Telah ku relakan semua hal
Termasuk perasaanku yang paling sakral
Saat bayanganmu menghantui di setiap jengkal
Rasanya, bernafas saja mesti jadi kegiatan yang harus aku hafal
Mencintaimu ternyata bagai jalan terjal
Kehilanganmu membuat aku hampir hilang akal.
...****************...
Silau!
Sekelebat cahaya memenuhi pandangan Luna kala ia berhasil memperoleh lagi kesadarannya. Ia menatap sekeliling, mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Ini kamarnya. Tunggu, bukannya tadi ia sedang bersama Adit di sebuah restoran dengan nuansa romantis ala putri raja? Dan bukankah tadi Adit juga sedang menyatakan cintanya? tidak bukan Adit yang ia lihat tadi, tapi Gio. Iya, ia yakin itu Gio.
Tidak, tapi ia tadi keluar dengan Adit, bukan? Adit yang menjemputnya, bukan? Luna menghempaskan diri lagi ke ranjang. Terlalu banyak wajah Gio dalam benak dan ingatannya, sampai pada Adit yang nyata malah terasa asing.
"Lun, sudah baikan kamu?" Suara papa menyadarkan Luna yang bergelung di dalam selimut.
Luna menyibak selimut tebal itu lalu mengangguk pelan pada papa yang masih menatapnya khawatir.
"Luna kenapa sih?" tanya gadis itu bingung.
"Kamu pingsan tadi, Adit yang antar kamu pulang." sahut papa sambil duduk di tepi ranjang.
"Oh... " Luna menatap papa masih dengan tatapan bingung lagi.
Jadi benar, tadi yang bareng aku Adit?Luna membatin. Gio terlalu banyak mengambil peran di dalam hidupnya akhir-akhir ini.
"Lun, Papa minta kamu istirahat dulu pemotretan, kamu itu kayaknya kecapean. Nanti Papa minta mas mu yang temani ke rumah sakit ya. Periksa kesehatan kamu."
Luna membulatkan matanya lebar. Papa tidak tahu saja ini semua karena Mas ku itu! Rutuk Luna dalam hati.
"Ehmmmm.. Pa, bisa gak, Luna ganti bodyguard aja. Maksud aku, Mas Gio balik aja jadi ajudan papa." ujar Luna hati-hati.
"Ya gak bisa Lun, Papa cuma percaya Mas mu aja buat jagain kamu." tolak papa mentah-mentah.
Papa gak tau aja Mas ku itu yang udah buat aku gak karuan begini. Batin Luna lagi di dalam hati.
"Terserah papa lah." ujar Luna kesal. Papa hanya geleng-geleng lihat anaknya itu.
Gio belum kembali ke Jakarta, besok ajudan kesayangan papa itu baru akan menampakkan batang hidungnya. Luna sendiri memilih tidak lagi menggubris Gio.
Gio tidak lebih dari sekedar bodyguardnya saja. Ia tidak akan lagi kembali terhanyut dalam zona bahaya seperti kemarin. Luna akan berusaha untuk membentengi hati juga tubuhnya untuk tidak lagi bersentuhan dengan pria yang ia cintai itu.
"Andai Papa tahu, aku cinta mati sama Mas Gio. Sampai rasanya mau mati beneran karena lelaki itu." desis Luna dengan wajah sedih di balik selimut yang menutupi tubuh hingga kepalanya.
...****************...
Saat malam telah larut, ketika suasana telah sunyi berteman suara dedaunan yang saling bergesekan di atas pohon, Luna masih terpaku di depan laptopnya.
Ia melihat Headline news malam ini. Ia tersenyum geli. Jadi artis begini banget ya pikirnya. Jalan berdua sama lawan main film aja dibilang udah saling cinta.
LALUNA BACHTIAR TERLIBAT CINTA LOKASI DENGAN ADITYA BRAMANA.
Headline news di sebuah berita online itu menggelitik diri Luna. Terlihat foto Luna dan Adit sedang duduk berhadapan di depan sebuah meja berhias lilin indah.
Saat sedang tersenyum sendiri melihat berita itu, satu pesan masuk ke ponselnya. Tanpa melihat siapa yang mengirim, Luna langsung membuka isi pesan itu.
Lun... Mas benar-benar sedih lihat berita itu.
Luna menutup ponselnya. Ia tahu itu dari Gio. Meski ia sudah menghapus nomor lelaki itu. Luna mematikan laptop. Ia duduk di teras kamar dimana ia bisa langsung melihat rumah Gio di bawah sana, tempat ia dan Gio biasa saling bermanja.
Ah Mas Gio, bahkan ketika kau telah menorehkan luka dihati ku, aku tetap saja punya segudang rindu untukmu.
Luna menatap hamparan bintang. Sinarnya terang, membuat Luna jadi terbayang kenangan hampir setahun belakangan.
Kau terlarang untukku Mas, meski aku sangat menginginkanmu. Setiap hariku ditikam rindu. Dibelai sepi menantikan pelukan hangat mu. Kau lelaki baik, aku lah yang telah membuatmu tak setia.
Luna menyeka airmata itu perlahan. Berat sekali rasanya. Ia tidak tahu entah sampai berapa lama papa akan bersikeras menjadikan Gio sebagai bodyguard nya. Yang jelas, Luna akan segera mencari cara agar tidak lagi melihat Gio.
"Mas Gio, kalau Luna kangen Mas, Luna suka masuk ke kamar, ambil baju Mas Gio, Luna peluk di depan dada seakan Mas Gio sedang berada di dekat Luna." ujar Luna saat itu, ketika mereka sedang berada di kamar rumah minimalis itu.
"Luna, seandainya mas nanti mengecewakanmu, apa kau akan memaafkan aku?" tanya Gio dengan suara bergetar.
"Tergantung kecewanya karena apa Mas. Tapi kalau itu soal perempuan, Luna gak bisa toleransi. Kalau maaf pasti akan aku berikan, tapi untuk bertahan di sisimu, rasanya tidak akan. Sebab, aku sangat menghormati sebuah hubungan, kalau sudah dilandasi kebohongan, selama nya akan selalu bohong. Setia itu mahal Mas. Itu prinsip paling anggun dan elegan dalam hidup manusia." sahut Luna lugas.
Gio hanya menatapnya sendu. Luna tidak tahu bahwa ia akan menemukan kebenaran itu, dengan mata kepalanya sendiri. Ia saksikan langsung ketika setibanya di Bandung.
Benci? alih-alih. Malah perasaan cinta semakin bertambah besar. Karena itulah wajah Adit yang sedang menyatakan perasaan, malah berubah menjadi wajah Giovanni.
"Ma, dulu mama kayak Luna gak sih? kalo udah cinta sama papa, sampe gak bisa move on gini." Luna menengadah pada langit seolah sedang menyapa mama di surga sana.
Apa mama emang terlalu setia, hingga papa pun sampai sekarang tidak kuasa mencari pengganti mama?" Luna tersenyum. Ia, mungkin mamanya juga dulu adalah orang yang sangat setia, hingga sampai ia telah tiada pun papa tetap setia menjaga cinta mereka.
Papa selalu mengunjungi makam mama ketika jumat menyapa. Agenda rutin yang tak boleh ia lewatkan. Begitu indahnya cinta papa dan mama. Berbeda dengan Luna, yang selalu mendapatkan penghianatan.
"Ma, kalau boleh memilih, Luna gak mau jadi dewasa. Mau jadi anak kecil aja terus. Yang nangis kalo kakinya luka waktu jatuh dari sepeda. Atau, yang nangis kalo dapet nilai jelek waktu ulangan matematika. Dewasa itu gak enak, apalagi setelah mengenal cinta. Cinta terlalu banyak membuat aku terluka, sampai untuk membuka hati saja sekarang rasanya aku tidak bisa. Sakit sekali, Ma." lirih Luna lagi. Ia menyeka kembali airmatanya.
Luna beranjak menuju ranjang setelah menutup pintu yang menghubungkan kamar dan teras. Ia mencoba memejamkan mata, mencoba mencari sosok Luna yang dulu mau menang sendiri. Sekarang, Luna itu telah berganti menjadi sosok yang lebih mengalah. Mengalah pada perempuan bernama Dewi itu misalnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
☠☀💦Adnda🌽💫
sama berarti luna akupun kdng jenuh pengin jd anak " lg... bebas tanpa beban kyknya bahagia bngt bgtu
2022-11-15
0
Riska Wulandari
lupain Gio Lun jangan cengeng biarkan Gio yg nanti mengemis cinta sama kamu..
2022-06-02
0
Purnama Dewi
Rasa yang sangat alami, rasa benci akan tetap menjadi cinta
Berapapun jumlahnya, Hanya 1 nama sekali dalam hidup, yang mampu membuat hati begini.
Benci dan cinta bisa menjadi 1.
Aneh ini nyata...
Analogi rasa dan asa...
2022-01-13
0