"Papaaa ..." Luna menghambur memeluk papa yang ternyata telah menunggu kedatangan gadis itu setibanya ia di rumah. Gio bahkan belum sempat membukakan pintu, karena Luna sudah lebih dulu turun dan berlari menuju ayahnya.
"Kamu baik-baik aja?" Pertanyaan itu keluar ketika papa melepas pelukan hangatnya untuk Luna.
Luna menggeleng, tampak raut sedih di mata indahnya. Papa dan Luna memang sangat dekat. Selama ini, Luna akan terbuka kepada Papa meski mereka tinggal berjauhan. Termasuk tentang hubungannya dengan Daniel, Papa juga tahu.
"Daniel selingkuh, pa. Dia lelaki jahat!" ujar Luna setelah sekian lama terdiam. Papa menghela nafas berat.
"Sudahlah sayang, bukannya dulu papa sudah melarangmu berpacaran dengan lelaki itu?" gumam Papa sedih. Ia sedih melihat anak gadisnya diselingkuhi.
Tuan Rafli Bachtiar, adalah salah satu orang terkaya di Indonesia. Aset kekayaannya tidak lagi bisa dihitung dengan angka biasa. Namun, Tuan Rafli harus menelan pil pahit saat istri tercintanya meninggal empat tahun yang lalu.
Tuan Rafli sendiri tidak mau lagi mencari istri. Ia memang memegang janji setia pada mendiang istri. Meski Laluna tidak melarang bila Papa ingin menikah lagi. Namun, Rafli teguh pada prinsipnya. Ia hanya ingin menjaga Luna setelah ditinggal mati istrinya.
"Eh, Papa hampir lupa, Gio, sini." Papa memanggil Gio yang sedang mengeluarkan koper milik Luna dari bagasi mobil.
"Iya Tuan." Gio mendekati Tuan Rafli.
"Kenalkan, ini Laluna anak saya. Luna, ini Giovanni, ajudan pribadi papa." Tuan Rafli memperkenalkan keduanya.
Luna dan Gio berjabat tangan, meski tadi mereka sudah saling tahu nama satu sama lain. Juga Gio telah mengusap perut anak Tuannya ini. Terkenang itu membuat Gio jadi sedikit salah tingkah.
"Dan mulai hari ini, Gio yang akan menemani kemana pun kamu melangkah. Gio yang akan mengantar kamu kemana-mana. Gio akan tinggal di rumah belakang, papa sudah mempersiapkannya." ujar Tuan Rafli dengan senyumnya yang penuh wibawa.
Baik Gio dan Luna, keduanya sama-sama tercengang. Gio selama ini adalah ajudan pribadi yang akan mengantar Tuan Rafli kemana pun bahkan ke luar kota sekali pun jika ia harus melakukan perjalanan bisnis.
Sementara Luna sudah berharap akan bisa sebebas saat ia di Amerika kemarin. Apalagi, saat ini Luna juga sedang dalam pembahasan serius dengan sebuah agensi model di Jakarta. Lewat email beberapa bulan lalu yang menawarkan ia untuk bekerja sama, baru ini Luna menerimanya.
"Tapi pa ..."
"Tidak ada bantahan, Luna. Papa tidak mau kamu salah langkah seperti kemarin. Apalagi sampai mengenal pria seperti Daniel lagi."
Luna lemas. Ia sudah membayangkan, hari-harinya akan dibayang-bayangi oleh lelaki bernama Gio ini.
"Mas Gio kok gak nolak sih?!" Luna mencak-mencak di atas tangga saat Gio mengikutinya untuk membawa koper.
"Memang saya bisa apa, Nona?" tanya Gio. Raut wajahnya nampak dingin.
"Nyebelin!" pekik Luna sambil membuka pintu kamar yang pagi tadi sudah dibersihkan oleh bik Nani.
Ia segera menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Tengkurap sambil memukul-mukul bantal. Gio jadi tersenyum kecil melihat tingkah anak Tuannya itu.
"Saya permisi, Nona. Kopernya saya letakkan di samping lemari."
Tidak ada jawaban. Gio berbalik lalu berjalan meninggalkan kamar luas itu dengan Luna yang masih kesal setengah mati.
Saat hendak keluar, Tuan Rafli kembali memanggilnya. Gio segera mendekati pria itu.
"Gio, Aku percayakan kau untuk menjaga putriku. Jaga dia dari segala bentuk kehidupan liar yang selama ini dijalaninya di Amerika." ujar Tuan Rafli serius.
"Tapi Tuan, siapa yang nanti akan menjaga anda?" tanya Gio. Selama ini, Gio sudah sangat setia pada Tuan Rafli. Pria itu telah sangat baik padanya. Dan rasanya, Gio masih belum rela bila Tuannya harus di jaga oleh ajudan lain.
"Sudah ada, Asistenku di perusahaan. Dani. Kau tentu mengenalnya. Aku hanya percaya padamu untuk mengawasi Laluna." Sahut Tuan Rafli tegas.
Gio akhirnya mengangguk, ia akan menyanggupi apa pun perintah dari Tuan besar yang baik hati itu, termasuk menjaga putri kesayangannya, Nona Laluna.
"Tinggallah di rumah belakang. Kau tidak perlu kembali ke kontrakan lama mu. Aku memang sudah mempersiapkan rumah itu untukmu." Sambung Tuan Rafli lagi. Gio hanya mengangguk patuh.
Meski sudah sering masuk ke dalam rumah megah itu, Gio sama sekali tidak tahu bahwa Tuan Rafli juga telah membuat sebuah rumah minimalis di belakang, tak jauh dari rumah besarnya.
"Beristirahatlah dulu, Gio. Aku akan mengajak putriku bicara. Hari ini aku sengaja tidak masuk kantor untuk menemaninya. Itu artinya, kau harus libur juga, bukan?" Tuan Rafli tersenyum hangat. Gio membalasnya.
"Terima kasih, Tuan. Kalau begitu, saya permisi." Gio membungkuk sesaat lalu berjalan menuju rumah belakang.
sampai di sana, Gio melihat sebuah rumah minimalis bercat putih. Ia mendekat, membuka pintu dan menemukan tempat itu telah lengkap dengan perabotannya.
Gio tersenyum, Tuan Rafli sangat baik padanya. Gio melanjutkan langkah, berkeliling melihat seluruh ruangan. Hanya ada satu kamar yang cukup luas.
Ia masuk, menghempaskan tubuhnya di ranjang. Baru saja hendak menutup mata, ponselnya berdering.
Gio tersenyum melihat nama tunangannya tertera di sana.
"Iya Wi." sahut Gio saat suara Dewi terdengar riang menyapa.
"Mas Gio, aku kangen." ujar gadis itu. Gio tersenyum.
"Aku juga, tapi aku belum bisa kembali ke Bandung minggu ini."
Terdengar Dewi menghela nafas. Ia sudah rindu sekali pada kekasihnya itu. Sudah hampir tiga minggu mereka tidak bertemu.
"Hmmmmm, tapi minggu depan, Mas udah bisa pulang kan?" tanya Dewi penuh harap.
"Iya, udah kok Wi."
"Ya udah, mas baik-baik ya di sana. Jangan nakal dan selingkuh ya." ujar Dewi sebelum menutup sambungan telepon. Selalu seperti itu kalimat penutup dari calon istrinya itu.
"Memangnya aku mau nakal sama siapa, Wi." Gio terkekeh pelan.
Sambungan itu akhirnya terputus juga, bertepatan dengan jarum jam yang sudah menunjukkan pukul empat sore.
Gio ingin menikmati suasana rumah barunya itu untuk beberapa jam ke depan. Ia mulai memejamkan mata. Merasakan semilir angin yang masuk celah jendela.
Sementara saat Gio mulai terbuai dengan tidurnya, Luna menatap Papa dengan sedikit kesal di kamarnya.
"Gio itu lelaki baik, dia pasti bisa jaga kamu. Papa sengaja minta dia selalu temani kamu kemana pun." ujar Papa lembut berusaha melunakkan hati anaknya.
"Papa, aku udah gede. Gak perlu ajudan atau supir. Aku bisa sendiri. Lagian, papa kan tau selama di Amerika aku baik-baik aja." Sungut Luna dengan tangan bersidekap di depan dada.
"Baik apanya Lun, kamu pikir papa gak tau kamu suka ke club malam. Kamu party gak jelas." sergah papa cepat. Luna terdiam. Dari mana papa tau semua itu?
Sial, ia kecolongan!
"Tapi .."
"Tidak ada bantahan. Papa hanya ingin kamu jadi anak baik." sanggah papa memotong kalimat protes yang belum sempat Luna selesaikan.
Luna manyun, kembali membenamkan kepalanya ke bantal. Papa hanya geleng kepala melihat anaknya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
☠☀💦Adnda🌽💫
kirain gio bkln jd sana luna thor.... ko dia udah punya pacar 🤔🤔🤔
2022-11-15
0
Patrick Khan
. mampir kak
2022-04-27
0
Efrida
model, suka kehidupan mlm msh perawan wow bgt 😅😅😅😅
2021-09-18
0