SO 18

Hari eksekusi misi di lakukan.

Pagi pagi sekali Rayden sudah bangun lebih awal dari pada Elina atau Lastri. Ia tengah menyiapkan senjata ataupun perlengkapan yang di butuhkan untuk menjalankan misinya. Setelah semua di rasa cukup, Rayden menemui Elina di kamarnya yang masih tertidur pulas.

Rayden duduk di tepi tempat tidur memperhatikan wajah Elina sesaat, tangannya terulur membenarkan rambut yang menghalangi wajahnya. Mengusap lembut pipi Elina, dan ia pun tersenyum.

"Elina, entah kapan datangnya rasa ini. Aku sangat menyayangimu Elina."

"Cup!"

Rayden mengecup kening Elina dengan dalam, penuh dengan perasaan. Tiba tiba tangan Elina bergerak menepis wajah Rayden. Matanya masih terpejam, dari bibirnya terucap kata kata yang di tujukan pada Rayden.

"Sana jangan ganggu aku."

Rayden tertawa kecil, memperhatikan Elina. Setelah puas menatap wajahnya, ia bangkit lalu kembali meninggalkan kamar Elina mengumpulkan anak buahnya. Salah satunya anak buah sekaligus orang kepercayaan Rayden.

"Tuan, kau memanggilku?" tanya Hiroshi berdiri di hadapan Rayden.

"Jangan izinkan siapapun masuk tanpa seizinku, jaga Elina dengan baik. Tidak hanya Elina tapi juga Lastri." Perintah Rayden.

"Baik tuan!" sahut Hiroshi membungkuk hormat sesaat.

Kemudian Rayden meninggalkan rumah dengan tenang.

**

Tiga puluh menit sepeninggal Rayden. Nampak Elina terlihat tergesa gesa menuruni anak tangga, menghampiri Hiroshi yang masih berdiri di ambang pintu.

"Hei, apa kau melihat tuan Rayden?" tanya Elina.

"Hiroshi, Nona."

"Aku tidak bertanya Hiroshi, yang aku tanyakan tuan Ray. Apa kau tahu dia di mana?" Elina membulatkan matanya menatap Hiroshi.

"Tuan Ray baru saja pergi nona."

"Bilang dari tadi, bukannya bicarain Hiroshi," sungut Elina kesal.

Hiroshi mengerutkan dahi menatap Elina yang berlalu dari hadapannya menuju ruang memasak. Tak lama Hiroshi menyusul Elina dan berdiri tak jauh dari tempat Elina berdiri. Memperhatikan Elina membersihkan meja lalu membuat sarapan. Terkadang Hiroshi mengerutkan dahi, terkadang ia mengangkat bahunya sendiri, kadang dia tersenyum sendiri memperhatikan Elina yang bekerja sambil bicara sendiri. Di sela sela pekerjaannya Elina bersiul kadang juga menyanyikan macam macam lagu yang Hiroshi tidak pahami.

Menyadari ia di perhatikan, Elina menoleh ke arah Hiroshi yang masih berdiri di tempatnya. Perlahan Elina menghampiri dan bertanya.

"Hei, apa kau baik baik saja?" tanya Elina.

"Hiroshi, Nona."

"Aku tidak tanya Hiroshi, aku tanya kau!" tunjuk Elina ke dada Hiroshi.

Hiroshi mengerutkan dahi, ia sama sekali tidak mengerti maksud Elina. Cukup lama ia terdiam, mungkin ada yang salah cara ia menyampaikan namanya pada Elina.

"Hei, kenapa kau bengong!" seru Elina.

"Nona, namaku Hiroshi."

"Ooooh, namamu Hiroshi? bilang dong dari tadi. Buat aku pusing saja," timpal Elina sembari menepuk keningnya sendiri.

Hiroshi kembali tertawa kecil, kini ia mengerti. Kalau Elina butuh bahasa yang sederhana untuk menjelaskan.

"Pantas saja tuan Ray sering teriak teriak, ternyata ini penyebabnya," gumam Hiroshi dalam hati. Sambil terus memperhatikan dan menjaga Elina juga Lastri.

Menit berlalu, jam pun berganti. Namun sampai sore hari, Rayden belum juga kembali ke rumahnya. Elina masih menunggu kepulangan Rayden seperti biasa, hingga ia merasa aneh dengan sikap Hiroshi yang tak berhenti mengikuti kemanapun Elina pergi. Kecuali ke kamar pribadinya.

"Hiroshi, apa kau tidak punya pekerjaan lain selain mengikutiku?" tanya Elina bingung.

"Tidak ada Nona, ini perintah tuan Ray," jelas Hiroshi.

"Hei, aku bukan pencuri. Jadi, kau tidak perlu mengawasiku. Lagipula aku mau mencuri apa di sini? guci? barang barang berat itu? tunjuk Elina ke arah barang barang antik yang berjajar di ruang tamu.

"Bukan begitu nona, ini perintah tuan Ray," sahut Hiroshi.

"Kalian benar benar aneh!" sungut Elina.

Hiroshi hanya menggelengkan kepalanya menatap punggung Elina yang berlalu di hadapannya.

"Gadis aneh," gumam Hiroshi pelan.

Waktu terus berajalan, jam dinding menunjukkan pukul 19,30. Elina duduk di kursi menghadap pintu keluar yang tertutup, tempat ia biasa menunggu Rayden pulang hingga tertidur pulas. Tak jauh dari tempat Elina duduk, dengan setia Hiroshi menjaga Elina.

Berkali kali Elina menguap, matanya mulai terasa berat dan mengantuk. Baru saja ia menejamkan matanya.

"Brakk!"

Mata Elina kembali terbuka saat mendengar suara pintu di buka dengan paksa, nampak Rayden berdiri di ambang pintu. Berjalan menghampiri. Pakaiannya terdapat noda darah, membuat Elina dan Hiroshi terkejut.

"Tuan!" pekik Elina bersamaan dengan Hiroshi yang berlari menghampiri Rayden.

"Tuan, apa yang terjadi?" tanya mereka berdua bersamaan.

"Aku tidak apa apa Elina," jawab Rayden tersenyum menatap wajah Elina terlihat cemas.

"Tidak apa apa? kau terluka tuan." Tangan Elina memegang lengan Rayden.

"Aku panggil Dokter!" sela Hiroshi

"Tuan, ayo ke kamarmu."

Terpopuler

Comments

🦃💎⃞⃟вѕᷞFLANILAᵃᵈʰʸⁿ🐁

🦃💎⃞⃟вѕᷞFLANILAᵃᵈʰʸⁿ🐁

lanjut mak

2021-02-13

2

sefri

sefri

mana lanjutannya beb

2020-12-27

2

april ariyanto

april ariyanto

Elina elina

2020-12-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!