Bianca menatap Rava dalam. Gadis itu masih memproses hal yang Rava katakan beberapa detik lalu.
"Gio bukan anakmu?" ulangnya untuk memastikan, "Lalu… Gio anak siapa?"
Rava menghela napas, "Akan kuceritakan sesuatu padamu" gumam Rava datar, "Karena kamu udah mjadi bagian dari keluarga Pratama sekarang, kurasa kamu harus tahu tentang ini"
Bianca masih menatap Rava. Gadis cantik ini kini luar biasa penasaran tentang semua ini.
"Yang tahu tentang ini cuma keluargaku dan mungkin keluargamu juga, bahkan Yoga sahabatku pun nggak tahu tentang ini. Kamu harus janji kalau kamu nggak akan nyeritain ini sama siapapun, mengerti?" ujar Rava pada Bianca. Bianca hanya menganggukkan kepalanya dengan wajah penasaran.
Rava menarik napas sebentar, "Wanita itu, yang di foto itu, namanya Mirai Akihito. Anaknya manis dan ramah pada siapapun" senyum lembut tepancar di wajah Rava ketika mendeskripsikan seorang wanita yang bernama Mirai Akihito itu.
Entah sadar atau tidak , Bianca memajukan bibirnya beberapa centi ketika Rava menceritakan tentang wanita itu.
"Dia orang Jepang. Aku ketemu dia beberapa tahun yang lalu waktu aku kuliah di Inggris." lanjut Rava.
*FLASHBACK*
"Ohayou gozaimasu Rava - kun!"
Pria yang bernama Rava membalikkan badannya ketika mendengar sebuah suara melengking memanggilnya. Senyum terkembang di bibirnya ketika sang pemanggil menghampirinya.
"Ohayou gozaimasu Akihito- san" balas Rava.
(Percakapan Rava dengan Mirai berikutnya harusnya menggunakan bahasa Inggris, tapi author rubah ke bahasa Indonesia aja yak)
Gadis cantik itu mengembungkan pipinya kesal, "Panggil aku Mirai saja Rava-kun! Jangan memanggilku dengan nama keluargaku? Berapa kali sudah kuperingatkan, huh?" omel sang gadis. Gadis manis berambut panjang dan bergelombang serta berwarna coklat lembut.
Sepasang mata bundar dan bening serta bibir mungilnya yang berwarna merah alami. Ah, benar-benar mahakarya Tuhan yang luar biasa.
Rava hanya tersenyum tipis menanggapi omelan panjang gadis pujaannya.
Ya. Gadis pujaannya.
Ketika itu Rava baru dua minggu bersekolah di The University of Edinburgh dan gadis manis disampingnya ini adalah sahabat pertamanya sekaligus sahabat satu-satunya.
Bukan karena Rava sombong sehingga ia tidak mau berteman dengan yang lain. Hanya saja bahasa Inggris Rava belum begitu fasih hingga ia mengalami sedikit kesulitan dalam komunikasi. Apalagi teman kuliahnya banyak menggunakan kata slag(gaul), hingga Rava menjadi sedikit bingung.
Namun tidak dengan gadis ini. Gadis ini berbaik hati menghampiri Rava dan menawarinya sebuah persahabatan. Mirai adalah keturunan Jepang(ayah) dan Inggris(ibu), sehingga bahasa inggris juga menjadi bahasa ibu baginya.
Tetapi Rava tidak bisa menganggap gadis ini sebagai sahabatnya. Setelah hampir empat semester bersama, membuat Rava mencintai gadis ini dan ingin hubungan mereka lebih jauh dari sekedar sahabat.
"Rav, kemarin Mike membelikan aku ini" celetuk Mirai sambil menunjukkan gantungan ponsel berbentuk kelinci berwarna pink, "Manis sekali 'kan? Hehehe…"
Rava hanya tersenyum sambil mengangguk canggung. Inilah masalahnya. Gadis yang disayanginya ini ternyata sudah memiliki seorang kekasih. Mike Stenley. Mahasiswa semester empat jurusan kedokteran.
***
Akhir-akhir ini Rava merasa ada yang berbeda dari Mirai. Gadis itu terlihat lebih pendiam. Padahal sebelumnya dia adalah gadis periang dan energik. Mirai lebih banyak diam bahkan tidak jarang Rava memergoki gadis manis ini melamun.
"Kamu baik - baik saja?" tanya Rava suatu hari.
"Eh? Umm- what?"
Rava menepuk dahinya, gadis ini tidak bisa berbahasa Indonesia. Karena terlalu khawatir ia sampai lupa kalau ia bertanya dengan Bahasa negaranya sendiri.
"Aku tanya apa kamu baik-baik saja?" ulangnya dalam bahasa Inggris tentunya.
"Ah… itu…" Mirai menatap Rava canggung, "U-umm… aku baik-baik saja, terima kasih mau mengkhawatirkan aku"
"Kamu yakin?" tanya Rava untuk memastikan. Gadis itu hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya canggung. Ah, gadis ini tidak pandai berbohong.
"Mirai-san, aku tidak tahu apa masalahmu, tapi berbagilah denganku jika kamu punya masalah"
Mirai tersenyum lembut, "Okay, thanks Rava-kun"
***
Rava tertegun di tempatnya berdiri. Mata kecilnya tertuju pada sosok yang kini terisak di sudut kelas. Bahu mungilnya terlihat berguncang akibat isakannya.
"M-mirai?" Rava menyentuh bahu Mirai pelan dan mendadak gadis itu membalikkan badannya dan sontak memeluk tubuh Rava erat. Rava yang terkejut memilih untuk mendudukkan dirinya di kursi samping Mirai.
Tangannya mengusap lembut rambut Mirai, membiarkan gadis ini menangis di dadanya. Berbagai pikiran berkecamuk di benak Rava.
Setelah tangisnya agak mereda, Mirai menarik wajahnya dari dada Rava. Perasaan Rava begitu perih melihat gadisnya terlihat begitu tertekan.
"Ada apa? Ceritalah padaku…" bujuk Rava lembut.
Mirai masih terisak pelan. Tangannya mencengkeram sapu tangannya erat, "A-aku hamil Rav…" bisiknya di antara isakannya.
Rava terkejut luar biasa. Hamil?
Hati Rava hancur tak terkira mendengarnya.
Sejujurnya sedari awal Rava sedikit khawatir saat Mirai berhubungan dengan Mike, karena dari desas - desus yang Rava dengar, Mike Stenley adalah seorang playboy. Di negara itu berhubungan suami istri sebelum menikah bukanlah hal yang tabu, apalagi bagi orang pribumi seperti Mike.
"Aku… aku harus bagaimana Rav…?" kembali air mata menetes dan mengaliri pipi bundar itu, "Mike tidak mau tanggung jawab… ayah juga memintaku untuk menggugurkan kandunganku. Ibu bilang di negara ini tidak masalah punya anak tanpa menikah. Tapi bagi ayah yang masih memegang teguh budaya Jepang, ini adalah hal yang memalukan nama keluarga. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku bingung."
Rava mengulurkan tangannya dan memeluk tubuh mungil Mirai. Pria tampan itu benar-benar marah sekarang. Ingin rasanya ia menemui Mike dan menghajar habis-habisan lelaki brengsek itu.
"B-biar aku saja…" bisik Rava sambil mencium rambut coklat gadis itu, "Aku yang akan bertanggung jawab. Aku akan menikahimu" gumam Rava yang sukses membuat Mirai menarik tubuhnya dan menatap Rava dengan sepasang mata coklat beningnya yang basah karena air mata.
"Aku mencintaimu Mirai" bisik Rava lagi. Matanya memandang dalam ke mata bening sang gadis yang memandangnya tidak percaya.
"Biarkan aku menikahimu, biarkan aku menjadi ayah dari bayi ini" Rava sudah bulat akan keputusannya.
Mirai menggeleng lemah, "No Rava, aku tidak bisa ikut menyeretmu dalam masalah ini"
"Tapi Mirai, aku mencintaimu! Aku tidak bisa membiarkanmu seperti ini!"
"Thank you Rava… aku senang dengan perhatianmu, tapi aku tidak bisa. Ini masalahku, aku tidak sampai hati kalau harus menyeretmu juga"
"Tapi…" ucapan Rava terhenti ketika Mirai menggenggam tangannya erat.
"Thank you so much, Rava. It's okay." gumam gadis itu lembut. Dengan perlahan gadis itu berjalan meninggalkan Rava.
Rava menghela napas, bahkan disaat seperti ini pun Mirai masih saja tidak mau menyusahkan orang lain.
***
Lalu esoknya.
Esok lusanya.
Beberapa minggu hingga beberapa bulan kemudian, Rava tidak lagi bertemu dengan gadis itu. Mirai seolah hilang begitu saja. Rava sudah mendatangi rumah keluarga Mirai, tapi ternyata keluarganya sudah pindah.
Rava juga sudah menanyai Mike, namun lelaki itu sama sekali tidak mengetahui keberadaan Mirai. Bahkan pihak kampus juga tidak tahu dimana Mirai sekarang ini.
Gadis itu benar-benar hilang.
***
Rava menggeliat dari tidurnya ketika mendengar suara ketukan pada pintunya. Lelaki itu membuka matanya. Ini jam tiga pagi dan sedang hujan lebat, siapa pula yang bertamu di malam seperti ini.
Tapi siapapun itu tetap saja Rava harus membukakan pintunya. Tidak baik membiarkan seseorang berada di luar dengan cuaca dan waktu seperti ini.
Lelaki tampan itu terkejut ketika mendapati siapa yang kini berdiri di depan pintu rumahnya –Rava tinggal seorang diri selama berkuliah di Inggris-. Seorang gadis dengan kondisi basah kuyup mendekap suatu buntalan di pelukannya.
"M-mirai…?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Queen Tdewa
Mirai sdh melahirkan
2022-12-04
0
Queen Tdewa
sang pujaan hati
2022-12-04
0
Sely Nicholette FrangChepan
mana lanjutan nya Mbak seru banget cerita ny
2021-02-02
0