"M-mas…" bisik Bianca gemetaran ketika mendapati tubuh kekar Rava yang kini berada di atasnya.
Whuuu~ demi readers tercinta bagian ini author naikin dikit rated-nya hohohoo~. Tapi dikit aja…
"Bi…" Rava meletakkan ujung jarinya di bibir Bianca. Posisi keduanya kini saling bertindihan, seperti posisi roti dan daging pada burger *wkwk..apaan sih? Abaikan*.
Dengan lembut dan penuh perasaan Rava menggerakkan jemarinya yang berada di atas bibir Bianca. Merasakan betapa kenyal dan lembutnya bibir gadis cantik yang kini berada di bawahnya.
Oke, jari cukup. Sekarang giliran bibirnya yang merasakan kekenyalan itu.
Namun sebelum Rava meraih bibir Bianca, sepasang tangan menahan bahunya.
"Mas… aku Bianca, bukan Mirai" bisik Bianca lirih dengan wajah penuh dengan rona merah.
Biar bagaimana juga dia masih takut kalau sentuhan kali ini pun ditujukan pada cinta pertama suaminya itu.
Rava tersenyum tipis, "Aku tahu" bisiknya lembut dan kembali merendahkan tubuhnya.
Tangan Rava menopang tubuhnya di sisi kiri-kanan tubuh Bianca. Sementara tangan Bianca meremas erat kaus Rava di bagian dada.
Senyum tipis bermain di wajah Rava ketika melihat Bianca memejamkan matanya rapat-rapat.
Oh, sungguh dia sangat menyukai raut malu-malu Bianca yang seperti ini. Pendaratan pertama bibir Rava adalah di bandara Soekarno-Hatta *plakk!* *ehem..mari kita ulang*
Pendaratan pertama bibir pria tampan itu adalah di kedua kelopak mata Bianca. Perlahan Rava menurunkan bibirnya hingga kini berada di puncak hidung bangir Bianca. Dengan lembut dan penuh perasaan Rava mengecup bagian itu dan tidak lupa sebuah gigitan lembut di bagian yang sama.
Sebelah tangan Rava yang tadinya digunakan untuk menopang tubuhnya mulai menyelinap ke balik pinggang Bianca dan merengkuh tubuh kecil itu. Sedangkan tangan yang satu lagi masih tetap dengan tugasnya menopang tubuh Rava.
Kini ciuman Rava bergulir ke pipi kanan Bianca. Dengan pelan Rava menggesekkan bibirnya di pipi halus Bianca.
"Emmmhh~" Bianca melenguh pelan. Tangannya yang semula berada di dada Rava mulai berpindah melingkari leher Rava. Bisa dirasakan Bianca 'sesuatu' yang keras dari Rava menekan perutnya. *author merinding sendiri*
Bianca kembali mendesah pelan ketika merasakan Rava menjilat bagian belakang telinganya. Rava tersenyum, sepertinya dia mendapatkan salah satu titik sensitif Bianca.
Kembali Rava memindahkan lokasi jajahan bibirnya. Dan lokasi selanjutnya adalah bibir mungil yang sangat menggoda itu.
Perlahan namun pasti Rava memagut bibir kenyal itu. Semuanya Rava lakukan dengan begitu lembut. Pria itu tersenyum tipis ketika merasakan Bianca mulai membalas ciumannya.
Walau masih sangat kaku, namun Bianca berusaha sebaik mungkin membalas ciuman sang suami.
Lama mereka berciuman. Bianca yang awalnya masih kaku kini mampu membalas ciuman Rava dengan sangat baik, membuat keduanya saling berusaha mendominasi.
Sementara bibirnya menunaikan tugas dengan sangat baik, tangan Rava juga tidak mau diam. Tangan yang tadinya menopang tubuhnya, kini memulai perjalanan baru.
Tangan besar Rava menelusup masuk menyentuh kulit punggung Bianca yang halus. Dan Rava agak terkejut ketika merasakan tubuh dibawahnya tersentak. Satu lagi titik sensitif seorang Bianca.
Dengan sangat lembut Rava mengusap dari pinggang hingga ke punggung Bianca. Puas dengan area itu, Rava lalu menggerakkan tangannya menuju arah lain.
'Atas atau bawah?' pikir Rava kalap. Namun berkat dukungan dari author serta readers, Rava menggerakkan tangannya ke atas. Mengusap dengan lembut payudara Bianca yang masih terbungkus bra. Membuat Bianca semakin tersentak tidak karuan. Sensasi ini baru pertama kali Bianca rasakan.
Bianca menahan napasnya. Ciumannya dengan Rava sudah tidak seganas tadi, Rava hanya mengisap-isap bibirnya pelan. Kelihatan sekali kalau sekarang Rava sedang konsentrasi dengan salah satu tangannya yang kini sudah berada di balik punggung Bianca, hendak membuka kait bra Bianca.
Perlahan tapi pasti Rava berhasil melepaskan kait itu. Bianca semakin blingsatan ketika merasakan tangan hangat Rava semakin dekat dengan payudaranya. Sedikit lagi. Bianca mengeratkan pelukannya ke leher Rava. Sedikit lagi, hanya tinggal sedikit lagi. Lalu…
'sreet'
Rava menarik tangannya dari balik baju Bianca dan menegakkan tubuhnya.
"M-mas…?"
Rava menatap raut memelas Bianca. Wajahnya yang memerah dan tatapan matanya yang sayu. Belum lagi desah kecewa yang meluncur dari bibir yang masih basah itu. Rava lalu mengulurkan tangannya dan mengusap sekitar bibir Bianca yang basah, "Sudah malem, tidur sana"
Tanpa banyak tanya Bianca langsung bangkit untuk membereskan buku-bukunya lalu berlari ke kamarnya. Meninggalkan Rava yang menghela napas.
"Huft… hampir aja…" bisik Rava lirih sambil meremas rambutnya. Kalau tadi ia sampai menyentuh Bianca lebih dalam lagi, ia yakin tidak akan bisa berhenti lagi setelah itu.
Di mata Rava, Bianca masihlah seorang anak kecil terlebih Bianca adalah siswanya sendiri meski ia sudah menikahinya. Tapi tetap saja sebagai seorang guru, Rava memiliki kode etik yang tidak boleh dilanggar dan ia memegang teguh prinsipnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
HR Collection
apaan sih..
2022-04-20
0
Reny Widyastuti
aduhh emang enak cm di PHP i terus
2021-08-01
1
ೄྀ܀cInTa𖤝✒𝄞
author mernding, gue yg baca cini lbih mernding dn tegang
hhehe... wkwkw
2021-03-03
0