Rava mengernyitkan dahinya bingung. Pria itu kemudian melihat majalah yang baru saja dilemparkan Yoga. Dan reaksinya adalah matanya membulat lebar dengan rona merah menjalar diwajahnya.
Betapa tidak. Cover majalah itu sangat berani. Seorang wanita berambut lurus pendek seleher mengenakan bikini minim berwarna putih dan agak transparan.
Memamerkan kulit putihnya dengan sangat jelas, walau bagi Rava kulit Bianca jauh lebih indah dari wanita itu. Wanita yang sepertinya keturunan Jepang itu menyenderkan tubuhnya pada batang pohon kelapa. Matanya menatap manja sementara telunjuknya menyentuh bibir pink-nya. Yah… pose minta di-rape lah…
Hanya dari cover-nya tentu readers tahu majalah macam apa itu…
"Ya ampun, Yoga! Kamu bawa majalah kayak gini ke sekolah?"
"Aish Rav, biasa ajalah. Nah pokoknya ikuti saranku tadi, oke?"
"Kamu yakin?" Rava menatap Yoga ragu. Yang ditanya hanya menganggukkan kepalanya mantap.
Kalau dulu Rava tidak peduli apakah Bianca marah padanya atau tidak. Tapi kini Bianca adalah istrinya dan tinggal serumah dengannya. Dan lagi akan seperti apa perasaan Gio kalau melihat papa dan mama-nya diam-diaman begini.
Atas dasar itulah Rava lalu memasukkan majalah dewasa itu ke tas kerjanya.
( YOGA )
***
Bianca menghempaskan badannya ke kasur begitu dia sampai rumah. Rava sendiri masih di sekolah karena ada rapat guru. Perlahan Bianca lalu bangkit dari kasurnya dan mengganti seragamnya dengan baju rumah.
Setelah itu Bianca turun ke bawah. Tidak sengaja mata beningnya menangkap sosok mungil Gio yang tengah membolak-balikkan sesuatu di lantai.
"Sedang apa?" tanya Bianca sambil mendudukkan dirinya disamping Gio.
Bocah kecil nan imut itu menunjukkan sebuah buku cerita dihadapan Bianca, "Tadi Gio dikacih ini cama pak gulu di cekolah, mommy~" gumamnya sambil nyengir lebar.
Bianca hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.
"Mommy… Gio udah bica baca lho" pamer Gio. Sekali lagi dengan cengiran lebarnya.
"Oh ya? Kalau gitu coba baca, Mommy mau denger"
"Um!"Gio mengangguk.
Bocah berusia lima tahun itu lalu membentangkan buku cerita itu di lantai dan membacanya walau agak terbata-bata karena Gio memang belum terlalu lancar membaca.
Bianca yang duduk disebelahnya hanya memperhatikan Gio tanpa suara.
Entah apa yang dipikirkannya hingga Bianca kemudian memeluk Gio dari belakang dan menariknya ke pangkuannya.
"Mommy?"
"Baca aja terus, Mommy penasaran sama ceritanya"
Gio kembali melanjutkan membacanya. Sementara Bianca yang memeluk tubuh mungil bocah itu membenamkan hidungnya ke rambut tebal Gio yang sedikit bergelombang.
Merasakan kehangatan tubuh bocah itu entah kenapa sedikit mengurangi beban pikiran Bianca.
"Aku pulang"
Seketika Bianca menggeram kesal. Baru beberapa detik dia merasakan ketenangan kini orang yang merusak mood-nya sudah pulang.
Rava lalu melangkahkan kakinya ke dalam dan mendapati Bianca sedang bersama dengan Gio, "Bi, aku…"
Langsung saja Bianca melepas pelukannya pada Gio dan pergi menuju kamarnya tanpa sepatah katapun. Wajahnya juga menunjukan aura tak bersahabat. Sementara Gio hanya bergantian memandang pada Rava dan Bianca dengan bingung.
"Mommy kenapa Daddy?" tanyanya polos.
"Nggak apa-apa kok" jawab Rava sekenanya. Pria tampan itu lalu melepas jasnya dan meletakkan tasnya lalu beranjak menyusul Bianca. Meninggalkan Gio yang memandang bingung.
"Giooo~"
Gio menoleh ketika mendengar ada yang memanggilnya, "Yuni!" girang bocah mungil itu.
***
"Bi, please jangan kayak gini" gumam Rava sambil menatap buntalan selimut yang menyembunyikan tubuh Bianca.
Melihat Bianca yang hanya diam, Rava lalu menarik selimut berwarna putih itu kasar.
"Hei, apa maumu sih?" ketus Bianca sambil kembali menarik selimutnya. Namun gagal karena Rava mempertahankan selimutnya.
"Bi, tolong jangan diamkan aku gini. Aku tahu aku salah, karena itu aku minta maaf. Aku nggak mau Gio berpikir yang aneh-aneh kalau ngelihat kita diam-diaman gini"
Bianca hanya menatap Rava kesal. Gadis cantik itu berniat bangkit namun gagal ketika Rava menarik pergelangan tangannya dan membuatnya terhempas ke kasur. Secepat kilat Rava langsung menindih tubuh Bianca, memastikan agar istri cantiknya itu tidak pergi lagi.
Well, sebenarnya tidak menindih sih, Rava menggunakan tangannya untuk menyangga tubuhnya agar tidak terlalu menimpa tubuh Bianca.
"Bian, coba jelasin, kenapa kamu marah sama aku?"
Bianca memalingkan wajahnya. Rasanya tak ingin membahas ini lagi. Biar saja Rava tersiksa dengan rasa penasarannya. Bianca tak perduli.
"Apa karena aku cerita soal Mirai?"
Cepat-cepat Bianca memalingkan wajahnya ke Rava, "Apa maksudmu?"
"Kamu marah sama aku karena aku cerita tentang Mirai. Apa kamu cemburu?"
"A-apa? Kamu ngomong apa sih? M-menyingkir dari tubuhku!" seru Bianca sambil berusaha mendorong bahu Rava. Namun sia-sia saja, karena tidak sedikitpun tubuh kekar pria itu bergeser dari atasnya.
"Nggak akan, sebelum kamu jelasin kenapa kamu ngediemin aku seharian ini"
Bianca bungkam. Gadis cantik itu memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Rava.
"Jadi kamu emang cemburu? Apa itu artinya kamu suka sama aku?"
"Hah? Ng-ngomong apa sih? Kepalamu kebentur ya?" seru Bianca salah tingkah. Wajahnya memerah sempurna dan memancing senyum jahil di wajah tampan Rava.
Pria tampan yang hobi menjahili istrinya ini perlahan merendahkan wajahnya, hingga hidungnya bersentuhan dengan hidung Bianca. Dan segera saja rona merah memenuhi wajah cantik itu.
"Jadi benar kamu suka aku, hemm?"
Mata bening Bianca membulat sempurna. Bianca kemudian mengangkat lututnya dan menghempaskannya ke ************ Rava.
"Aargh!" ringis Rava sambil memegangi selangkangannya. Sementara Bianca tanpa berkata-kata lagi langsung keluar dari kamarnya.
"Haaa~h…" desah Rava sambil merebahkan tubuhnya ke kasur. Ia benar-benar sudah tidak tahu harus bagaimana lagi supaya Bianca mau memaafkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Susi Agustina
ini gak kebalik.. harus ya rava itu Mew... 😆😆
2021-10-04
1
apsari
kalo pak guruny ganteung ganteng gitu biin btah di kls
2021-03-20
0
dewi vs eta Wulan
aku suka bgt nih novel
2021-01-08
1