Gio memandang hamparan perkebunan teh yang membentang luas bak permadani itu dengan tatapan menerawang. Ia baru saja tiba satu jam yang lalu dari Jakarta.
Gio pergi seorang diri. Tanpa Luna. Tanpa sepengetahuan Luna tepatnya. Padahal ia telah berjanji akan mengajak gadis itu juga hari ini. Namun, pagi tadi Gio sengaja mengubah rencana. Ia pergi saat Luna masih terlelap.
Saat ini bahkan ia tidak mengangkat telepon dari gadis itu. Bisa dipastikan, saat ini Luna pasti marah besar padanya.
Seseorang menepuk bahu Gio pelan. Gio tersenyum ke arah gadis berambut sebahu itu.
"Mas Gio, aku cariin ternyata disini." Dewi mendaratkan tubuhnya duduk di samping Gio.
"Aku tadi lihat kamu ngobrol sama Rian, gak enak gangguin. Kayaknya ada hal penting yang lagi kamu omongin sama dia." sahut Gio sambil tersenyum.
Dewi menunduk, lalu ia menatap Gio lekat.
"Iya Mas, kerjaan kami di kantor lagi banyak banget. Mas Rian sering minta tolong aku ngerjain laporan."
Gio mengangguk. Ia tahu Rian adalah teman masa kecil Dewi, dan kebetulan Rian juga atasan tunangannya itu di kantor mereka.
"Jangan terlalu capek Wi, aku gak mau kamu sakit." ujar Gio sembari mengusap lembut rambut tunangannya itu.
"Mas juga ya. Hmmm... mas aku dengar sekarang, Mas gak jadi ajudan Tuan Rafli lagi?"
"Iya, tapi jadi pengawal anaknya." sahut Gio menatap lurus ke depan.
"Perempuan, Mas?" tanya Dewi hati-hati. Gio mengangguk.
"Cantik?"
Gio terdiam. Tidak mau menjawab. Yang jelas lebih cantik dari Dewi. Itu kenyataan. Dan Gio tidak ingin melukai Dewi dengan jawabannya yang jujur itu.
"Kamu gak jawab, Mas." ujar Dewi lirih. Gio merangkul gadis itu, membuat Dewi merebahkan kepala di bahunya yang kokoh.
Gio diam dengan pikiran berkecamuk. Teringat Luna yang ia tinggalkan di Jakarta. Teringat kebersamaan mereka selama ini. Teringat perasaannya yang telah berputar haluan. Teringat Luna yang hampir menyerahkan kehormatannya. Teringat dosa terindah yang pernah mereka lakukan. Meski tidak sampai menyatu dengan sempurna, tapi Gio merasa sudah terlalu jauh bersama gadis itu.
Kini saat ia memandang Dewi, ada gemuruh dan gelombang putus asa menghantam hatinya. Dewi dan dia sudah menjalin hubungan kurang lebih tiga tahun. Kini usia Dewi 26 tahun, lebih muda tiga tahun darinya.
"Mas Gio, gak nakal kan selama di Jakarta?" tanya Dewi yang masih bersandar di bahunya.
Terasa jantung Gio dipompa lebih cepat dari biasanya. Ia juga bingung harus bagaimana, bukankah sekarang, Gio memang sudah mulai berkhianat?
"Ehmmmmm tidak Wi." Jawaban itu meluncur seiring hati Gio yang sudah amblas sampai ke dasarnya.
Maafkan aku Wi. Bisik Gio lirih di dalam hati.
Dan jujur saja, saat sedang bersama Dewi pun, bayangan Luna malah berkeliaran di dalam otaknya. Gio kembali menatap hamparan perkebunan teh itu dengan hampa.
Aku merindukanmu, Luna... Batin Gio berkhianat.
...****************...
Luna memandangi sekeliling kamar Gio dengan pandangan sedih. Ia berbaring memeluk guling berusaha merasakan kehadiran lelaki itu di sisinya. Harum tubuh Gio masih tercium di ranjang itu. Juga baju Gio yang ia peluk di depan dada terasa menambah aroma nestapa di hati Luna.
"Mas Gio jahat ... " gumam Luna lirih. Ia membiarkan kegelapan menemaninya di kamar Gio.
Ia masih ingat saat terbangun pagi dan tidak mendapati Gio lagi. Padahal Gio sudah berjanji akan mengajaknya pulang ke Bandung. Namun dari security yang menjaga gerbang depan, Gio ternyata telah pergi sejak subuh tadi.
Luna juga beberapa kali berusaha menghubungi Gio. Tapi lelaki itu selalu menolak panggilan teleponnya.
"Mas Gio, aku kangen." desah Luna dengan airmata yang sudah menitik.
Luna membuka mata saat dering ponselnya berbunyi. Tadinya ia pikir itu teman-temannya sesama model dan artis yang akan mengajaknya pergi ke club malam. Namun, setelah tiga kali berdering akhirnya ia meraih benda itu.
Matanya seketika berbinar saat Ia melihat satu nama tertera di layar. "Mas Ku".
"Lun..." Suara berat itu membuat airmata Luna sukses merebak deras.
"Mas Gio ..." Ia mulai terisak. Gio terdengar menghela nafasnya.
"Sayang ... Jangan nangis, nanti Mas pulang." bujuk Gio. Bukannya berhenti Luna malah semakin terisak dalam tangisnya.
"Mas Gio jahat, Mas Gio tinggalin aku sendiri. Mas Gio ingkar janji." tuding Luna sambil membenamkan wajahnya ke bantal.
"Lun, terima panggilan video, Mas mau lihat kamu." ujar Gio lembut. Luna segera mengubah panggilan biasa menjadi panggilan video.
Nampak Gio tanpa baju sedang berbaring di kamarnya. Luna rindu sekali wajah tampan juga tubuh atletis itu yang kini kerap menemani malam-malamnya.
"Sayang, kenapa gelap?"
Luna segera beringsut, menghidupkan lampu tidur agar bisa mendapat sedikit cahaya.
Ia kembali mengarahkan wajahnya ke kamera. Nampak matanya sembab dan basah. Gio menatap gadis yang ia sayangi itu pilu.
"Kau di kamarku?" tanya Gio, Luna mengangguk pelan. Gadis itu sedang berbaring menyamping, membuat tonjolan dadanya terkuak sedikit. Tato hakuna matatanya terpampang.
"Mas Gio, kapan pulang?" tanya Luna penuh harap.
"Tiga hari lagi ya."
Luna membuang wajahnya. Gio memandang gadis itu gemas. Kalau saja Luna ada di dekatnya, sudah ia hujani gadis itu dengan ciuman bertubi-tubi.
"Mas Gio nanti pulangnya hati-hati ya." ujar Luna kemudian. Gio mengangguk.
"Lun, tidur ya, Mas temani sampai kamu tidur."
"Iya mas, selamat malam, Mas Gio." gumam Luna lirih lalu mulai memejamkan mata.
Gio memandangi wajah yang sudah terpejam itu lekat. Tuhan, betapa ia menyayangi Luna. Namun, Gio tidak bisa memilih antara Luna dan Dewi. Meski kadar cintanya pada Dewi kini telah jauh berkurang.
"Aku sayang banget sama Mas Gio..." lirih Luna dalam tidurnya. Gio menyentuh bibir itu melalui layar ponsel.
"Mas juga sayang banget sama kamu Lun." balas Gio sama lirihnya.
Entah sampai kapan mereka akan menjalani hubungan terlarang ini. Entah sampai kapan mereka bertahan dalam hubungan tanpa status itu. Entah sampai kapan Gio bisa menahan hasratnya terhadap Luna.
Luna memang menggoda, ia memiliki tubuh indah yang akan bisa menghangatkan pria manapun. Namun, ini bukan hanya tentang tubuh. Gio nyatanya menyayangi dan mencintai Luna dengan tubuh juga hatinya.
"Aku tidak pernah menyangka, akan menyayangi sedalam ini, Laluna. Entah apa yang akan terjadi pada kita berdua nanti. Tapi aku mohon, jika kau menemukan seseorang yang lebih segalanya dari aku, maka pergilah bersamanya. Jangan pernah mengingat lagi tentang hubungan kita yang terlarang ini. Kau sulit ku gapai, Lun. Mungkin selamanya kita tidak akan pernah bisa saling menyatu." desah Gio sebelum ia mengakhiri panggilan Video itu.
Luna... Kau bukan sekedar indah. Batin Gio sedih di dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
lovely
dasarr cowok gilaan kasian tunangan Lo woyyy kasian ma Dewi timbang si agresifff Luna 😠🥵
2022-12-19
1
Irmayanti Dara
Tenang lun, kmu bukan selingkuhannya gio kan gio belum nikah🤭🤭kata selingkuh cuma dipake buat pasangan yg udh nikah katanya🤣🤣🤣
2022-05-21
0
Sartini Dimitri Mah
Gio oh gio kok ga jujur aja sama Luna kalo sudah ada tunangan
2022-02-08
1