Sebuah mobil mewah terlihat memasuki area sekolah yang bernama Burlington School. Kendaraan roda empat itu terlihat begitu menjadi pusat perhatian. Namun tak juga yang melayangkan tatapan kagum itu segera menyingkir. Laki - laki itu segera keluar dengan gaya angkuhnya. Carla yang melihatnya hanya meringis. Begitu banyak orang yang memandang kagum laki - laki itu. Tak bisakah dia menyunggingkan senyum walau sedikit saja?
Jangankan sebuah senyuman yang laki - laki itu tunjukkan, orang yang menghalangi jalannya saja akan ditendangnya. Dialah sosok yang paling dihindari, sosok yang miliknya tidak boleh disentuh oleh siapapun.
Menyentuh berarti mati.
Keduanya berjalan beriringan menuju kelas, tak sedikit siswa siswi yang menatap kagum pada keduanya. Carla yang tak biasa ditatap seperti itu hanya tersenyum canggung. Ia tidak ingin mencari masalah dengan di cap sombong.
Carla meringis pelan kala tangannya yang saling bertautan itu diremas kuat.
"Jaga mata."
"I-iya maaf."
"Jaga hati."
"Iya," jawab Carla lembut sambil mengelus punggung tangan Steve.
Steve.
Steve Roger Watford, laki - laki itu masih saja menunjukkan raut wajah datarnya. Namun dalam hati ia tersenyum puas. Lelaki itu beralih mengecup sekilas kening gadisnya, yang membuat para kaum hawa yang menyaksikan semakin menjerit tertahan.
"Jangan lirik sana - sini. Hindari interaksi dengan laki - laki lain. Masuklah, aku ada urusan sebentar!"
"Kemana?" tanya Carla penasaran.
Lelaki itu tidak menjawab apapun, ia pergi setelah mengecup kening gadisnya sekali lagi. Carla hanya menghela nafasnya pelan, dan segera memasuki kelasnya. Entah kemana perginya laki - laki yang berstatus kekasihnya itu.
Kelas yang tadinya ricuh, mendadak hening ketika kedatangan seorang gadis yang tak lain adalah dirinya. Carla yang melihatnya hanya acuh. Memang apa yang harus dikatakannya? Bukan pertama kali juga hal ini terjadi. Jadi dia harus bisa membiasakan dirinya.
Gadis itu melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya, dan menaruh tasnya di atas meja. Ia melirik jam tangannya, ternyata masih ada waktu untuk jam pelajaran pertama dimulai. Gadis itu memainkan ponselnya untuk mengusir rasa bosannya. Tidak ada yang bisa diajaknya bicara selain sahabat satu - satunya itu yang kini belum juga datang.
"Lama banget tuh anak," gumamnya pelan.
"Carla!!"
Suara pekikan yang begitu nyaring, membuat Carla menutup telinganya rapat - rapat. Namun gadis itu terlihat tersenyum bahagia. Sahabatnya telah datang.
"Jangan teriak - teriak juga kali!"
"Ehehehe. Kesempatan, mumpung dia juga nggak ada."
Carla memutar bola matanya malas, ketika mendengar perkataan dari sahabatnya itu.
"Dia kemana?" tanya Keisya penasaran.
"Nggak tau, katanya ada urusan."
"Baguslah!" cetus Keisya sambil tersenyum lebar.
"Apanya?" Carla mengernyit heran memandangi sahabatnya aneh. Karna gadis itu terus saja tersenyum.
"Setidaknya suasana disini tetap indah, di pagi hari yang cerah ini."
"Memang biasanya kenapa?" tanya Carla heran.
"Kenapa katamu? Kenapa lagi kalau bukan suasana yang begitu menyeramkan terjadi di kelas kita yang penuh cinta ini." celetuk Keisya yang terlihat begitu semangat.
Bahkan matanya terlihat menerawang jauh. Carla yang melihatnya tersenyum jahil, ia memiliki ide untuk mengerjai sahabatnya ini.
"Steve, kau sudah datang?"
Keisya yang masih terlihat berangan - angan, melototkan matanya ketika mendengar ucapan sahabatnya yang bagai belati bagi dirinya. Bisa habis dia jika laki - laki menyeramkan itu, mendengar perkataannya.
Carla yang melihat raut wajah sahabatnya terkikik geli. Tadi saja Keisya terlihat bersemangat, seolah gadis itu sangat berani dengan Steve.
"Hahahaha. Wajahmu lucu sekali!"
Melihat Carla yang tertawa membuat Keisya melotot tajam. Ternyata sahabatnya itu sedang membodohi dirinya.
"Carla, kau ini! Hampir saja jantungku copot." gerutu Keisya sambil mengelus dadanya, dan mendesah lega.
"Iya maafkan aku hab-"
"Apa yang kau tertawakan?"
Carla membeku di tempat ketika mendengar nada bariton yang sangat ia kenali itu. Ia menoleh perlahan dan mendapati wajah datar dari laki - laki yang tengah ia bahas tadi.
"Tidak aku hanya bicara dengan Keisya," jawabnya sambil melirik Keisya, dan ternyata kosong. Gadis itu telah pergi sejak tadi, ketika melihat kedatangan manusia datar itu telah kembali.
Carla mendelik ke Keisya yang hanya di balas cengiran lebar.
"Apa yang kau bahas dengannya hingga tertawa begitu keras?" seru lelaki itu seraya menatap Carla tajam.
Carla yang merasa terintimidasi oleh tatapan itu hanya bisa menundukkan kepalanya. Tertawa keras? Sungguh ini berlebihan. Jika memang benar ia tertawa keras, maka tawanya akan menggema hingga terdengar keluar. Bahkan temannya yang lain mungkin tidak mendengar ia pernah tertawa.
"Tidak ada, Keisya hanya menceritakan cerita lucu padaku."
"Carla!"
"Maaf, tidak akan terjadi lagi."
"Harus!"
Steve mengelus rambut Carla lembut, gadisnya masih saja menundukkan kepalanya. Laki - laki itu paling tidak suka melihat gadisnya tertawa di depan umum. Bukannya tidak ingin melihat Carla bahagia. Namun ia memiliki alasannya tersendiri.
Senyum.
Senyuman serta tawa itu hanya miliknya. Gadisnya bisa tertawa keras jika hanya bersamanya, dan oleh karnanya.
...tbc...
...vote komen...
...🧘♀...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
queen
gila punya pasangan kek gitu, tertawa aja ngga boleh
2023-03-26
0
pat_pat
uhh sungguh²
2022-12-23
1
Bin's
yaampun bang gila lu, untung ganteng😂
2022-09-30
2