Rasya yang semakin sensitif

Setelah semua selesai, ini hari pertama Vina akan kuliah, perasaan gerogi, bahagia dan lain nya berpadu jadi satu. Rasya yang sudah menunggu, kembali memarken wajah cuek nya. sehingga membuat Vina semakin tidak menyukai nya.

Sepanjang perjalanan Rasya dan Vina hanya diam. sejak saat itu juga Iren mengambil alih untuk mengantar Kevin ke sekolah, walau Kevin sebenar nya tidak setuju, namun lagi-lagi Kevin tidak kuasa untuk menentang keputusan Iren.

"Kamu pulang kuliah jam berapa.?" tanya Rasya yang memecahkan keheningan yang terjadi di antara mereka.

"Belum tau." jawab Vina singkat.

"Kamu bisa pulang sendiri kan.?. jangan cari perhatian lagi. kalau kamu mau singgah kemana setidak nya kamu harus ngabarin mama. semakin hari mama semakin memanjakan kamu. aku gak mau gara-gara kamu mama selalu menyalahkan ku". ucap Rasya memperingatkan.

"Berapa kali aku harus bilang, aku tidak pernah mencari perhatian." jawab Vina berontak.

"Bagus lah, aku ingin lihat kebenaran kata-kata kamu, dan aku harap kamu harus bisa lebih mandiri. kamu fikir ngantar kamu setiap pagi dan setiap hari begini gak capek. aku harus mutar-mutar dari rumah ke kampus, terus mutar lagi untuk ke kantor. " sambung Rasya yang semakin memancing kekesalan Vina.

"Aku tidak pernah meminta kakak untuk mengantar aku, kalau kakak benaran gak suka apa salah nya kakak menolak. jadi jangan ngerjain sesuatu yang berujung gak ikhlas. dan jadi orang itu gak usah munafik, di depan orang bersikap baik tapi asli nya begini. memalukan.!." ucap Vina, spontan Rasya menginjak rem mobil nya, hingga membuat tubuh Vina terbanting ke depan.

"Kakak apa-apa an sih. kalau mau bunuh orang gak begini cara nya." ucap Vina yang sangat merasa marah.

"Aku yang seharus nya peringatkan kamu, jangan sekali kali kamu menghakimi sikap ku karena kamu sama sekali tidak berhak dan jangan sekali-kali kamu untuk menilai karakter ku karena kamu bukan siapa-siapa." ucap Rasya, dengan kesal Vina pun keluar dari mobil lalu pergi ke halte bus yang tidak jauh dari tempat Rasya memberhentikan mobil nya.

"Dasar tidak tau terimakasih, ini terakhir kali aku mengantar kamu." bathin Rasya, lalu memutar mobil nya untuk menuju kantor, Rasya sama sekali tidak mengejar Vina apa lagi untuk minta maaf.

"Dasar lelaki batu, aku tidak akan pernah sudi memasuki mobil kamu lagi." bathin Vina lalu memasuki bus yang berhenti di depan nya.

Setiba nya di kantor, tampak lah Sigit dan Fahri yang sedang berbincang, melihat wajah Rasya yang mengerikan membuat Fahri punya kesempatan untuk menggoda Sigit.

"Anak lo kenapa.?. pagi-pagi muka udah kayak kesambar setan."

"Biasa lah masalah wanita." jawab Sigit singkat, membuat jiwa penasaran Fahri semakin bergejola.

"Lo ngomong apa.?. Rasya sudah punya pacar.? siapa.? lo kok gak pernah cerita ke gue" tanya Fahri yang semakin memperdekat jarak nya dengan Sigit.

"Masalah itu saja lo bisa cepat, tiba masalah lain lo bisa pura-pura tidak tahu." jawab Sigit sambil asik membaca laporan yang baru di serahkan sekretaris nya.

"Ayo dong bro, sejak kapan lo punya rahasia dengan gue. btw siapa perempuan yang bisa nahlukin hati anak lo yang sekeras batu." tanya Fahri kembali, spontan Sigit pun menjitak kepala Fahri yang sudah biasa ia lakukan.

"Sekali lagi lo katain anak gue, gue tendang lo dari sini." ucap Sigit berontak

"Ya ampun gitu aja di masukin hati, ucapan lo yang lebih pedas gue biasa aja." jawab Fahri sambil merapikan rambut nya yang berantakan.

"Kalau lo ngomongin gue gak masalah, tapi kalau lo jelekin anak gue sampai kapan pun gue gak terima. lo cam kan itu."

"Hmm..iya..iya..makin tua makin sensitif aja lo. ya sudah lah kalau lo gak mau cerita, biar gue cari tau sendiri." ucap Fahri lalu bergegas meninggalkan ruangan Sigit, namun belum sempat Fahri membuka pintu, Fahri kembali menoleh dan menanyakan siapa wanita yang kini menjadi pacar Rasya.

"Bro. serius lo gak mau cerita.?" tanya Fahri dan Sigit pun hanya menggeleng pertanda ia tidak akan cerita.

"Ya sudah lah." jawab Fahri, lalu beranjak meninggalkan ruangan Sigit.

Rasya yang baru tiba di ruangan nya dengan teliti memeriksa laporan yang baru di kerjakan Kanya. lagi-lagi emosi Rasya harus memuncak, ketika banyak laporan yang tidak sesuai di kerjakan oleh Kanya.

"Keruangan saya sekarang." ucap Rasya dalam telfon, dengan cepat Kanya pun memasuki ruangan Rasya yang tepat di depan meja kerja nya.

"Ada yang bisa saya bantu pak.?" tanya Kanya yang sudah bisa menebak kemarahan Rasya.

"Kamu kerja nya bagaimana sih, kapan kamu bisa becus bekerja. kalau laporan kamu begini bisa-bisa perusahaan ini gulung tikar. saya tidak menggaji kamu untuk bekerja beginian. kalau kamu memang tidak mampu ya sudah letakkan saja id card kamu. saya tidak memakai orang yang kerja nya lamban seperti kamu." ucap Rasya, spontan air mata Kanya mengalir, Kanya merupakan gadis yang sangat lembut yang tidak kuat dengan bentakan.

"Keahlian kamu hanya menangis, menangis dan menangis. menangis tidak akan menyelesaikan laporan ini. saya kasih kamu waktu 2 jam untuk memperbaiki ini. kalau tidak maka kamu persiapkan diri untuk angkat kaki dari sini." sambung Rasya, dengan tangan gemetar Kanya pun mengambil laporan yang Rasya campakkan di atas meja nya, Kanya tidak menyangka ia harus jatuh cinta kepada laki-laki yang sangat kasar. sejak hari pertama Kanya melihat Rasya, Kanya sudah jatuh cinta, lalu memendam perasaan nya untuk Rasya. melihat Kanya yang menghapus air mata nya, membuat Fahri geleng-geleng. lalu menyusul Rasya ke ruangan nya.

"Rasya.! apa yang terjadi.? paman lihat Kanya menangis saat keluar dari ruangan kamu." tanya Fahri, yang awal nya berniat ingin menanyakan tentang perempuan yang lagi pacaran dengan nya. namun seketika tujuan nya teralihkan untuk Kanya.

"Paman kok bisa rekrut orang bekerja seperti Kanya. buat laporan saja tidak becus begitu. makanya paman jangan tertipu dengan paras nya saja. yang paling paman perhatikan itu IQ nya. entah sampai kapan aku memperingatkan paman masalah ini." ucap Rasya yang melanjutkan amarah nya dengan Fahri.

"Sial, gue masuk saat tidak tepat." bathin Fahri sambil menggarut kepala nya yang tidak terasa gatal.

"Kalau begini siapa yang tanggung jawab, kalau laporan Kanya tidak benar juga, aku akan tarik sekretaris ku yang lama. urusan Kanya aku tidak mau tau. mau paman pecat atau mau paman kerjakan semua terserah paman." sambung Rasya kembali, yang masih belum merasa puas mengeluarkan amarah nya.

"Sudah..sudah.. kamu tenang.. jangan marah-marah. nanti kamu cepat tua lo. tarik nafas panjang-panjang. lalu hempaskan." ucap Fahri sambil menuntun Rasya untuk mengikuti gerakan nya. spontan Rasya pun menarik nafas nya dengan panjang lalu menghempas kan nya.

"Rasya kalau bisa kamu jangan terlalu kasar begitu lah, kasihan Kanya. lagian dia kan masih baru, jadi wajar saja jika melakukan kesalahan." ucap Fahri saat melihat Rasya yang sudah mulai tenang.

"Justru karna dia baru, jadi harus di tegasin. jadi dia bisa lebih menghargai pekerjaan dia. jika di lembekin yang ada nanti nge lunjak." jawab Rasya yang membuat Fahri mati kutu.

"Perasaan Sigit dulu gak separah ini. sifat Rasya turun dari siapa sih." bathin Fahri sambil menatap Rasya.

"Ya sudah lah, nanti paman akan ingat kan dia lagi." ucap Fahri lalu pergi meninggalkan ruangan Rasya.

"Tunggu.!! tadi gue ke ruangan Rasya kan mau kepoin dia. ahh gagal lagi. gara-gara kanya konsentrasi ku jadi teralihkan. sudah lah. nanti juga akan tercium sendiri." bathin Fahri kembali. lalu melanjut kan pekerjaan nya.

Terpopuler

Comments

Sarmiyati Fikhairelyn

Sarmiyati Fikhairelyn

keren

2020-12-22

0

Ratna Puri Shodikin

Ratna Puri Shodikin

lanjut thor

2020-12-05

0

Fitra Famukhty

Fitra Famukhty

mantap

2020-12-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!