"Bi… Bianca…"
Bianca membuka matanya perlahan ketika merasa ada yang menepuk pipinya. Yang pertama dilihatnya adalah sosok sang guru yang sepertinya baru selesai mandi.
Terlihat dari handuk putih yang melingkar di lehernya dan rambut hitam legamnya yang sedikit basah.
"Sudah pagi, sana mandi" perintah Rava sambil mengeringkan rambutnya.
Bianca menggeliat. Tangannya memeluk erat guling dan membenamkan wajahnya disana. Bianca memang punya masalah tentang bangun pagi.
"Bi…"
"Aku masih ngantuk, biarin aku tidur bentar lagi" rengek Bianca sambil mempererat pelukannya ke guling.
Rava menghela napas, pria itu memutuskan untuk membiarkan Bianca tidur sebentar lagi. Toh, jam sekolah mulai sekitar satu setengah jam lagi.
Rava kemudian memasuki kamar di depannya. Kamar Gio.
Tidak beda dengan ibu barunya, bocah kecil itu juga masih bergulung nyaman dengan selimutnya. Rava lalu menyibakkan gorden jendela, membiarkan sejumlah cahaya hangat matahari menyinari kamar berwarna baby blue itu.
"Gio, ayo bangun. Kamu harus sekolah kan?" gumam Rava sambil menggoyangkan bahu kecil putranya.
"Emm~ cebental lagi daddy~~ Gio ngantuuukk~"
Rava hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anaknya yang tidak beda jauh dengan istrinya. Pria berbadan tegap itu kemudian berjalan ke kamar mandi yang masih satu ruangan dengan kamar tidur Gio. Setelah mempersiapkan air hangat pada bak mandinya Rava kembali ke kasur Gio.
"Gio sayang…" panggilnya. Namun masih tidak membuahkan hasil. Rava lalu membuka selimut Gio, ia tersenyum ketika melihat raut wajah Gio yang berkerut karena tidurnya terganggu.
Rava kemudian menarik celana piyama Gio dan melepas kancing baju piyamanya.
Setelah selesai menelanjangi Gio *aduh bahasa author ini mah* Rava lalu menggendong tubuh mungil anaknya dan dengan perlahan meletakkan Gio ke bak mandi yang berisi air hangat.
"Euumm~ daddy" gumam Gio ketika kulitnya menyentuh air hangat. Mau tidak mau bocah kecil itu membuka matanya ketika Rava mengusapkan air hangat ke wajah bulat Gio.
"Nah, sekarang Gio mandi sendiri ya? Bajunya daddy taruh di atas kasur"
Gio mengangguk sambil meraih mainan karetnya. Merasa Gio sudah bisa ditinggal, Rava lalu berjalan menuju kamarnya. Huft, bayi kecil sudah selesai, sekarang tinggal mengurus si bayi besar.
Rava menghela napas ketika melihat Bianca yang masih asyik bermesraan dengan kekasihnya, alias guling. Pria itu merasa kalau memanggil Bianca hanya akan membuang waktu. Oleh karena itu Rava mencoba membangunkan Bianca dengan cara dia membangunkan Gio. Untungnya ia sudah mempersiapkan air di bak mandi di kamar mereka.
Rava menyibakkan selimut tebal yang menutupi tubuh Bianca. Lalu dengan perlahan menarik celana piyama Bianca. Dan celana itu sukses terlepas, membuat Rava menelan ludah karena menyaksikan sepasang paha mulus Bianca yang terpampang.
Saat itu Bianca mengenakan celana ketat hitam super pendek dibalik celana piyamanya. Nah, bagian bawah selesai. Rava merangkak naik dan menelentangkan tubuh Bianca. Kelihatannya sang putri masih belum terbangun dari tidurnya. Rava kemudian mengulurkan tangannya dan melepas kancing Bianca satu persatu.
Baru sampai di kancing ketiga, mata bening nan cantik itu terbuka dan melebar sempurna menyaksikan apa yang berada di depannya.
Cepat dia mendorong tubuh Rava dan mendudukkan badannya di kasur. Gadis cantik itu memasang wajah horror ketika menemukan celana piyamanya teronggok di lantai.
"Kyaa! Pak guru mesum! Kamu mau0 memperkosaku, hah?" teriak Bianca sambil menutupi bagian bawah badannya dengan selimut.
"Aish, bicara apa sih kamu ini, aku cuma mau membangunkanmu tahu"
"Tapi 'kan nggak perlu sampai menelanjangiku begini!"
"Mau gimana lagi? Kamu susah sekali dibangunin. Aish sudahlah, sekarang cepat mandi dan turun ke bawah untuk sarapan" ujar Rava lalu melangkah ke luar kamar.
Bianca hanya menggerutu. Gadis cantik itu kemudian berjalan masuk ke kamar mandi. Begitu sampai dikamar mandi, Bianca melepas pakaiannya hingga benar-benar tidak ada yang melapisi badannya lagi.
Mata bening Bianca kemudian tertuju pada ember putih di sudut kamar mandi. Bianca beranggapan kalau ember itu tempat untuk meletakkan kain kotor. Dan benar saja, ember itu memang tempat untuk meletakkan kain kotor.
Bianca baru akan meletakkan pakaian kotornya di ember itu, ketika mata beningnya menangkap pemandangan sepotong kain kecil berwarna biru tua yang familiar bagi Bianca di dalam ember tersebut.
Seketika rona merah padam memenuhi wajah cantiknya. Bianca tahu betul kain itu adalah sebuah celana dalam. Tepatnya celana dalam Rava.
Bianca menghela napas. Kehidupannya yang sekarang memberi begitu banyak kejutan.
***
Bianca mendudukkan dirinya di salah satu kursi di ruang makan. Terlihat penggorengan berisi telur ceplok yang sedang dimasak. Sementara yang memasak alias Rava terlihat sibuk memakaikan Gio dasi. Gio saat ini sekolah di sebuah TK favorit swasta di Jakarta.
"Bi, tolong angkat telurnya, kayaknya sudah matang" perintah Rava. Namun Bianca hanya melirik sekilas lalu memainkan ponselnya.
"Bianca! Tolong aku sebentar!"
"Nggak mau, itu masakanmu 'kan?"
"Tapi Bi-" perkataan Rava terpotong oleh Bianca yang dengan cueknya menempelkan headset ke telinganya.
Melihat itu Rava hanya menghela napas. Pria jangkung itu meninggalkan Gio sejenak untuk mengangkat masakannya yang nyaris hangus.
Gio kemudian berjalan menghampiri kursi dan berusaha menaiki kursi itu. Namun rupanya kursi itu cukup tinggi, hingga Gio merasa kesulitan untuk menaikinya.
Bianca yang melihat itu lantas bangkit dari kursinya, gadis itu melingkarkan tangannya pada pinggang Gio dan membantu bocah kecil itu duduk di kursi.
"Makanya minum susu yang banyak, kamu ini pendek banget, sih" ketus Bianca.
"Ish! Mommy jahat!"
"Eh?" Bianca menoleh ke Gio. Dia bilang apa tadi? Mommy?
Oh yeah, tentu saja, bukankah dia sudah menjadi istri sah Rava Pratama. Wajar kalau Gio memanggilnya dengan sebutan 'mommy', namun tetap saja masih terasa asing buat Bianca.
Sejenak suasana di dapur yang juga merangkap sebagai ruang makan itu hening. Bianca masih menggenggam ponselnya, namun mata besarnya menatap punggung Rava yang kali ini tengah membuat telur dadar.
Bianca lalu menolehkan pandangannya ke Gio yang tengah memakai dasinya yang tadi ditinggalkan oleh Rava.
"Bukan gitu caranya" tegur Bianca sambil mengambil alih dasi Gio. Gadis bermata indah itu membetulkan dasi Gio sambil menerangkan caranya.
"Nah, udah rapi. Coba belajar pakai dasi sendiri, supaya nggak ngerepotin orang lain"
"Eumm~" Gio manggut-manggut.
'ting tong'
Terdengar suara bel pintu depan. Mulanya Bianca mengacuhkan suara bel itu, tapi lama-lama jadi mengganggu juga karena entah-siapa-itu, menekan belnya berulang kali.
"Oi Pak Guru, kamu nggak dengar suara bel?"
"Kamu nggak lihat aku sedang apa?" jawab Rava yang sedang memasak dengan cuek.
"Mommy, kenapa mommy manggil daddy, Pak Gulu?"
Bianca memutar bola matanya, "Emangnya kamu ngarep aku manggil papamu dengan sebutan apa? Sayangku? Jangan harap!" sahutnya ketus, lalu beranjak untuk membuka pintu.
Bianca melihat seorang wanita dewasa kini tengah berdiri di depannya. Perempuan itu terlihat lumayan cantik diusianya yang sepertinya menginjak 30 tahunan, terutama dengan lesung pipitnya.
"Selamat pagi, Saya Bu Sumi… eumm… kamu?" Wanita yang mengaku bernama Sumi itu memiringkan kepalanya bingung.
"Eumm, aku Is- maksudku… Bianca Sabian "
"Bianca Sabian? Kamu kerabat Pak Rava?" tanya Bu Sumi sambil memperhatikan seragam Bianca.
"Emmm… yah semacam itulah…" gumam Bianca akhirnya. Bagaimana pun dia belum siap untuk memperkenalkan dirinya sebagai istri Rava.
"Ah, kalau gitu seperti biasa aku mau nitipin Yuni… tolong ya"
Bianca menundukkan kepalanya dan mendapati seorang bocah perempuan berwajah manis. Bocah itu berkulit putih bersih dan rambutnya agak ikal. Bocah manis itu mengenakan seragam yang sama dengan Gio.
"Eh, oh ya…"
Bu Sumi menundukkan badannya dan mengecup puncak kepala anaknya, "Yuni sayang, mama berangkat kerja dulu ya? Baik-baik sama tante Bianca, ya?"
Bianca membelalakkan matanya terkejut, 'Apa? Tante? Aiish…'.
Masih berseragam SMA begini masa dirinya dipanggil tante. Bianca jadi sedikit cemberut.
Bu Sumi lalu berjalan meninggalkan kediaman keluarga Pratama.
"Nah, ayo masuk… eh?" gumam Bianca terkejut ketika mendapati bocah berambut ikal itu sudah memasuki rumah terlebih dahulu.
Bocah pendek seumuran Gio itu menarik kursi dekat Gio. Dan seperti Gio tadi, bocah itu pun kesulitan menaiki kursinya. Kembali Bianca memutuskan untuk membantunya naik ke kursi.
"Hai, celamat pagi om Rapa, pagi Gio, pagi eumm…~ ah, Tante Bianka!" ujar bocah itu memberi salam ke semua yang berada di ruang makan.
"Selamat pagi juga Yuni" jawab Rava sambil meletakkan telur yang sudah masak ke piringnya, Bianca, Gio dan Yuni.
"Ini siapa?" tanya Bianca.
"Namanya Yuni, anaknya Bu Sumi dan Pak Karman. Tetangga sebelah. Kedua orang tuanya bekerja, karena itu Yuni sering dititipkan disini. Dan lagi kebetulan dia dan Gio satu sekolah"
"Iya mommy, celain itu Yuni juga calon ictli Gio lho?" tambah Gio sambil memeluk leher Yuni.
"Mommy?" Yuni membeo bingung.
"Eum! Ini mommy Gio yang balu Yuun~"
Yuni memandang Bianca lekat-lekat, "Milip cama mommy Gio yang di poto ya?"
"Iya 'kan? Tapi yang ini lebih galak loh Yuni"
"Apa? Belalti mommy Gio cama mama Yuni cama dong. Cuka malah - malah. Hehe"
Bianca memutar bola matanya bosan. Dasar anak-anak sok tahu, pikirnya.
***
"Bye Daddy! Bye Mommy!" teriak Gio sambil melambaikan tangannya begitu sampai di TK.
"Bye Om! Bye tante!" yang ini Yuni yang berteriak.
Rava balas melambaikan tangan sementara Bianca hanya diam. Setelah mengantar Gio dan Yuni ke TK, itu artinya di mobil hanya mereka berdua sekarang. Kini Rava dan Bianca sedang dalam perjalanan menuju SMA Harapan.
"Soal pernikahan ini lebih baik dirahasiakan saja" ujar Bianca, "Aku nggak mau kalau nantinya aku diserang sama fans-mu yang brutal itu"
"Aku juga nggak mau orang lain tahu kalau aku menikah dengan orang sepertimu" sahut Rava cuek.
Bianca memalingkan wajahnya ke Rava, "Apa maksudmu ngomong gitu? Kalau sejak awal emang nggak mau nikah, harusnya kamu bilang!"
"Terus kamu sendiri kenapa setuju saja nikah sama aku, hah?"
Bianca terdiam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Queen Tdewa
siapa nih
2022-12-04
0
Queen Tdewa
kok gak ada pembantu ny sih ... kata e org tua ny adlh pengusaha sukses...
2022-12-04
0
Ferial Aziz
buat rafa cemburu buta
2022-03-25
0