"Lun, nih."
Luna mendongak, mendapati Adit sedang menyodorkan satu minuman dingin untuknya. Lelaki tampan yang juga aktor itu adalah lawan mainnya di Film yang sedang ia bintangi.
"Thanks, Dit. Tau aja kamu aku lagi haus berat." ujar Luna lalu langsung menegak minuman dingin itu cepat.
"Iya, aku lihat tadi kamu kecapean banget abis adegan kejar-kejaran." sahut Adit sambil duduk di samping Luna.
Mereka baru saja selesai syuting untuk film terbaru yang akan segera tayang pada akhir tahun nanti. Karir Laluna melejit begitu cepat, di samping ia memang berbakat, nama besar ayahnya memiliki peran yang cukup besar dalam mendongkrak namanya.
"Kamu bawa mobil, Lun?" tanya Adit lagi. Luna menggeleng pelan.
"Naik taksi tadi."
"Pengawal kamu gak anterin? biasanya dimana ada kamu, pasti ada dia." ujar Adit sambil tertawa.
"Nggak, dia lagi pulang kampung." sahut Luna sambil tersenyum kecil mengenang Gio. Sudah dua hari dari malam saat mereka bervideo call ria, Gio tak lagi menghubunginya
"Aku anterin deh Lun. Gak tega biarin kamu pulang naik taksi."
"Gak ngerepotin ya?" tanya Luna sambil menatap Adit. Pemuda itu menggeleng lalu tersenyum.
"Yuk." ajaknya. Luna segera mengangguk.
Adit juga membukakan pintu mobil untuk Luna. Pemuda itu sumringah sekali bisa mengantar Laluna pulang. Jarang ia bisa mendapat kesempatan ini, karena biasanya Luna akan selalu di kawal oleh lelaki bernama Gio.
Sepanjang perjalanan pulang, Luna dan Adit sering bersenda gurau. Lelaki itu penuh humor, sering membuat Luna tertawa riang. Adit diam-diam memperhatikan Luna. Ia suka pada gadis cantik itu. Luna sangat menarik.
"Kamu udah punya cowok Lun?" tanya Adit sambil fokus menyetir.
Luna diam. Bingung harus menjawab apa. Hubungannya dengan Gio tidak jelas. Namun, kedekatan mereka sudah seperti sepasang kekasih.
"Belum, Dit. Gak kepikiran mau pacaran sekarang." sahut Luna akhirnya.
Adit mengangguk paham, tak ingin bertanya lebih jauh tentang hal yang sifatnya privasi itu.
Saat mobil memasuki gerbang, saat itu lah Gio turun dari mobil. Nampaknya lelaki itu baru saja sampai dari Bandung.
Gio menatap Adit yang membukakan pintu untuk Luna dengan hati yang seketika terbakar. Ia cemburu. Lantas menatap Luna tajam.
"Makasih ya Dit." Luna keluar dari mobil.
Adit kembali menjalankan mesin mobil setelah melambai ke arah Luna. Luna menatap Gio sekilas lalu memilih berlalu. Namun, Gio menahan langkahnya.
"Aku bisa jemput kamu. Kenapa minta dia yang anterin?" tanya Gio sedikit emosi.
"Kamu bahkan gak bilang bakal balik hari ini!" Luna melepaskan tangan Gio dari lengannya. Namun belum sempat ia masuk, Gio sudah menarik lengannya lagi, kali ini membawanya menuju rumah belakang.
Gio mendudukkan Luna ke sofa ruang tamu. Ia mengusap wajahnya lelah. Luna hanya bersidekap, memandang Gio kesal tapi juga rindu.
"Lun, Mas gak maksud gak bilang. Mas cuma ..."
"Cuma apa mas? Mas sukses mainin hati aku. Aku harusnya gak jatuh cinta sama Mas Gio!" Luna berdiri, lalu beranjak hendak meninggalkan Gio yang masih terpaku.
Gio tersadar, ia tidak ingin kehilangan Luna. Maka sesaat sebelum jemari lentik Luna menggapai gagang pintu, ia segera menyentak lengan gadis itu. Gio mendorong Luna hingga kembali terjatuh ke sofa.
Luna membiarkan saja ketika Gio mulai menciumi bibirnya. Awalnya, Luna tidak merespon. Ia masih sakit hati karena Gio mengabaikannya dua hari ini. Namun setelah beberapa sentuhan, Luna mulai membalas. Ia mengalungkan lengan ke leher lelaki yang kini berada di atasnya itu.
"Sayang ..." desah Gio setelah memberi tanda merah di dada Luna yang menyembul.
"Mas Gio... aku gak ada Mas kesepian." Luna merebahkan kepalanya di dada lelaki itu.
"Maafkan Mas ya. Mas juga kangen kamu Lun." Gio mengecup kening Luna lembut.
"Mas Gio, bisa gak kalo Mas pergi, aku juga ikut? Aku gak bisa jauh dari kamu." adu Luna lirih. Gio memeluk Luna erat. Entah kapan mulanya, Gio benar-benar telah jatuh cinta pada gadis ini.
"Iya, nanti Mas akan ajak kamu. Mas gak akan pergi diam-diam lagi." sahut Gio akhirnya. Ia tidak bisa membiarkan Luna sendiri.
"Janji ya Mas." Luna menunjukkan jari kelingkingnya.
"Janji, Sayang." Gio mengaitkan kelingkingnya.
Hening sesaat.
"Mas Gio sayang gak sih sama aku?" tanya Luna lirih. Gio menunduk, menatap Luna yang tengah berada dalam rengkuhannya itu dengan sayang.
"Mas sangat menyayangimu, Lun." balas Gio tulus.
"Luna juga." ujar Luna lalu mengecup pipi Gio.
"Sayang, tato apa di dadamu ini?" tanya Gio sambil mengelus gambar diatas salah satu dada Luna.
"Ini namanya simbol Hakuna Matata. Mas tahu artinya apa?"
Gio menggeleng.
"Artinya jangan khawatir. Simbol ini memiliki makna bahwa dalam kehidupan kita harus tenang dalam menghadapi setiap masalah. Karena suatu saat akan ada jalan keluarnya." jelas Luna sambil tersenyum.
Jangan khawatir pada setiap masalah, karena pasti akan ada jalan keluarnya. Apa itu juga berlaku untuknya? Untuk masalah cintanya yang rumit ini?
"Mas, kok ngelamun?" tanya Luna sambil mengibas tangannya di depan wajah Gio.
"Gak Lun, ehmmmm, kamu laper gak?" tanya Gio Luna mengangguk.
"Mau nasi goreng, Mas." pinta Luna dengan sedikit manja. Gio mengecup bibir Luna sekilas lalu tersenyum.
"Kamu tunggu ya, Mas masakin."
Luna mengangguk senang. Ia mengikuti langkah Gio menuju dapur. Ia duduk di meja makan, memperhatikan Gio yang tampak luwes berkutat di dapur.
"Pedes Lun?" tanya lelaki itu, Luna mengangguk lagi.
"Banyakin cabenya Mas."
Gio tiba-tiba teringat Luna yang sering sakit perut.
"Sedang aja ya Lun, Mas gak mau kamu sakit perut lagi."
Luna mengangguk lagi. Biarkan saja Gio berkreasi. Ia cukup memandangi lelaki yang ia cintai itu dengan puas. Gio semakin tampan saat sedang sibuk memasak. Ketampanannya bahkan bertambah berkali-kali lipat di mata Luna.
Lima belas menit kemudian nasi goreng seafood buatan Gio selesai. Baunya menggugah selera. Luna menyantapnya dengan lahap. Gio mengelus rambut gadis itu lembut.
"Enak sayang?" tanya Gio sambil tersenyum.
"Enak banget Mas. Mas pinter deh masaknya." sahut Luna sumringah.
Gio tertawa melihat gadis itu. Tuan Rafli nampaknya belum kembali dari luar negeri. Luna pasti kesepian sendiri di rumah besar bak istana itu.
"Mas Gio, Luna tidur di sini ya." ujar Luna setelah ia selesai dengan nasi goreng.
"Tapi nanti Bik Nani curiga Lun." desah Gio.
"Aku kesini kalo semuanya udah tidur."
Gio nampak berpikir sesaat tapi kemudian ia mengangguk.
"Ya udah, kamu sekarang balik dulu ke rumah ya. Papa pasti telepon sebentar lagi."
Luna mengangguk lalu beranjak menuju pintu depan setelah sebelumnya ia mengecup pipi Gio sekali lagi.
"Dah Mas Gio." Ia melambai, tubuh indahnya yang terbungkus dress ketat meliuk.
Gio sendiri memilih mandi membersihkan otak dan hatinya yang sudah tidak tahu lagi mana yang benar mana yang salah. Gio benar-benar terjebak dalam zona berbahaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Efrida
selingkuh itu indah 😅😅😅...gk mslh kok kan blm nikah, nikah nti wes hrs setia
2021-09-18
0
jilione997
sukaa bgt sma crtnyaa, dn smga nnti gio lbih yakin sma prsaannya trhdp luna dn itu mmbuat dia tmbh giat buat krja atau mulai usaha , untuk nunjukin ksriusnnya, dn jngn smpe gio nntinya tnyta seorng ceo yng lgi nymr, aku hrp gk kyk gtu yaa thor, krna crta kyk gni aja udhh krenn bgt
2021-08-03
0
Rskadmyant
LDR be Like :
Disini takut kehilangan, yg dsana takut ketahuan🤣🤣 nyahoo nggak tu?
2021-08-01
0