Luna melangkah anggun menuju ruangan papa di perusahaan raksasa itu. Langkahnya teratur, senyumnya menebar ke segala penjuru. Semua karyawan gempar, mereka baru sekali ini melihat Laluna Bachtiar dari jarak dekat.
Siapa yang tidak mengenal gadis itu? seorang model tersohor, aktris pendatang baru yang bersinar juga anak seorang konglomerat kelas dewa. Di usianya yang baru bergeser 22 tahun itu, ia sempurna bak putri dalam negeri dongeng.
Namun, tidak ada yang tahu bahwa kisah percintaan Luna tidak pernah beruntung. Ia selalu menjadi pihak yang terluka. Sebab itulah hari ini ia sengaja melangkah ke perusahaan besar milik ayahnya.
"Papa." Luna memanggil papa yang sedang membelakanginya. Kursi kebesaran sang ayah menjadi sandaran yang sempurna melengkapi status kelasnya.
Papa memutar kursi itu, sedikit tercengang melihat anak gadis nya datang. Namun di detik berikutnya, ia menyunggingkan senyum, mempersilahkan sang Nona muda duduk.
"Tumben." Ujar papa dengan senyum penuh wibawa seperti biasa.
"Emangnya gak boleh ya?" Luna mencebik.
"Mas mu mana?" Tanya Papa celingukan. Luna menggeleng.
"Luna nyetir sendiri, Mas Gio sakit lagi gak enak badan."
Bohong!
Tentu saja Luna sengaja pergi diam-diam, saat Gio sedang mandi, ia bergegas meraih kunci mobil lalu melajukan diri menuju perusahaan.
Papa nampak berkerut kening, mungkin mendengar Gio sakit adalah hal yang tidak pernah ia dengarkan sedari dulu.
"Oke, terus apa mau putri papa ini?" Tanya papa langsung, ia tahu Luna pasti ingin membicarakan hal yang serius.
"Ehmmmmmm, Pa Luna boleh minta sesuatu?" Tanya Luna berusaha tetap tenang.
"Katakanlah sayang, apa yang tidak pernah papa turuti sampai kau harus datang ke sini sekarang?"
"Luna mau perusahaan di London."
Hening.
"Sebutkan alasannya." Tuan Rafli kembali menyandarkan tubuhnya ke kursi.
"Pa, Luna ingin membuat pengakuan sama papa. Tapi, Luna mohon sekali, papa bisa mengerti dan tidak menghakiminya setelah ini."
Dahi papa semakin berkerut. Ia belum tahu kemana arah pembicaraan anak gadisnya ini.
"Luna, kamu tampak serius sekali, jadi jelaskan semuanya tanpa ditutup-tutupi lagi." Titah Papa dengan mimik serius juga. Ia mulai merasa ada yang aneh dengan anaknya ini.
"Papa, Luna sangat mencintai Mas Gio." Kalimat pertama itu meluncur begitu saja dari bibir Luna.
Papa memejamkan mata, ekspresinya masih sama, tenang.
"Kami sempat berhubungan dekat sekali pa, meski Mas Gio menggantung hubungan kami waktu itu. Papa, Mas Gio ternyata sudah memiliki calon istri. Akulah orang ketiga di antara mereka kemarin." Luna menunduk, menahan bulir airmata yang hampir jatuh.
Papa, masih tenang namun terdengar ia menarik nafas panjang mendengar kata demi kata yang Luna lontarkan.
"Teruskan." Ujar papa lagi.
"Dan Luna juga Mas Gio sama-sama tersiksa atas situasi ini pa. Jadi Luna mohon, biarkan Luna pergi, setidaknya sampai Mas Gio benar-benar menikah dengan calon istrinya." Sambung Luna masih dengan wajah yang menunduk.
"Laluna, tadinya papa pikir kalian memang sudah menjadi sepasang kekasih. Gio adalah lelaki yang papa percaya bisa menjadi suami kamu kelak. Papa menyukai kepribadiannya, tapi soal Gio yang sudah memiliki calon istri papa sama sekali tidak tahu. Maafkan papa telah membuat kalian terjebak dalam situasi seperti ini."
Luna mengangkat wajahnya, menatap papa berkaca-kaca. Tadinya ia pikir papa akan marah atau mungkin akan memecat Gio, tapi kenyataan sebenarnya, papa malah memang menginginkan mereka menjadi sepasang kekasih. Namun sayang, tentang status Gio yang sudah bertunangan, papa kecolongan.
"Jadi aku mohon Pa, izinkan aku untuk pergi ke London. Aku akan meninggalkan profesi ku, aku akan serius mengelola perusahaan. Aku... tidak ingin bertemu Mas Gio lagi pa." Pinta Luna dengan airmata yang sudah tumpah deras.
Papa beranjak, lalu menghampiri putri kesayangannya, memeluk Luna berusaha memberi kekuatan.
"Ya... kapan kau ingin ke sana?" Tanya papa akhirnya.
"Secepatnya."
"Baiklah, papa akan mempersiapkan semuanya."
"Pa, boleh Luna minta satu hal lagi?"
Papa melepas pelukannya, lalu mengangguk menatap Luna.
"Biarkan Mas Gio tetap menjaga Papa. Aku, gak mau papa sendirian. Tetap lah anggap dia seperti biasa, jangan membencinya. Dan jangan katakan Luna akan segera pergi ya pa. Biarkan Luna melangkah tanpa melihat Mas Gio lagi bahkan di Bandara sekali pun."
Papa mengusap airmata putri semata wayang nya itu, lalu mengangguk lagi.
Tentu saja papa tidak akan membenci Mas mu itu Lun. Papa sudah menganggapnya anak sendiri, kalau kalian memang tidak berjodoh, biarlah Gio selamanya tetap menjadi bagian keluarga kita. Batin Tuan Rafli sendu.
Dan dua hari lagi dipastikan Luna akan segera berangkat ke London. Tepat di waktu Gio akan pulang ke Bandung. Gio tidak akan pernah tau Luna pergi kemana karena Papa juga telah berjanji untuk tidak memberi tahu Gio tentang kepergiannya.
"Jalani kehidupan yang baik seperti saat Gio mampu merubah mu ya Lun. Jangan kembali seperti dulu, papa percaya kali ini kamu bisa jaga diri." Papa membelai lembut rambut putrinya itu.
Tepat saat Luna mengangguk, ponsel papa berbunyi.
"Siapa pa?" Tanya Luna saat papa malah menatapnya.
"Mas mu."
"Bilang aja Luna tadi udah izin papa ya keluar sendiri." Pinta Luna dengan tangan tertangkup di depan dada. Papa lagi-lagi mengangguk.
"Kenapa Mas?" Tanya papa membuka percakapan.
"Luna ada gak Pa? aku gak lihat dia sama mobilnya, aku takut dia kemana-mana." Ujar Gio panik.
" Iya, tadi Luna udah telepon papa, ada perlu sama temannya. Gak papa Mas, papa udah kasih izin."
"Hmmmm baiklah pa, papa lagi di perusahaan? aku kesana ya?"
"Boleh, kebetulan papa mau makan siang, kamu jemput sekarang ya."
"Iya pa, lima belas menit paling lama." Terdengar Gio terkekeh.
Papa mematikan sambungan telepon. Luna segera meraih tas.
"Luna pulang ya pa." Gadis itu segera mencium pipi papa lalu bergegas menuju lift yang akan mengantarnya ke basement. Ia tidak ingin Gio keburu datang dan melihatnya di sana.
Di dalam mobil, Luna merasa matanya kembali memanas. Luna mantap akan meninggalkan Indonesia tanpa sepengetahuan Gio. Luna mantap meninggalkan semua kenangan indah yang pernah ia rajut bersama lelaki itu.
Ia tidak ingin terus-terusan terjebak dalam situasi sulit ini lagi. Setiap kali melihat Gio, rasa cinta malah semakin bermekaran. Hatinya sering kali menghasut agar ia kembali saja pada Gio. Luna tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama.
Pada akhirnya, berpisah dan menjauh adalah sebaik-baiknya pilihan.
Akan ku tinggalkan semua kenangan, juga angan serta impian.
Biarlah kisah kita terhenti di persimpangan.
Kau dan aku tidak akan pernah bisa saling mempertahankan.
Sekuat apapun mencoba, sekeras apapun melawan.
Tetap saja kita akan kalah oleh keadaan.
Mari kasihku, kita saling melupakan.
Kalau tidak bisa segera, cobalah pelan-pelan.
-Elegi Laluna
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
𝖒𝖔𝖓🆁🅰🅹🅰❀∂я💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
nyesek bacanya 😭😭😭
2022-12-06
0
☠☀💦Adnda🌽💫
ko jd ikutan nyesek y..... 😢😢😢😢
2022-11-15
0
Riska Wulandari
ayo Lun tinggalin Gio biar Gio bisa nentuin pilihan hatinya..
2022-06-02
0