungkap Elina.
"Haduh Elina." Rayden menarik napas panjang. "Aku sengaja Elina, biar kau selalu mengingat namaku."
Elina terdiam sesaat. "Baiklah tuan."
Rayden meraih tangan Elina dan meremasnya pelan. "Elina, berjanjilah padaku."
"Janji apa tuan?" tanya Elina.
"Berjanji, kalau kau tidak akan pernah meninggalkanku."
"Aku berjanji tidak akan meninggalkan tuan!" sahut Elina tertawa kecil.
"Terima kasih Elina."
Elina hanya menganggukkan kepala, meski ia tidak mengerti. Dan Rayden pun tahu kalau Elina tidak mengerti apapun yang ia ucapkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Dwi Rahayu
kocak bangt siih Elina....polos ...lugu bodoh siiih 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2021-08-28
0
lie
aduh melayang nih..beruntung si Elina...dicintainmajikannya makasihbottor
2021-08-25
0
Zarida Jennifer
elinaaaa.....🤣🤣🤣
2021-07-18
0