Tanpa sengaja mata tajam Rava jatuh pada tubuh Bianca yang terlihat menggoda karena kaos kebesaran miliknya. Tubuh itu terlihat cukup proporsional dan sangat indah. Sebuah ide jahil melintas di kepala Rava.
Pria yang sekarang telah berstatus seorang suami itu mendadak menarik tangan istrinya dan merebahkanya di ranjang.
Tubuhnya berada di atas tubuh
sang istri dan tangannya menahan tangan istrinya. Sedangkan sang istri a.k.a Bianca, terlihat terkejut dengan kondisi mereka saat ini.
Sekuat tenaga gadis cantik itu menggeliatkan tubuhnya. Berusaha lepas dari kungkungan sang suami. Namun pria bertubuh tegap di atasnya tampak tidak bergeming sedikitpun.
Rava merendahkan wajahnya dan mengecup ujung hidung bangir Bianca lembut. Bianca tersentak. Matanya melotot namun terlihat menggemaskan di mata Rava.
"Aku nggak pernah tahu kalau kamu ternyata cantik sekali dan punya tubuh yang begitu indah, Bianca sayang…"
Mendadak tubuh Bianca bergetar hebat mendengar suara suaminya yang terdengar lebih berat, begitu syahdu.
Belum lagi desahan halus yang ditambahkan Rava, menambah efek yang begitu luar biasa bagi Bianca. Bianca yakin, jika para fans Rava mendengar suara idola mereka yang seperti ini, maka dipastikan SMA Harapan akan banjir darah. (Darah mimisan wkwk).
"L-lepas!" teriak Bianca sambil terus menggeliatkan tubuhnya.Namun sekali lagi, pria di atasnya itu tidak bergeming sedikitpun.
"Sst, Gio lagi nonton di ruang depan. Apa kamu mau mengundangnya kesini dan melihat papa dan mamanya melakukan ini, hm?" bisik Rava sambil mengusap bibir ranum Bianca lembut.
"Brengsek! Lepasin nggak!"
Rava tidak menjawab. Mata tajam pria itu tertuju pada bibir merah Bianca. Sejak menyentuh bibir itu saat upacara pernikahan tadi, Rava jadi ingin merasakannya lagi.
Pria itu merendahkan tubuhnya dan sekali lagi ia tersenyum ketika melihat Bianca memejamkan matanya erat.
Bianca yang merasakan bahwa ini akan menjadi detik-detik terakhir bagi kesuciannya, hanya bisa memejamkan matanya erat.
Perlawanan runtuh sudah ketika menyadari wajah Rava mendekat secara perlahan ke arahnya. Bisa dirasakannya nafas hangat Rava beraroma mint menerpa tubuhnya.
Namun yang ia rasakan berikutnya bukanlah sentuhan lembut pada bibirnya, namun ciuman gemas pada pipinya dan selanjutnya terdengar suara tawa Rava.
"Hahahaha… harusnya kamu lihat gimana lucunya wajahmu tadi" ujar Rava sambil bangkit dari atas tubuh Bianca.
Butuh beberapa detik bagi Bianca untuk menyadari apa yang terjadi "Sial! Kamu mempermainkanku, brengsek!"
Tiba-tiba saja Rava menatap Bianca dengan pandangan dingin dan datar. Tatapan tajam Rava kali ini entah kenapa membuat Bianca merasa tidak nyaman.
"A-apa?" tanya Bianca takut-takut. Baru kali ini ia melihat Rava menatapnya seperti itu. Biasanya di sekolah, senakal apapun dirinya atau murid lain, gurunya itu tidak pernah menunjukan eskpresi seperti saat ini.
"Denger Bianca, mulai sekarang aku tidak mau mendengar umpatan keluar dari mulutmu. Mengerti?"
"Hah? Apa hak-mu mengaturku?"
"Kuingatkan saja, saat ini kamu sudah jadi mamanya Gio. Dan karena kamu adalah mamanya, maka kuharap kamu mau memberi contoh yang baik pada Gio"
Bianca tertegun. Benar juga. Saat ini dia bukan hanya istri dari seorang Rava Pratama, dia juga merupakan mama dari si kecil Gio. Huft, si bocah kecil itu mungkin akan sangat merepotkan.
"Ya sudah, aku mau menemani Gio. Makan saja dulu." ujar Rava sambil menunjuk nampan berisi makanan dengan dagunya. Pria dengan tubuh atletis itu kemudian keluar dari kamar, meninggalkan Bianca seorang diri.
Dengan ogah-ogahan Bianca mengambil nampan yang diletakkan oleh Rava tadi. Sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi dan air putih.
Gadis cantik itu kemudian menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya. Rasanya tidak terlalu buruk. Namun baru beberapa suap Bianca sudah menghentikan makannya. Makan sendirian ternyata tidak enak.
Bianca kemudian keluar dari kamar. Begitu membuka pintu, Bianca dihadapkan dengan pintu lain tepat di depan kamarnya. Pada pintu itu terdapat gantungan kamar berbentuk mobil dengan tulisan 'Kamar Gio'.
Tulisan itu terlihat mirip cakar ayam, sudah pasti Gio yang menulis itu. Bianca kemudian menolehkan kepalanya ke arah kiri dan mendapati sebuah anak tangga.
Gadis cantik itu kemudian menuruni anak tangga itu dan berakhir pada ruangan yang sepertinya dapur sekaligus ruang makan. Karena di ruang itu terdapat sebuah meja dan empat buah kursi yang mengelilingi meja itu.
Dan tidak jauh dari situ terdapat kompor, oven, lemari es yang cukup besar dan beberapa barang yang merupakan peralatan dapur.
Tidak sengaja Bianca mendengar sayup-sayup suara lain. Sepertinya suara Gio.
Gadis itu kemudian membawa kakinya melangkah menuju arah suara. Setelah keluar dari dapur, Bianca mendapati ruangan lain yang sepertinya ruang keluarga.
Karena di ruangan tersebut terdapat sebuah televisi berukuran besar dan di depan televisi itu terdapat sofa yang ukurannya juga lumayan besar.
Sedangkan kalau berjalan lurus ke depan maka dia akan menemukan ruang tamu. Antara dapur, ruang keluarga dan ruang tamu semuanya di batasi sekat berupa tembok.
Bianca kemudian mendapati sosok Gio yang tengah bermain puzzle dengan Rava di lantai yang dilapisi oleh karpet berbahan lembut. Gadis cantik itu kemudian mendudukkan dirinya di sofa depan televisi dan melanjutkan makannya.
"Mommy!" teriak Gio lalu bangkit dan duduk di samping Bianca.
Gio memanggilnya apa tadi? Mommy? Huuft… kehidupannya benar-benar berubah sekarang.
Sepertinya mulai sekarang Bianca harus membiasakan diri dengan panggilan itu.
Yah, dia sebenarnya bukan orang yang anti anak kecil, hanya saja kadang emosi labil dari jiwa mudanya mudah bergejolak, oleh karena itu dia gampang kesal dan mengumpat. Bahkan sekarang mengumpatpun sudah tidak boleh.
Bocah kecil berpipi chuby itu menyorongkan badannya dan membuka mulutnya lebar, "Aaaa~"
Mengerti akan isyarat itu, Bianca kemudian menyendokkan nasi goreng ke mulut Gio. Setelah mendapat apa yang diinginkannya, kembali Gio duduk di lantai dan menyelesaikan puzzle yang berukuran cukup besar itu bersama Rava.
Gadis cantik bermata bening itu menatap Gio yang kembali sibuk dengan mainannya.
Bianca masih terus makan namun makannya tidak begitu tenang. Betapa tidak, Gio bolak-balik berjalan ke arahnya dan minta disuapi.
Merasa kasihan pada Gio yang bolak-balik begitu, akhirnya Bianca mendudukkan dirinya di lantai bersama Rava dan Gio.
Gadis itu masih terus makan sambil matanya melirik ke puzzle yang dimainkan oleh Rava dan Gio. Sambil masih tetap menyuapi Gio sesekali.
"Daddy, yang ini tempatnya dicini ya?" tanya Gio sambil menunjuk sekeping puzzle yang baru saja di letakkan Rava.
"Memang tempatnya disitu 'kan?" sahut Rava.
"Bukan" Bianca kemudian meletakkan piringnya. Tangannya terjulur mengambil kepingan puzzle itu dan meletakkannya pada tempat yang menurutnya benar.
Gio yang melirik piring yang diletakkan Bianca, kemudian menyendokkannya banyak-banyak serta memasukkannya ke mulutnya. Tentu saja itu menyebabkan beberapa butir nasi goreng berceceran di lantai dan sebagian lagi menempel di bibir Gio.
Bianca yang menyadari hal itu membersihkan mulut Gio pelan, "Aduh, kalau makan jangan berantakan gini dong"
Rava yang melihat itu hanya tertegun. Melihat sosok Bianca yang membersihkan bibir Gio, membuatnya merasa tenang. Pria tampan itu tersenyum tipis, sepertinya Bianca memang bisa menjadi mama yang baik untuk Gio.
***
Jam menunjukkan pukul sebelas malam, ketika Rava kembali ke ruang keluarga setelah menidurkan Gio di kamarnya. Pria tampan berusia dua puluh sembilan tahun itu agak terkejut ketika mendapati Bianca yang sudah mengganti pakaiannya dengan piyama warna merah jambu, tengah duduk di sofa sambil menonton televisi.
"Kenapa masih nonton? Sana tidur" perintah Rava.
Bianca hanya melirik sekilas. Lalu kembali menonton. Melihat itu Rava hanya menghela napas, tentu saja dia masih ingat karakter seorang Bianca Sabian yang susah diatur itu. Walau statusnya sudah berganti menjadi seorang istri.
"Ini sudah malam, besok kamu bisa terlambat sekolah" tegur Rava lagi dengan nada lembut.
"Emang kenapa kalau aku terlambat? Kamu mau menghukumku, Pak-Gu-ru~?"
Kembali Rava menghela napas, sepertinya akan sulit baginya untuk mengatur istri cantiknya ini.
Daripada buang-buang waktu untuk bertengkar dengan Bianca, Rava lebih memilih untuk mendudukkan dirinya di samping Bianca dan ikut menonton film yang ditonton Bianca.
Sesaat ruangan itu hening. Hanya terdengar suara dari televisi yang menayangkan film barat bergenre action itu. Rava melirik Bianca sekilas.
Gadis cantik itu terlihat serius menonton televisi sambil memeluk bantal. Sosok Bianca yang seperti itu terlihat sangat imut dimata Rava.
Rava kembali melayangkan pandangannya ke film barat itu. Namun yang namanya film barat walau bergenre action, tetap saja ada adegan-adegan mesumnya. Dan adegan mesum itulah yang kini terpampang jelas di layar televisi berukuran besar itu.
Memperlihatkan seorang wanita yang dicumbu oleh teman prianya. Semuanya ditampilkan begitu jelas kecuali bagian bawah tubuh kedua pemain yang tidak diperlihatkan. Namun tetap saja adegan itu terlihat cukup 'mengerikan'. Suara desahan dari kedua pemain terdengar begitu jelas, untung Gio sudah tidur.
Suasana masih hening. Namun kali ini heningnya terasa berbeda. Mungkin lebih tepat kalau suasananya disebut canggung.
Rava mengubah duduknya, agak gelisah juga menonton film seperti ini. Well, jangan kira Rava mesum atau apa, Rava adalah pria dewasa yang sehat lahir batin. Wajar 'kan kalau 'sesuatu'-nya bereaksi disaat seperti ini?
Rava kemudian melirik ke arah Bianca. Gadis cantik itu memeluk bantalnya lebih erat. Ia terlihat sedang menggit pelan bibir merah alaminya yang indah itu, bahkan wajah cantiknya terlihat merona merah. Melihat itu membuat ide jahil terselip di otak Rava.
"Bi…" panggilnya dengan suara seberat dan se-sexy mungkin.
"AKU TIDUR! BESOK AKU MAU SEKOLAH!" pekik Bianca sambil berlari secepat mungkin menuju kamarnya. Rava tercengang melihat reaksi gadis cantik itu, namun kemudian ia tertawa kecil.
Sepertinya mengerjai Bianca akan menjadi salah satu hobbynya sekarang.
***
Begitu sampai di kamarnya, gadis cantik itu segera mematikan lampu dan bergulung dibalik selimutnya.
Jantungnya berdetak begitu kencang mengingat kejadian tadi. Bukan karena adegan mesum pada film tadi, Bianca sudah cukup sering menonton film semacam itu.
Namun kali ini berbeda, tadi Bianca menontonnya dengan Rava dan itu membuat segalanya terasa berbeda. Belum lagi suara Rava yang begitu… err… menggoda…
'krieet'
Bianca memejamkan matanya rapat –atau gampangnya pura-pura tidur- ketika mendengar ada yang membuka pintu. Rava tentu saja. Mereka sudah menikah, wajar 'kan kalau tidurnya sekamar.
Gadis cantik itu membuka matanya sedikit. Hanya untuk mengantisipasi kalau Rava tidak akan menyerangnya secara tiba-tiba.
Sementara itu Rava tampaknya tidak menyadari kalau Bianca belum tertidur. Pria bermata sipit itu menghidupkan lampu tidur di meja dekat sebuah cermin besar.
Cahaya dari lampu tidur itu berwarna kuning dan tidak terlalu terang. Menjadikan suasana kamar itu menjadi temaram.
Rava kemudian melepas kaus hitamnya, memperlihatkan tubuh sexy dengan kulit kecoklatan miliknya. Dengan santai Rava membuka lemari dan mencari kaus yang nyaman untuk tidur.
Berbeda dengan Bianca yang kini tidak lagi membuka matanya sedikit, melainkan membelalak sempurna. Ia tidak tahu kalau gurunya yang menyebalkan itu mempunyai tubuh demikian sexy. Belum lagi efek dari lampu tidur membuat sosok Rava terlihat… erotis?
Setelah menemukan kaus yang tepat dan memakainya, Rava kemudian berjalan menuju tempat tidurnya. Tentu saja hal itu membuat Bianca secepat kilat kembali memejamkan matanya erat.
Gadis bermata bening itu bisa merasakan sisi kasurnya di samping terasa berat. Yang itu artinya Rava sudah membaringkan tubuhnya di samping Bianca.
Padahal baru kemarin mereka masih berada di kelas yang sama. Namun siapa sangka kalau kini mereka justru tidur di ranjang yang sama.
Bianca menghela napas, sepertinya dia akan sulit tidur malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Reny Widyastuti
waduh body pak rava bgtu kl ak yang ngelihat ya gak bs tidurr😂😂😂
2021-08-01
0
sherina
lucu thor . . manis .. seru .. author hebat
2021-01-28
1
Ami💞4hy🥀
🤣🤣🤣🤣 lucu kamu Bi,,
2021-01-12
0