Gio terbangun saat mentari telah terbenam berganti cahaya bulan. Gio membuka mata, sekelilingnya nampak gelap. Tentu saja, karena ia belum menyalakan lampu. Gio berdiri, meraba sakelar lalu menghidupkan lampu. Ruangan itu terang seketika, namun ia terperanjat ketika dilihatnya Luna sudah duduk dengan manis di sofa kamarnya. Entah sejak kapan gadis itu masuk. Dan kenapa pula ia tidak terpikirkan menghidupkan lampu.
"Nona, kenapa ada disini?" tanya Gio dengan jantung yang rasanya sudah mau copot.
Luna bersidekap, ia hanya memakai tanktop berwarna pink terang. Tato di atas dadanya terpampang nyata, menyembul di salah satu dadanya yang padat. Gio mengalihkan pandangan, belum juga ia terkejut mendapati Luna yang telah duduk manis di kamarnya kini ia harus gugup pula melihat tato di atas dada gadis itu.
Gio menekan pelipis, ia ini lelaki normal. Mendapati perempuan cantik dan molek di dalam kamarmu, pasti sudah membuat otak jalan-jalan ke surga.
"Nona, bisakah kau keluar dulu?" tanya Gio tanpa mau melihat Nona Mudanya itu.
"Gak mau! dan coba lihat, apa Papa tidak salah pilih pengawal untukku? jam segini baru bangun." balas Luna dengan wajah ditekuk.
"Baiklah, maafkan aku Nona. Tapi bisakah kau menungguku di ruang tamu dahulu." pinta Gio lagi. Luna tetap tidak mau. Ia mantap di tempat duduknya.
"Antar aku jalan-jalan malam ini." perintahnya pada Gio yang masih mengharap ia segera pergi dari kamar lelaki itu.
"Baik Nona, aku akan mengantarmu. Tapi, aku mandi dulu dan sekarang tolong tunggulah diluar." ujar Gio lagi dengan wajah lelah.
"Gak mau, gak mau, gak mau!" Keras kepala Luna.
Gio menarik nafas panjang. Ia jadi kehabisan akal karena gadis itu. Akhirnya Gio membiarkan Luna melihatnya membuka baju. Luna menahan nafas saat melihat otot-otot di perut Gio juga dengan dada bidang yang pasti nyaman untuk bersandar.
Gio membiarkan Luna, ia juga sudah kehabisan akal untuk membujuk gadis itu pergi. Luna masih ternganga dengan pemandangan indah tak jauh darinya itu. Tanpa sadar ia jadi menelan ludahnya sendiri. Namun, saat Gio hendak membuka celana gadis itu berteriak.
"Mas Giiiooooo!!!" Ia menutup mata. "Mas Gio mesum!" Ia segera berlari, meninggalkan rumah Gio menuju rumahnya.
Gio hanya menggaruk kepala melihat kepergian Luna. Tadi ia sendiri yang memaksa ingin tetap berada di dalam kamar. Bahkan masih betah di sana saat Gio telah membuka bajunya. Lalu sekarang ia meneriakinya mesum.
"Nona Muda memang keras kepala. Yang mesum dia, bukan aku." rutuk Gio kesal. Ia segera melangkah menuju kamar mandi dan membersihkan diri.
...****************...
Luna masih ingat betapa malunya ia tadi saat melihat tubuh indah lelaki bernama Gio. Ia duduk di dalam kamar, belum mengganti baju yang ia pakai. Lalu saat ia tak sengaja melihat tonjolan dari balik celana Gio, wajahnya jadi bersemu merah.
Ketukan pintu di kamar membuyarkan lamunan Luna. Ia segera membuka pintu kamar. Dilihatnya, Gio sudah berpakaian rapi, pakaian kasual khas lelaki macho masa kini.
"Ngapain mas Gio kesini?!" tanya Luna. Mode galaknya hidup lagi.
"Lho, tadi katanya mau jalan-jalan?" sahut Gio sambil menaikkan satu alisnya. Demi dewa dewi cinta, Luna bisa merasakan jantungnya berdebar keras mendapat tatapan maut itu.
"Oh iya, aku lupa. Tunggu di luar, aku ganti baju dulu." ujar Luna kemudian tanpa menutup pintu.
Gio menarik gagang pintu, menutupnya perlahan.
Suruh tunggu di luar tapi pintunya gak di tutup! Gio membatin kesal. Nanti dia juga yang akan dituduh mesum oleh gadis itu.
Wanita memang racun dunia. Pekik hati Gio kesal.
Gio bersandar di dinding tepat di samping pintu kamar Nona mudanya. Ia nampak memainkan ponsel. Saat terdengar suara gagang pintu, ia segera memasukkan benda itu ke saku celana.
"Ayo!" Luna meraih lengan Gio, menggandengnya tanpa ragu. Gio jadi bingung sendiri dengan tingkah anak Tuannya ini. Namun, saat Gio masih terpaku, Luna juga tersentak. Ia segera melepaskan gandengannya.
"Mas Gio, kenapa kita malah gandengan!" Ia mencak-mencak lagi.
"Nona kok yang gandeng aku." sergah Gio cepat, mencoba menyelamatkan harga dirinya sebagai pria setia.
"Udah ah, yuk jalan aku udah gak sabar lagi mau keliling Jakarta." sahut Luna lalu segera menuruni anak tangga.
Gio kesal setengah mati pada Nonanya itu. Ia sendiri yang meraih tangannya, tapi sekarang ia bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Namun, Gio tetap menuruti semua kemauan anak Tuannya itu. Saat mereka telah berada di mobil, Nonanya kembali berulah.
"Stop!" Teriakan Luna membuat Gio segera menginjak rem.
"Ada apa lagi Nona?" tanya Gio menahan kesal dihati.
"Aku mau duduk di depan." Luna keluar dari mobil lalu memutari mobil dan duduk di samping Gio.
Gio memandang gadis cantik itu sekilas. Luna kembali mengenakan rok jeans pendek serta atasan kaus ketat yang lagi-lagi membentuk tubuhnya.
Gadis itu nampak tenang duduk di sampingnya. Gio mencoba fokus menyetir, ia berharap setelah ini tidak ada lagi tingkah aneh dari Nona Luna. Hari ini ia sudah cukup banyak mendapat kejutan spot jantung oleh Nona cantik itu.
"Aku mau ke mall."
Nampaknya Gio belum bisa bernafas lega, sebab setelah tadi keliling tidak jelas Luna akhirnya memutuskan untuk diantar ke mall terdekat yang artinya ia harus memutar balik laju mobil yang sudah sangat jauh.
Nona ini benar-benar menguras isi jantungku. Batin Gio
Sampainya di Mall, Luna belanja banyak sekali. Gio sudah seperti trolly berjalan dengan banyaknya kantung belanjaan. Ia juga menuruti kemana pun Nonanya itu pergi.
"Mas Gio tunggu ya." Luna segera berlari menuju stand makanan yang menjual sosis dan seefood bakar.
Luna memesan banyak makanan itu. Ia makan sepanjang jalan, sesekali ia menyuapi Gio yang sedang kerepotan membawa barang belanjaannya.
"Enak gak?" tanya Luna antusias. Gio mengangguk. Suasana diantara mereka jadi lebih menyenangkan. "Nih, makan lagi ya." Ia kembali menyuapi Gio bahkan sampai menuju parkir kendaraan.
Setelah meletakkan barang belanjaan di jok belakang mobil, Gio masuk ke dalam mobil menyusul Luna yang sudah lebih dulu masuk ke sana.
Ia tertegun melihat Luna yang sudah terpejam dengan kepala bersandar, sabuk pengamannya bahkan belum terpasang. Gio menggeleng gemas melihat Nona cantik itu.
Dengan hati-hati Gio memasangkan sabuk pengaman dan menurunkan sedikit posisi kursi.
"Kadang nyebelin, kadang sombong, kadang lucu." gumam Gio sambil tertawa kecil memandang Luna yang sudah pulas.
Ia kembali menghidupkan mesin mobil, membawa Nona muda kesayangan Tuan besar itu dengan hati-hati sampai di rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
yaaahhh...kadang2
2022-07-06
0
💐Komala Tuti Sari💐
lucunya Luna cerewet, bawel, manja... harus sabar ya mas Gio... 😄😄😄
2021-08-06
0
H!@t>🌟😉 Rekà J♡R@
Luna msh kekanakan sebenarnya.. manja.. n riang. Nyenengin deh klo lama dekat dia..
trus apa tadi..? Otak Gio sdh jalan2 ke surga gegara tato nona Luna..🤣🤣🤣
2021-07-23
1