Matahari bersinar cerah pagi ini dan sedikit berbaik hati membagikan cahayanya pada sebuah kamar. Berkat cahaya matahari itu seorang gadis cantik berambut hitam sebahu terbangun dari tidurnya.
Bianca –gadis itu- menggerakkan otot-otot tubuhnya yang kaku selama tidur. Matanya melirik ke samping dan mendapati seorang pria masih tertidur. Bianca terkikik pelan ketika melihat mulut pria itu agak terbuka. Dengan perlahan ia menarik selimut dan menutupi mulut pria tadi.
Gadis cantik bermata bak mutiara hitam itu bangkit dari tempat tidurnya. Suatu kejutan dia sudah bangun tanpa dibangunkan.
Bianca lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Begitu sampai di kamar mandi Bianca melepaskan pakaiannya satu persatu hingga benar-benar polos.
Selesai mandi, Bianca lalu mengenakan seragam sekolahnya. Gadis itu lalu bergerak menuju kasurnya dan menghela napas ketika mendapati pria itu masih tertidur.
"Pak guru…" Bianca mengguncang-guncang bahu pria itu, "Udah pagi, cepet bangun"
Dan beruntung bagi Bianca karena Rava bukanlah tipe yang susah bangun.
"Tumben kamu bangun pagi" gumam Rava sambil mengucek matanya.
"Aku juga gak mungkin bangun siang selamanya, sana mandi" perintah Bianca yang sedang mengenakan dasinya.
Namun bukannya menuruti perintah sang istri, Rava malah menguap pelan dan menghempaskan badannya ke kasur. Melihat itu Bianca menghela napas dan menarik tangan suaminya.
"Ayo bangun" rengek Bianca. Rava membuka matanya dan dengan langkah gontai berjalan menuju kamar mandi.
Pria besar selesai, sekarang tinggal mengurus si pria kecil.
Sebelum membangunkan Gio, Bianca lebih memilih untuk mempersiapkan air mandi Gio. Setelahnya gadis cantik itu berjalan menuju kasur Gio dan menggoyangkah tubuh mungil bocah itu.
"Gio~" panggil Bianca, "Cepat mandi sana"
"Ummm~~"
"Ayo bangun" gumam Bianca lagi. Kali ini sambil menyingkap tirai kamar dan merapikan mainan Gio yang berserakan di lantai kamarnya.
"Celamat pagi mommy"
"Pagi juga jagoan" balas Bianca sambil mengacak rambut Gio lalu menuntun bocah kecil itu menuju kamar mandi.
Oke, selesai.
Bianca lalu menuruni tangga menuju dapur. Gadis cantik itu menghidupkan kompor untuk memanaskan air. Dengan telaten Bianca mengiris beberapa bawang. Bianca bukan sama sekali tidak bisa memasak. Dia cukup bisa masak. Hanya saja rasa malasnya lebih besar, jadi Bianca sangat jarang memasak sendiri.
Menu sarapan hari ini adalah nasi goreng. Itu bukan hal yang sulit baginya.
Setelah airnya matang Bianca lalu membuatkan susu empat gelas. Memang mereka hanya bertiga di rumah ini. Tapi bukankah setiap pagi mereka selalu kedatangan tamu kecil nan super manis?
"Mommy!" seru Gio.
"Sini Gio. Kita sarapan dulu" ujar Bianca yang tengah menyusun piring di meja. Tidak lama kemudian terdengar suara bel berbunyi. Tanpa perlu disuruh Gio langsung membukakan pintu.
"Pagi Bi"
"Pagi" balas Bianca singkat. Gadis cantik itu masih terlalu sibuk menyusun hidangan di meja hingga tidak sadar kalau kini Rava berdiri di belakangnya.
"Oh waow..Apa aku masih bermimpi?" Tanya Rava sambil memperhatikan sang istri.
Bianca menoleh sejenak ke belakang" Apa maksudmu?".
"Aku cuma nggak nyangka kalau seorang Bianca Sabian ternyata bisa masak. Aku terpukau." sahut Rava sambil bertepuk tangan ringan. "Apa kamu salah minum obat? Atau kamu menang lotre?"
"Ya, ya.. sesukamu sajalah. Kalau mau sarapan, cepat duduk, jangan banyak omong. Mumpung aku lagi baik" jawab Bianca sambi masih sibuk dengan masakannya.
Setelah nasi goreng sudah matang, Bianca menatanya di empat buah piring. Dan ketika Bianca berbalik hendak membawa sebagian ke meja makan…
'cup~'
Bianca membatu ditempat, "A-apa yang kamu lakukan?" gumamnya disertai dengan rona merah diwajah. Untung refleknya masih bagus, kalau tidak, dua piring di tangannya pasti sudah terjun bebas ke bawah.
"Morning kiss. Ungkapan rasa trima kasihku karena kamu udah mengurus segala keperluan kami hari ini." sahut Rava tulus sambil duduk.
"Apa kamu juga nyium wanita lain saat mengungkapkan rasa terima kasihmu?"
"Nggak lah. Itu karena kamu adalah istriku. Wajar kan pasangan suami istri melakukannya." Ujar Rava santai sambil mulai membuka korannya.
Bianca hanya memajukan bibirnya. Yah, mungkin sebuah kiss in the morning tidak terlalu buruk.
...****************...
"Gio, ini bekalmu" Bianca mengulurkan sebuah kotak bekal berwarna biru kepada Gio yang baru saja turun dari mobil.
"Thank you Mommy!" sahut Gio riang seraya memberikan kecupan manis dipipi ibunya. Setelah memastikan Gio dan Yuni masuk ke TK dengan aman, Rava menyalakan mesin mobil dan meninggalkan TK itu.
"Kamu buat bekal untuk Gio?" tanya Yunho.
Bianca mengangguk, "Daripada sembarangan makan yang gak terjamin kebersihannya lebih baik aku buatin bekal kan? Lagian juga supaya Gio mau ngehemat uang jajannya"
Rava hanya tertawa kecil mendengarnya. Bianca entah kenapa jadi terdengar seperti ibu-ibu, pikirnya. (Emak-emak mode on. Wkwkwk)
"Terus bekal ku mana?" celetuk Rava. Bianca memandang Rava bingung. Gadis cantik itu kemudian meraih tasnya dan mengeluarkan sebuah kotak bekal berwarna merah, "Nih…" ujarnya sambil menyerahkan kotak bekal itu ke Rava.
"Bekalmu sendiri?" tanya Rava.
Bianca menggeleng, "Nanti aku makan di kantin sama Jeni aja"
Sebenarnya bekal itu memang untuk dirinya sendiri. Bianca tidak menyangka kalau Rava akan meminta bekal juga padanya.
"Nggak jadi. Biar aku makan di kantin aja"
"Sama Bu Ara?" tanya Bianca dengan nada memastikan.
"Bukan. Sama Yoga, kenapa?"
Bianca hanya menggeleng.
Hening sejenak.
Rava fokus ke jalanan sementara Bianca memainkan ponselnya.
"Oh ya…" suara bass Rava memecah keheningan, "Nanti malam orang tuaku mengundang kita untuk makan malam, kurasa orang tuamu juga akan datang"
"Untuk apa?"
"Aku juga nggak tahu, pokoknya jam delapan kita sudah sampai di rumah orang tuaku"
"Hmm…" Bianca hanya manggut-manggut.
...****************...
Bel istirahat berbunyi. Para guru keluar dari kelas diikuti oleh beberapa siswa.
"Kamu bawa bekal?" seru Jeni terkejut ketika Bianca mengeluarkan kotak bekal berwarna merah dari tasnya.
"Hm, kenapa emang?"
"Hahaha… nggak apa-apa sih, tapi ini pertama kalinya kamu bawa bekal 'kan?" ujar Jeni.
Yah, memang pertama kali. Seingatnya Bianca paling sering beli makanan di kantin, itupun kalau dia sedang tidak bolos, "Kamu juga jarang bolos akhir-akhir ini. Kayaknya nikah sama Pak Rava sangat merubahmu ya Bi?"
Bianca tertegun sejenak, sepertinya apa yang dikatakan sahabatnya itu ada benarnya juga. "Aku berubah karena Gio. Karena aku ibunya, aku harus memberi contoh yang baik 'kan?"
Jeni terkikik pelan, "Kamu benar-benar sudah berubah, Bi"
"Huft apaan sih, oh ya aku mau makan di atap. Ikut gak?"
"Nggak deh," Jeni menggeleng, "Aku mau main game dulu" ujarnya sambil menunjukkan PSP-nya. Meskipun wanita yang terkesan lemah lembut, tapi jangan salah, Jeni itu ratunya main game. Bakat terpendam sepertinya. Haha..
Bianca mengangguk. Gadis cantik itu memilih untuk makan di atap sendirian. Bianca sebenarnya tidak suka makan sendirian, tapi dia menyukai udara segar di atap sekolah.
Entah hanya perasaan Bianca atau memang demikian adanya, Bianca merasa kalau suasana di koridor sekolah yang ramai ini terasa sangat suram. Semua siswa, atau tepatnya semua siswi terlihat menatap ke satu objek.
Bianca melirikkan matanya, hendak melihat objek apa yang diperhatikan para siswi itu hingga membuat wajah mereka terlihat begitu keruh seperti wajah author waktu begadangin dua balita sekaligus, ckckck… itu masa-masa yang suram haha.
Dan bibir bawahnya maju beberapa centi ketika mata beningnya mendapat pemandangan yang begitu menyebalkan. Seorang pria super tampan yang menjadi idola seluruh siswi di SMA Harapan sedang bersama dengan seorang wanita super centil yang merupakan musuh abadi pada siswi di sekolah ini.
Siapa lagi kalau bukan, Rava dan Ara.
Mereka berjalan beriringan sambil sesekali tertawa kecil. Dan apa-apaan itu, Ara dengan seenaknya mengalungkan lengannya pada lengan Rava. Aish, Bianca yang istri sahnya saja belum pernah seperti itu.
Dengan langkah agak menghentak, Bianca mendekati Rava dan Ara, "Mau kemana kalian?" tanya Bianca dingin
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Elaephela
kok ada ya siswa berbicara sama gurunya seperti itu, walaupun notabennya guru itu adalah suaminya sendiri, tapi masih bisa dibedakan lah antara hubungan guru dan siswa, apalagi sudah ketahuan satu sekolah kalau siswa itu sudah menikah, kok ga dikeluarkan dari sekolah, waduhhh kacau
2021-08-03
1
Asih Setiawan
next
2021-01-10
0
dewi vs eta Wulan
lanjuut
2021-01-08
0